Aleya, Fathar, Bima dan Cayla saat ini sedang dalam perjalanan menuju tempat jualan takjil terdekat. Mereka berencana untuk ngabuburit dan memborong banyak takjil yang di jual.
Sepanjang perjalanan mereka asik riang gembira. Lebih tepatnya Aleya dan Cayla, mereka asik berbincang dan bertukar cerita, tak peduli dengan kedua lelaki yang saling diam-diaman di depan sana.
Setelah sampai di tempat tujuan, mereka berdua segera turun dari mobil dan bergegas berburu takjil. Mereka meninggalkan dua lelaki tersebut tak peduli.
Mereka berdua asik kesana dan kemari, mencari apa yang sekiranya nikmat di lidah.
Mulai dari es buah, es cendol, klepon, kue-kuean, gorengan, dan banyak hal lainnya.
"Kak, aku gak sadar!"
"Gak sadar apa Zah?" Tanya Cayla.
"Kita udah habisin seratus ribu!" Ucap Aleya heboh.
"What! Seratus? Seratus ribu?!" Pekik Cayla, "mending kita udahan aja deh berburu takjilnya, udah banyak juga kan" ucap Cayla.
"Iya, benar-benar " ucap Aleya, mereka memilih kembali ke tempat parkir.
Sesampainya di tempat parkir, mereka hanya menemukan mobil yang terparkir, tetapi tak menemukan kedua lelaki tersebut.
"Mereka mana ya?" Tanya Aleya.
"Masih ngabuburit kali" jawab Cayla.
"Mana panas banget lagi, udah jam berapa yah?" Ucap Aleya.
"Udah jam setengah enam" jawab Cayla.
"Aku telpon suami aku dulu deh" ucap Aleya, ia mengambil ponselnya dari kantong gamisnya.
"Halo A' "
"Iya nih, aku sama kak Cayla udah selesai"
"Jangan lama ya, aku tunggu di dekat mobil nih"
"Assalamualaikum "
Tut!
"Gimana?" Tanya Cayla.
"Mereka ada di dalam, bentar lagi menuju kesini" jawab Aleya.
"Zah" panggil Cayla.
"Kenapa kak?" Tanya Aleya.
"Kamu... Umurnya berapa sih?" Tanya Cayla.
"18 tahun"
"Omo! Kamu masih SMA?" Tanya Cayla.
"Iya, pasti kakak terkejutkan kenapa aku udah nikah di umur segini?" Ucap Aleya, Cayla mengangguk mengiyakan.
"Aku dijodohin. karna dulu aku tuh nakal banget, gak pernah dengerin orang tua, jadi aku ngiyain aja. Alhamdulillah nya dijodohin sama A' Fathar, beruntung banget aku, di perhatiin, di manjain, intinya beruntung deh. Walaupun kadang suka berantem sih" ucap Aleya.
"Nikah itu... Enak ya?" Tanya Cayla.
"Satu persen enak, sembilan puluh sembilan persennya lagi enak banget" ucap Aleya.
"Jadi pingin nikah juga" ucap Cayla, ia seolah sedang menerawang ke depan.
"Sabar.. bentar lagi juga" ucap Aleya menepuk pundak Cayla.
"Bentar lagi kapan? Calon aja gak punya" ucap Cayla lesu, "mana ada yang mau sama cewek kayak aku, udah jelek, miskin, ayah pemabuk, ibu gak jelas keberadaannya, siapa yang mau coba" cerocos Cayla.
"Tunggu bang Hanafi pulang kak" ucap Aleya, "lagian... Kakak itu cantik tau, kakak juga keren karna bisa kerja di usia muda. Udah bisa punya penghasilan sendiri" ucap Aleya.
"Kamu bisa aja" ucap Cayla.
"Aku serius kak" ucap Aleya jujur.
"Iya deh, do'ain aku dapet laki-laki yang Sholeh kayak suami kamu " ucap Cayla.
"Kalo seperti suami aku gak ada kak, tapi kalo lebih mungkin ada. Bang Hanafi bisa tuh jadi suami kakak" ucap Aleya menaik turunkan alisnya.
"Kamu mah... Ngadi-ngadi" ucap Cayla mendorong pelan tubuh Aleya.
"Ya Allah, semoga bang Hanafi jodoh sama kak Cayla... Aamiin.." ucap Aleya kencang.
"Aleya... Malu di dengerin orang..." Ucap Cayla malu karena ada beberapa orang yang memperhatikan mereka.
Aleya tertawa melihat wajah malu Cayla, tak lama kemudian Fathar dan Bima datang.
***
Mereka sudah sampai di rumah, membawa banyak sekali takjil, tidak. Tidak. Lebih tepatnya hanya Fathar dan Bima saja yang membawa. Sedang kedua gadis tersebut hanya berjalan tanpa beban dan membantu membukakan pintu.
"Letak di sebelah sana ya A', letak di atas meja dapur" ucap Aleya seolah suaminya adalah orang asing yang tak tau-menau soal rumah tersebut.
"Kalian sudah pulang?" Tanya Umi Zainab yang baru saja menghampiri mereka di dapur.
"Udah ummi" jawab Cayla.
"Kalian beli banyak sekali" ucap Umi Zainab geleng kepala.
"Semua nampak enak ummi" ucap Aleya cengengesan.
"Beginilah kalau Zahra yang di suruh belanja takjil, semua di beli" ucap Umi Zainab.
"Tau aja ummi, makin sayang deh" ucap Aleya menyengir.
"Udah, ayo siapin, bentar lagi buka. Tinggal lima belas menit lagi" ucap umi Zainab.
Aleya dan Cayla menurut, sedang Fathar dan Bima sudah pergi duduk bersantai di ruang tamu bersama Abi Harits.
***
Semuanya sudah selesai makan sekalian berbuka puasa. Aleya melirik Fathar dan menyenggol pelan suaminya.
Fathar menoleh dan langsung paham maksud Aleya.
"Abi"
"Iya? Ada apa Fathar?" Tanya Abi Harits.
"Malam ini Fathar dan Aleya bakal pulang" ucap Fathar.
Abi Harits mengangguk, "baiklah, lagian sudah lama juga kalian menginap disini. Kasian rumah kalian di tinggali lama-lama" ucap Abi Harits.
"Ngomong-ngomong, kalian sudah pergi ke pesantren?" Tanya Umi Zainab.
"Belum mi, nunggu Aa' luang dulu di Rumah Tahfidz" jawab Aleya.
"Owh.. jangan lama-lama, lagian gak jauh juga ke Bogor" ucap Umi Zainab.
"Iya ummi, insyaAllah secepatnya" jawab Fathar.
***
"Kami pamit ya ummi" pamit Aleya.
"Iya, hati-hati dijalan ya nak"
"Pamit Abi"
"Hati-hati di jalan nak Fathar"
"Na'am Abi"
Fathar masuk kedalam mobil dan menghidupkan mesinnya.
"Pamit ya kak Cayla, tolong jaga ummi sama Abi ya, kalo ada apa-apa calling aja" ucap Aleya.
"Iya, aman" jawab Cayla sedikit sedih karena akan di tinggal Aleya.
"Dadah semua" Aleya melambaikan tangan dan masuk ke mobil, setelah itu mobil melaju meninggalkan pekarangan rumah
°°°°°
-Publish, 30 Maret 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Alfathar
Teen Fiction"Kalo memang kamu masih ada rasa sama lelaki itu, kenapa tidak menolak perjodohan ini dengan tegas? Bukan hanya lelaki itu yang sakit, kamu pun akan sakit. Apalagi kamu sudah berjanji menunggunya" ucap orang yang sedari tadi mendengar perbincangan A...