"Sayang kamu pulang ya sama abang, istirahat di rumah. Kamu juga harus sekolah kan besok?" ucap umi Zainab yang sedang membujuk anak gadisnya sedari tadi.
"Ara mau disini umi, Ara mau jagain Abi" jawab Aleya kekeh.
"Besok kamu kesini lagi sayang" ucap umi.
"Terus, Ara biarin umi jaga Abi sendiri gitu?" Ucap Aleya tak suka.
"Ini juga buat kesehatan kamu sayang" ucap umi Zainab memberi pengertian.
"Buat apa umi peduli sama kesehatan Ara, kalo umi sendiri gak peduli sama kesehatan umi?" ucap Aleya.
"Zahra" Tegur Hanafi.
"Yang Ara bilang bener kan?" Ucap Aleya menatap sinis abangnya.
Fathar yang melihat perdebatan kecil antar tiga orang itu mendengus pelan, ternyata selain lucu, gadis bernama Aleya Zahra itu juga keras kepala, dan Suka membantah, pikir Fathar.
"Mari saya antar kalian berdua pulang" ucap Fathar menawarkan.
Kini, didalam ruangan mereka hanya tinggal berlima. Umi Zainab, Abi Harits, Aleya, Hanafi dan Fathar. Sedang umi Fatimah dan kyai Hasan sudah pulang ke Bogor karna ada urusan.
Fathar masih berada disini karena tadi kyai Hasan berpesan sebelum pulang pada Fathar untuk ikut berjaga di Rumah Sakit, jadilah ia disini sebagai orang asing dari keluarga kecil itu.
"Gus itu kenapa masih disini?" Ucap Aleya tak suka sembari jarinya menunjuk ke arah Fathar.
Fathar menunjuk dirinya sendiri, "Saya punya amanah" jawab Fathar jujur.
"Sudah... Pulang sana, hush.. hush.." usir Aleya sambil menyibak tangannya bermaksud mengusir.
"Saya di amanahkan untuk berjaga disini" ucap Fathar tanpa memandang wajah Aleya.
Aleya berdecak malas, ia memilih untuk mengabaikan keberadaan Fathar saja.
"pokoknya, aku gak mau pulang" ucap Aleya membahas hal tadi.
"Kalau begitu kamu pulang dulu ambil pakaian ganti, nanti kesini lagi untuk menginap" ucap Fathar, ia kasihan melihat umi Zainab dan Hanafi yang sedari tadi pusing untuk membujuk.
"Tapi nak--"
Fathar memotong ucapan Umi Zainab "Umi, umi tau sendiri anak umi keras kepala, jadi biarkan dia tidur disini" ucap Fathar sopan.
"Baiklah" ucap umi Zainab pada akhirnya.
"Cih! Sebenarnya anak umi itu siapa? Aku atau Gus itu?!" Sebal Aleya, kesal juga mendengar Fathar mengatakannya keras kepala.
Sejak ia tau Fathar adalah seorang Gus, ia terus-menerus memanggil Fathar dengan kata Gus. Dan ia baru sadar saat di sekolah tadi, bahwa Fathar adalah idola para sahabatnya, pantas saja ia seperti tidak asing dengan wajah itu saat acara perjodohan kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Alfathar
Teen Fiction"Kalo memang kamu masih ada rasa sama lelaki itu, kenapa tidak menolak perjodohan ini dengan tegas? Bukan hanya lelaki itu yang sakit, kamu pun akan sakit. Apalagi kamu sudah berjanji menunggunya" ucap orang yang sedari tadi mendengar perbincangan A...