Aleya mengerjapkan matanya secara perlahan, menetralkan cahaya lampu yang masuk ke matanya. Ia melihat sekeliling, warna putih. Bau obat tercium di indra penciumannya, ahh.. dia sedang di ruang rawat.
Dia melihat kesampingnya, disana ada suaminya, yang entah beberapa waktu lalu sudah menikah untuk kedua kalinya. Hah... Bisa-bisanya laki-laki itu masih menampilkan wajah didepan Aleya setelah beberapa kali menyakitinya.
Fathar saat ini sedang membaca Al-Qur'an, ia masih belum menyadari bahwa istrinya sudah bangun. Ia sibuk membaca Al-Qur'an dengan tangan kirinya menggenggam tangan Aleya.
Aleya diam mendengarkan lantunan ayat suci yang dibaca oleh suaminya, ia berharap saat seperti ini tidak musnah. Ia masih berharap bahwa semua ini hanyalah mimpi belaka.
Tapi, lagi-lagi ia teringat kejadian beberapa waktu lalu, lelaki disampingnya ini sudah menikah dengan wanita lain. Aleya segera melepas tautan tangan mereka, dan disitulah Fathar sadar, bahwa istrinya telah bangun.
"Kamu sudah bangun sayang?" Fathar segera meletakkan Al-Qur'an-nya di atas nakas, "kamu butuh sesuatu gak sayang?" Tanya Fathar.
Aleya hanya diam, dia membuang wajah. Memandang wajah suaminya hanya membuatnya semakin sakit.
"Kamu kenapa sayang?" Tanya Fathar menggenggam tangan Aleya, namun langsung dilepas oleh Aleya.
"Kamu masih marah?" Tanya Fathar.
"Dah tau pake nanya! Istri mana coba yang gak marah dipoligami tanpa izin! Jangankan izin sama gue! Poligami aja gue gak mau!"dumel Aleya dalam hati.
"Dengerin Aa' ya, kamu jangan motong ucapan Aa' " ucap Fathar, Aleya hanya diam saja masih dengan posisi memalingkan wajah.
"Jadi-"
"Gak perlu dijelasin, orang aku liat pakai mata aku sendiri! Ap-"
Fathar langsung meletakkan telunjuknya dibibir Aleya, "Dengerin Aa' dulu, percaya, gak percaya, kamu dengerin Aa' dulu" Aleya diam tak bersuara lagi, memandang malas suaminya.
"Jadi, kemarin, waktu kamu liat Aa' gandengan sama cewek itu, dia adalah sepupu Aa', Shaira. jangan dipotong" tegur Fathar saat melihat gerak-gerik Aleya ingin memotong penjelasannya.
"Kenapa Aa' santai di gandeng sama dia? Aa' sama dia memang sepupu, tapi satu susu" jelas Fathar, rawut wajah Aleya seolah bertanya, 'maksudnya?'
"Jadi, dulu, setelah Shaira dilahirkan oleh ibunya, ibunya mengalami koma, lima bulan kemudian, ibunya meninggal. Ummi yang saat itu kasihan sama Shaira karna sama sekali belum mendapatkan ASI akhirnya memutuskan memberi ASI nya untuk Shaira, kebetulan, pada saat itu, sebulan sebelum ummi Shaira tiada, Maira lahir. Jadi, ummi punya ASI buat nyusui Shaira. Itulah kenapa Shaira saudara se-susu sama Aa', dan itu menjadikan Aa' sama Shaira Mahrom" jelas Fathar.
"Soal kedekatan Aa' sama Shaira, itu karena kami besar sama-sama sejak kecil, jadi sudah seperti saudara kandung. Selain sudah tidak punya ibu, Shaira juga sudah tidak punya ayah sejak ia berumur delapan bulan. Sudah jelas kan?"
Aleya terdiam menunduk, jadi...? Semua yang dia alami hanya mimpi kah? Tapi, itu terasa sangat nyata.
"Kenapa Aleya ada disini?"
Flashback on
"Zahra baik-baik aja gak ya, di asrama sendirian?" batin Aisyah ambil berjalan menuju asrama selesai sholat isya di masjid pesantren.
Aisyah pulang sendirian karena khawatir dengan keadaan Aleya, sedang santri yang lain sedang muraja'ah hafalan di masjid.
Aisyah membuka pintu asrama, "Zahra?" Panggil Aisyah, ia tak menemukan Aleya diatas tempat tidur, saat ia menoleh kesamping, ia mendapati Aleya sedang tiduran dilantai beralaskan sajadah. Aisyah berpikir Aleya mungkin ketiduran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Alfathar
Teen Fiction"Kalo memang kamu masih ada rasa sama lelaki itu, kenapa tidak menolak perjodohan ini dengan tegas? Bukan hanya lelaki itu yang sakit, kamu pun akan sakit. Apalagi kamu sudah berjanji menunggunya" ucap orang yang sedari tadi mendengar perbincangan A...