10. Antara dua Pilihan

3.2K 121 1
                                    

Fathar berjalan tergesa-gesa menuju parkiran, hatinya sedikit panas melihat kedekatan Aleya dan Hisyam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fathar berjalan tergesa-gesa menuju parkiran, hatinya sedikit panas melihat kedekatan Aleya dan Hisyam.

Tadi Kyai Hasan menyuruh Fathar untuk mengurus beberapa hal di pondok, tapi ia malah melihat pemandangan Aleya dan Hisyam, cemburu? Itu yang di rasakan oleh Fathar.

Fathar membuka pintu bagian samping pengemudi mobil milik Kyai Hasan, seketika moodnya makin ambruk, karena melihat Hisyam adalah orang yang duduk di sampingnya sebagai pengemudi. Dan hanya mereka berdua yang ada didalam mobil selama perjalanan nanti.

Fathar mengenal Hisyam, bukan hanya sekedar kenal, mereka bahkan sangat saling mengenal. karna mereka adalah sepupu.

Hisyam adalah salah satu pengurus baru di pondok, dan dekat dengan keluarga ndalem, bisa-bisanya Hisyam juga adalah lelaki yang tertulis namanya dalam hati Aleya.

"Semoga bukan tertulis di lauhul Mahfudz" batin Fathar kesal, lalu duduk rapi di samping pengemudi "ehh.. mungkin aja sih, kan saya sama Aleya belum nikah juga" batin Fathar .

"Kita langsung ke pesantren Gus?" Tanya Hisyam membuyarkan lamunan Fathar.

"Emang mau kemana lagi?" Tanya Fathar sedikit sewot karena api cemburu di hatinya.

Hisyam terkekeh lalu menjalankan mobilnya "Gus kenapa toh?" Tanya Hisyam.

"Tidak tau saya" ucap Gus Alfathar dengan wajah datar.

Hisyam tidak tau apa-apa pun hanya diam, Hisyam tidak tau Fathar adalah orang yang di jodohkan dengan Aleya, tadi dia memang bertemu dengan Kyai Hasan, tapi di luar ruangan. Jadi ia tidak tau bahwa yang di dalam ruangan adalah Abi Harits, ayah Aleya.

"Denger-denger Gus bakal nikah privat ya akhir pekan?" Tanya Hisyam membuka topik.

"Iya, tau darimana?"tanya Fathar.

"Dari kyai lah Gus, tadi kyai sempat cerita dan ngundang saya sebagai salah satu saksi nanti" jawab Hisyam.

"Sudah saya bilang, jangan panggil saya pakai Gus" tegur Fathar.

"Gak sopan Gus"

"Kita sepupuan, gak papa kalau kamu panggil Gus di pondok, tapi kalo lagi berdua atau kumpul keluarga panggil biasa aja" ucap Fathar.

"Iya deh, iya" ucap Hisyam, kemudian hening.

"Nah kamu. Kapan kamu bakal nikah?" Tanya Fathar sekedar basa-basi.

"Belum tau, soalnya calonnya udah mau nikah" ucap Hisyam tertawa masam.

"Gak mau di perjuangin? Kan jalur kuning belum melengkung, masih mau nikah, belum nikah." pancing Fathar.

"Gak, soalnya calon suaminya di jodohin langsung sama ayahnya, saya pernah janji buat lamar dia tahun lalu, tapi saya gak tepatin janji itu, dan sekarang saya telat" ucap Hisyam.

"Masih suka sama orangnya?" Tanya Fathar.

"Kalo sekarang masih, tapi saya akan hilangin perasaan ini, gak baik di simpen perasaan sama orang yang bakal istri orang" ucap Hisyam lagi-lagi tertawa masam.

"Kira-kira, kalo misal orang yang menjadi calon suami perempuan itu adalah orang terdekat kamu gimana?" Tanya Fathar.

"Kenapa kamu nanya gitu?" Tanya Hisyam.

"Pingin tau aja" jawab Fathar.

"Kalo misal orang terdekat gak papa, saya do'ain semoga itu yang terbaik buat mereka berdua" ucap Hisyam, kemudian mereka hening.

"Semoga kamu dapat pengganti perempuan yang lebih baik dari dia" ucap Fathar, ia sedikit kasihan dengan sepupunya itu.

"Aamiin" ucap Hisyam.

***

Aleya menggigit ujung jempolnya cemas, aish... Bisa-bisanya Hisyam--mantannya itu tiba-tiba datang di saat ia akan menjadi istri orang lain.

Bagaimana ia bisa melupakan lelaki itu? Padahal dia sudah berjanji akan menunggunya! Padahal setahun lalu Aleya masih mengingat janji mereka berdua, namun entah mengapa 1 tahun belakangan ini Aleya melupakan lelaki itu?

Tidak mungkin ia sudah hilang rasa pada lelaki itu, ia yakin itu. Karna saat Aleya berjumpa kembali dengan Hisyam, detak jantungnya tetap sama seperti dulu, selalu berdetak tak beraturan.

"Gue harus gimana dong?" Gumam Aleya, saat ini ia berada di rumah bersama Hanafi atas paksaan sang Abi.

"Kalo gue batalin perjodohan ini, yang ada Abi malah makin jantung lagi" gumamnya.

"Tapi kalo gue nikah sama si Gus- Gus itu, kasihan kak Hisyam, pasti dia kecewa banget tadi denger gue mau nikah" ucap Aleya, ia berguling-guling frustasi di atas kasurnya, rambutnya sudah acak-acakan saking pusingnya.

"Kok gue malah jadi dilema gini sih..." Kesal Aleya.

"Pake acara ketauan segala lagi sama si Gus pembicaraan gue sama kak Hisyam"

"Gue harus milih siapa dong?" Ucap Aleya kembali berguling-guling

"Kalo milih kak Hisyam, dia baik, sabar, udah hijrah juga, terus.... Sholeh lah intinya"

"Kalo Gus Alfathar, udah paket komplit dia mah, tapi sikapnya dingin banget! Dan sedikit random" Ucap Aleya bermonolog Sambil mengingat sikap Gus Alfathar yang kadang ramah, jutek, kadang sudah cool, benar-benar random.

°°°°°

-Publish, 13 Januari 2024
-Revisi, 22 Maret 2024


Gus AlfatharTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang