Akhirnya acara selesai, tidak lama emang. Tapi cukup melelahkan. Acara di laksanakan dari jam dua siang hingga jam empat sore.
Aleya masuk duluan ke dalam kamarnya, sedang Fathar masih di bawah berbincang-bincang dengan anggota keluarga lainnya.
"Ganti baju dulu lah, gerah sama ni baju" celetuk Aleya.
Ia mengunci pintu kamar guna berjaga-jaga jika ada yang tiba-tiba ingin masuk, setelah itu ia menghapus makeup naturalnya, lalu di lanjut mandi dan mengganti pakaiannya.
15 menit kemudian dia keluar dengan wajah yang fresh dan badan yang lebih segar, ia keluar memakai kaos lengan panjang dan rok plisket, lalu menggunakan kerudung instan guna menutupi rambutnya.
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Aleya merebahkan dirinya di atas kasur sambil bermain ponsel, 20 menit lagi adzan Maghrib akan berkumandang.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu terdengar dari luar, Aleya pun beranjak dari tempat tidur dan membuka kunci pintunya, setelahnya ia buka pintu tersebut, terlihat Fathar berdiri di depan pintu.
"Ini Gus kok gak jelek ya? Padahal udah lama loh acaranya, kok bisa ganteng gini? Padahal aku aja tadi udah kayak gembel" batin Aleya.
"Kenapa di kunci?" Tanya Fathar sambil masuk ke dalam kamar.
"Tadi mau mandi dan ganti baju Gus" jawab Aleya kikuk, lalu menutup pintu, setelah itu dia kembali rebahan di atas kasur.
Fathar ber-oh ria kemudian masuk ke kamar mandi guna mengganti bajunya dan mandi. Lima menit kemudian dia keluar dengan baju Koko coksu di padukan celana hitam.
Aleya yang mendengar suara decitan pintu kamar mandi refleks menatap ke arah pintu kamar mandi, ia sempat tercengang melihat ketampanan Fathar yang 3 jam lalu menjadi suaminya itu, sampai Fathar menyadarkannya.
"Kenapa kamu liatin saya begitu?" Tanya Fathar sambil berjalan mendekati Aleya, ia duduk di sisi kasur sambil mengeringkan rambutnya.
"Gak ada Gus, refleks aja" jawab Aleya, kembali fokus dengan ponselnya, tak mau berlama-lama menatap pemandang indah yang baru jadi pendatang di kamarnya.
Jari telunjuk Fathar mengarah ke Aleya, "Kamu itu.." Fathar menggantung ucapannya kemudian mendengus pelan.
Itu membuat Aleya menatap Fathar sambil menaikkan alisnya sebelah bingung.
"Kenapa Gus?" Tanya Aleya.
"Kita sudah menikah, kenapa kamu masih panggil saya Gus?" Tanya Fathar.
"Terus mau di panggil apa?" Tanya Aleya.
"Apa saja, asal jangan Gus, kmu itu bukan santri di pondok Abi, jadi tidak boleh sama" ucap Fathar tegas.
"Dih... Ngatur-ngatur, baru juga jadi suami" ucap Aleya nyolot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Alfathar
Teen Fiction"Kalo memang kamu masih ada rasa sama lelaki itu, kenapa tidak menolak perjodohan ini dengan tegas? Bukan hanya lelaki itu yang sakit, kamu pun akan sakit. Apalagi kamu sudah berjanji menunggunya" ucap orang yang sedari tadi mendengar perbincangan A...