Hari ini Aleya libur sekolah dikarenakan hari Minggu. Fathar juga hari ini tidak ada kegiatan di Rumah Tahfidz ataupun ceramah.
Kedua pasutri itu juga tidak ada niatan untuk keluar rumah berjalan-jalan pagi ini, mereka asik menonton tv di ruang tamu.
"Keren ya A' filmnya, ini kisah kesultanan Islam gitu kan ya?" Celetuk Aleya sembari matanya fokus menatap televisi.
"Iya, ini film Payitaht Abdul Hamid, Film sejarah kesultanan Islam. Sultan yang memiliki sembilan puluh persen kemampuan politik dunia" jawab Fathar.
Aleya langsung menoleh terkejut, "sembilan puluh persen A'? MasyaAllah, keren banget" Ucap Aleya kagum pada tokoh Islam tersebut.
"Sultan Abdul Hamid itu lelaki yang hebat, dia juga pemimpin yang adil" ucap Fathar bercerita.
"Banyak negara-negara kafir ingin mengalahkannya, tapi ia Bunya banyak cara untuk menyelesaikannya, beliau selalu lima langkah lebih depan dari mereka"
"MasyaAllah"
"Bahkan bapak Yahudi, Theodore herzl aja kalah sama Abdul Hamid saat meminta tanah Palestina"
"Sekarang.. kayaknya udah gak ada lagi ya A' yang sehebat beliau"
"Hanya Allah yang tau" jawab Fathar.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu terdengar membuat obrolan pasutri tersebut terhenti, mereka saling pandang. Fathar mematikan tv kemudian berjalan untuk membuka pintu. Sedang Aleya membereskan bantal sofa yang sedikit berantakan.
Cklek!
"Assalamualaikum " ucap orang tersebut saat melihat pintu terbuka.
"Loh, Hisyam. Wa'alaikumsalam " jawab Fathar, ia terdiam sebentar.
Sedang di sofa sana, Aleya terdiam mematung saat mendengar suara Hisyam.
"Silahkan masuk, duduk dulu di sofa" ucap Fathar mempersilahkan.
Kemudian Fathar dan Hisyam berjalan menuju sofa dan duduk disana, sedang Aleya sudah kedapur mengambil minum saat Fathar mempersilahkan Hisyam masuk.
Beberapa menit kemudian Aleya kembali membawa nampan dengan tiga gelas minuman sirup.
"Diminum kak" ucap Aleya meletakkan gelas-gelas tersebut di atas meja. Kemudian ia duduk di samping suaminya.
"Terimakasih " ucap Hisyam.
"Jadi, ada apa kedatangan kamu disini?" Tanya Fathar to the point.
"Saya ingin menjemput barang-barang saya yang masih tertinggal disini" ucap Hisyam.
"Barang-barang?" Tanya Aleya.
"Sebelumnya Hisyam tinggal disini sebelum masuk ke pondok, kamu tidak tau?" Tanya Fathar.
Aleya menggeleng, meski dulu sudah berpacaran selama setahun, Aleya sama sekali tidak tau dimana rumah Hisyam, yang ia tau hanya Hisyam tidak punya orang tua lagi dan tinggal dirumah sepupunya.
"Tidak usah ungkit hal lama" ucap Hisyam tak enak, takut akan adanya pengungkitan masalalu.
"Saya ambil barang dulu" ucap Hisyam, ia meneguk sirup buatan Aleya terlebih dahulu sebagai bentuk menghargai pemilik rumah.
Setelah itu Hisyam meninggalkan pasutri tersebut dan menaiki tangga ke lantai dua.
"Aa'?" Panggil Aleya saat melihat suaminya itu terlihat gundah.
"Baru saja kemarin kita berjanji untuk sama-sama berjuang, tapi dengan hadirnya Hisyam seperti ini membuat Aa' khawatir" ucap Fathar.
"Aa' jangan khawatir, Kak Hisyam kan gak ada perasaan apa-apa lagi sama aku" ucap Aleya.
"Tetap saja khawatir sayang" ucap Fathar menutup wajahnya. Kemudian mereka sama-sama terdiam.
Setengah jam kemudian Hisyam turun membawa kotak barangnya, Fathar berdiri untuk membantu sepupunya itu, sedang Aleya diam saja, anggaplah ini sebagai bentuk Aleya menghargai perasaan suaminya.
"Masih banyak barangnya?" Tanya Fathar.
"Ada sekitar lima kotak lagi" jawab Hisyam, ia membawa kotak tersebut keluar rumah untuk dimasukkan ke dalam mobil.
Kedua lelaki itu bulak-balik naik turun tangga, dan Aleya hanya memperhatikan saja, Hingga kotak terakhir di angkat suaminya, barulah ia bangkit dan mengikuti suaminya.
"Sudah semua itu?" Tanya Fathar.
"Sudah, karna memang ini saja yang tertinggal" jawab Hisyam sembari menutup bagasi mobilnya.
"Saya langsung pulang ya" pamit Hisyam, ia bersalaman dengan Fathar lalu menangkupkan tangan dengan Aleya.
Setelah itu ia berjalan menuju mobilnya, tapi ia kembali lagi, "saya lupa, pekan depan datang ke pesantren, ada hal penting yang ingin saya sampaikan" ucap Hisyam.
"Tentang apa?" Tanya Fathar.
"Nanti kalian akan tau" ucap Hisyam, kemudian ia pergi dan dan masuk ke mobilnya, membuat pasutri itu bingung sambil saling pandang.
"Saya pergi, Assalamualaikum" ucap Hisyam.
"Wa'alaikumsalam" jawab pasutri itu berbarengan.
Kemudian mobil Hisyam meninggalkan pekarangan rumah tersebut.
***
Aleya melirik suaminya yang rebahan disampingnya sembari melihat ke langit-langit kamar dengan pandangan yang terlihat banyak pikiran.
Aleya berpikir sejenak untuk mencari ide agar suaminya itu tidak terlalu memikirkan hal tadi. Tak berapa lama ia mendapat ide dan langsung memeluk suaminya bak bantal guling, membuat Fathar menoleh bingung kearahnya.
Aa' Aa' yang ganteng
Jangan banyak pikiran
Aleya ada disini
Hup hup
Jangan menyerahAleya bernyanyi dengan nada lagu cicak-cicak di dinding untuk menghibur suaminya sembari menyemangatinya juga.
Fathar tersenyum dengan lagi yang dinyanyikan istrinya, menurutnya sedikit aneh, tapi ia juga merasa terhibur.
Fathar membalas pelukan istrinya, "dari pada nyanyi yang gak jelas, mau gak Aa' nyanyi lagu arab?" ucap Fathar,"tapi jangan ejek suara Aa' kalau jelek ya" ucap Fathar.
"Iya A'" ucap Aleya
"Aa' mau nyanyi lagu ya Hayyatirruh"
"Aleya gak tau tentang apa, tapi silahkan. Tapi bentar. Aleya mau rekam" ucap Aleya, ia mengambil ponselnya di nakas.
"Satu, dua tiga, ayok mulai A'"
"Ya hayatirruh ya syafi’ lilmala
Aghist fatan majruhan min kharri ladho, Ya man fil ma’adi tasyfi’ liljami’i. Anilni murodi bijahika rofi’i. Maali fil qiyamah syafi’ siwak. Ya manil ghomaamah dhollaltu ilak. Arjuuka salamah malaha siwak
Bijahi shohabah hum ahlu tuqo"Fathar bernyanyi dengan suara merdunya sembari menepuk-nepuk pelan punggung Aleya yang ada di pelukannya. Matanya menatap dalam kearah istrinya, membuat Aleya salting sendiri. Pipinya sudah merah bak tomat, ia mencoba mengalihkan pandangan, tetapi ujungnya ia akan menatap kembali mata coklat itu.
°°°°°
Next part, mungkin hari Ahad atau pas lebaran ya guys...
-publish, 05 April 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Alfathar
Teen Fiction"Kalo memang kamu masih ada rasa sama lelaki itu, kenapa tidak menolak perjodohan ini dengan tegas? Bukan hanya lelaki itu yang sakit, kamu pun akan sakit. Apalagi kamu sudah berjanji menunggunya" ucap orang yang sedari tadi mendengar perbincangan A...