Aleya baru saja pulang sekolah tepat pukul 15:30, setelah mengucapkan salam dan membuka pintu, ia pun memasuki rumah dan langsung menuju dapur.
"Siang umi" ucap Aleya saat melihat ummi nya— umi Zainab sedang memasak untuk makan siang.
" Wa'alaikumsalam" jawab umi zainab.
" Eh! Hehehe, assalamualaikum umi cantik" ucap Aleya kikuk sendiri.
" Wa'alaikumsalam anak umi yang cantik juga" jawab umi zainab sambil melanjutkan acara memasaknya.
" Umi masak ayam kecap ya?" Tebak Aleya, tercium dari aromanya yang menggoda. Saat ini ia tengah duduk di kursi meja makan.
" Iya, hari ini umi masak makanan kesukaan kamu, ayam kecap dan sambal belacan" jawab umi Zainab tanpa memalingkan wajahnya pada sang anak.
Aleya yang mendengar nama makanan kesukaannya itu lantas langsung meletakkan tas nya di atas meja makan dan berantusias mendekati umi Zainab.
" Biar Ara bantuin ya umi" tawar Aleya semangat.
" Yakin?" Tanya umi Zainab memastikan.
" Yakin banget!" Jawab Aleya, lalu beralih mengambil sendok masak dari tangan umi Zainab.
" Umi nyiapin yang lainnya aja di meja" tawar Aleya.
" Ya sudah kalau gitu" umi zainab pun mengambil tiga piring dan sebakul nasi, saat ini memang hanya ia dan Aleya yang berada di rumah, sedangkan sang suami sedang bekerja dan bentar lagi akan sampai di rumah.
" Tumben umi masak makanan kesukaan Ara?" Tanya Aleya pada umi Zainab.
" Emang kenapa? gak boleh?" Tanya umi Zainab masih fokus menata piring.
" Boleh dong, boleh banget malah! cuma kayak gimana aja gitu" ucap Aleya kembali fokus dengan masakan nya, pasalnya jarang sekali uminya itu memasak makanan kesukaannya.
" Ya gak papalah, kamu hari ini lagi datang bulan kan? Pasti hari ini kamu bakal makan banyak" ucap umi Zainab.
" Hehe, umi tau aja" ucap Aleya menyengir.
" Iya dong, kan umi yang ngelahirin kamu Ara" ucap umi Zainab geleng-geleng kepala.
Ara adalah nama panggilan untuk Aleya dari orang rumah, atau bisa di bilang dari keluarga.
***
" Sudah selesai... masakan ummi
Zainab dan Aleya Zahra sudah siap" ucap Aleya girang sambil menata masakannya di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Alfathar
Ficção Adolescente"Kalo memang kamu masih ada rasa sama lelaki itu, kenapa tidak menolak perjodohan ini dengan tegas? Bukan hanya lelaki itu yang sakit, kamu pun akan sakit. Apalagi kamu sudah berjanji menunggunya" ucap orang yang sedari tadi mendengar perbincangan A...