Fathar tak bisa tidur memikirkan hal yang terjadi siang tadi. Ia bergerak gelisah di atas tempat tidur, ia berkali-kali mengganti posisi tidurnya. Ia begitu takut. Bagaimana jika Aleya tak akan bisa melupakan Hisyam? Bagaimanapun, Fathar dan Hisyam adalah sepupu, otomatis akan sering bertemu.
Tak dapat di pungkiri. Fathar merasa sakit saat menyadari fakta, bahwa Aleya masih mencintai Hisyam. Sampai kapan ia akan bertahan? Haruskah ia mundur?
"Aa' kenapa?" Tanya Aleya dengan suara serak.
Ia terbangun dikarenakan gerakan kasur yang tidak tenang, dan pelakunya adalah suaminya sendiri.
"Kamu kok bangun?" Tanya Fathar lembut.
"Jawab dulu... Aa' kenapa dari tadi gerak kesana-kesini" ucap Aleya, mencoba memperjelas penglihatannya ke arah suaminya.
"Maaf ya sayang, pasti kamu kebangun gara-gara Aa' " ucap Fathar merasa bersalah.
Aleya bangkit dari tidurnya, ia menatap dalam wajah suaminya. Ia menarik tangan suaminya agar ikut beranjak, suaminya menurut saja.
Dengan cepat, Aleya memeluk tubuh Fathar, membuat Fathar yang mendapat pelukan tiba-tiba itu terkejut tak bisa bergerak.
Aleya menepuk pelan punggung suaminya. "Aa' mikirin apa sih? Cerita sama Aleya. Di mata Aa' keliatan banget lagi banyak pikiran" ucap Aleya pelan, ia mengelus punggung suaminya.
"Aa' gak papa kok" ucap Fathar, ia masih belum bisa menggerakkan tubuhnya.
"Jangan bohong A', ada masalah apa? Pesantren? Rumah Tahfidz? Atau ada yang kurang nyaman buat Aa' di rumah ini?" Tanya Aleya lagi.
"Gak ada sayang... Ayok sekarang tidur" ucap Fathar, ia tak ingin melanjutkan percakapan.
"Atau Aleya yang buat salah?" Tanya Aleya.
"Enggak sayang... Udah.. kamu lanjut tidur lagi, Aa' juga bakal tidur ini" ajak Fathar.
"Aa', kita ini sekarang suami-istri, jadi harus saling berbagi. Kalo ada masalah, cerita ke Aleya. Mana Tau Aleya bisa bantu"
"Kamu ini... Di bilangin gak ada sayang" ucap Fathar sambil jari telunjuknya mencolek hidung mancung istrinya.
"Aa' bohong!" Kesal Aleya, baru saja Fathar ingin menjawab, sebuah dering ponsel berbunyi.
Drttttt
Fathar menoleh ke arah nakas yang ada di belakangnya, melihat nama yang tertera di dalam ponsel.
"Siapa A'?"
"Abi "
Fathar mengangkat telpon dari kyai Hasan.
"......"
"Wa'alaikumsalam "
"....."
"Hilalnya udah kelihatan? Berarti besok sudah puasa?"
"...."
"Baik Abi, nanti Fathar infokan ke keluarga disini"
"....."
"Wa'alaikumsalam "
Tut!
"Kenapa A'?" Tanya Aleya.
"Besok sudah puasa" jawab Fathar, ia bangkit dari kasur.
"Mau kemana?"
"Ngasih tau orang rumah dulu"
"Jangan lama ya A' "
"Iya, Habibati"
Cklek
Pintu tertutup dengan rapat. Aleya melihat jam yang menempel di dinding. Jam masih menunjukkan pukul 22.21 malam.
Kemudian matanya kembali memandang pintu kamarnya yang sudah tertutup rapat.
"Kenapa Aleya di kasih orang sesempurna Aa'?"
"Apa pantas. Aleya masih mencintai kak Hisyam, tapi disisi lain, Aleya gak mau Aa' pergi?"
"Aleya bingung A'!"
"Kemarin-kemarin Aleya hampir lupa sama kak Hisyam, tapi.. kejadian tadi siang? Aleya gak bisa lupain A', siapa gadis itu? Apa kak Hisyam benar-benar udah move on sama Aleya? Secepat itu?" Monolog Aleya
***
"Sayang... Bangun sayang... Ayok sahur" ucap Fathar lembut, ia membelai rambut istrinya itu. Kini jam sudah menunjukkan pukul 4 pagi.
"Hmmm.." Aleya hanya membalas dengan deheman.
"Utututu... Ngantuk banget ya sayang" ucap Fathar terkekeh, lucu sekali wajah istrinya saat sedang tidur.
"15 menit lagi A' "Gumam Aleya
"15 menit lagi, ditambah 5 menit, jadinya adzan Sayang" ucap Fathar gemas, tak lupa tangannya mencubit pipi istrinya itu.
"Awshh.. Aa'! Sakit..." Rengek Aleya.
"Makanya... Siapa suruh kamu lucu" ucap Fathar, ia membantu Aleya untuk duduk.
"Ini tuh, emang dari Allah udah diciptain gini. "
"Iya deh... Hayyuk kita sahur" ajak Fathar.
Dengan malas, Aleya menyambut tangan suaminya yang sudah mengambang untuk mengajaknya. Dia rasanya sangat ngantuk sekali.
Kedua pasutri itu turun melewati tangga, berjalan bergandengan hingga ke dapur. Ternyata di dapur sudah lengkap keluarga. Hanya Aleya dan Fathar saja yang baru datang.
"Pasutri sudah datang" sindir Abi Harits.
"Pasti sudah di bangunin Zahra nya. Iya kan, nak Athar?" Tanya umi Zainab, memandang menantunya yang duduk di seberangnya.
"Iya umi, katanya mau bangun 15 menit lagi" jawab Fathar, ia melirik ke arah Aleya.
Aleya menatap tajam suaminya itu. Jujur sekali. "Gak boleh tau, nyebarin aib orang" ucap Aleya pada suaminya..
"Ummi sama Abi udah tau banget kamu suka gitu" ucap umi Zainab terkekeh, di ikuti yang lainnya.
"Ihh... Jadi malu sama kak Cayla" ucap Aleya sembari menutup wajahnya malu-malu menatap ke arah Cayla yang duduk di seberangnya. Lebih tepatnya di samping ummi Zainab.
"Sudah-sudah, kita sahur sekarang, takut gak keburu waktunya. Nanti ada yang nangis gak bisa sahur" ucap Abi Harits menyindir seseorang.
"Abi nyindir Zahra!" Ucap Aleya tak terima
"Faktanya seperti itu" sahut umi Zainab
Satu meja tertawa dengan drama yang terjadi saat menjelang sahur, membuat Aleya memberengut kesal. Apalagi pada suaminya itu.
°°°°°
-Publish, 11 Maret 2024
-Revisi, 29 Maret 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Alfathar
Fiksi Remaja"Kalo memang kamu masih ada rasa sama lelaki itu, kenapa tidak menolak perjodohan ini dengan tegas? Bukan hanya lelaki itu yang sakit, kamu pun akan sakit. Apalagi kamu sudah berjanji menunggunya" ucap orang yang sedari tadi mendengar perbincangan A...