Ambil baiknya, buang buruknya !!!
Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸
❄
Keep VOTING !!!✨
--------------------------------------------------------------
❄
Kedai tutup di sore hari sebelum Jennie kembali dari sekolah. Nenek mengajak Lisa untuk pulang menggunakan taksi, dan memberinya teh hangat begitu mereka tiba di rumah.
"Minumlah, untuk menghangatkan tubuhmu. Nenek sudah campurkan sedikit ginseng untuk campurannya. Ini baik untuk pereda demam, nak"
"Terima kasih banyak nek, maaf Lisa jadi merepotkan nenek" ucap Lisa, ia menerima minuman hangat buatan nenek, dan tersenyum pada ketulusan nenek yang menjamunya.
"Kau ini bicara apa nak? Kau sama seperti Jennie, cucu nenek, begitu pun dengan Jisoo. Kalian semua cucu nenek yang nenek sayangi" Nenek mengusap kepala Lisa, sedikit menurunkan rasa khawatirnya, karena minuman itu memang ampuh menurunkan demam tinggi pada zamannya.
"Senang bisa menjadi cucu nenek" Lisa tersenyum dan menyesap teh hangatnya.
Sementara nenek pergi untuk membersihkan diri dan menyiapkan makanan untuk mereka nanti, Lisa merasa tubuhnya semakin lemas dan menidurkan diri di sofa.
Siapa sangka, tak lama kemudian Jennie pulang ke rumahnya usai mendatangi kedai nenek yang telah tutup. Ia memutuskan untuk pulang ke rumah, dan terheran begitu melihat seseorang yang meringkuk di sofa itu tak lain adalah kekasihnya.
"Lisa? Kenapa dia bisa ada di sini?" Jennie pergi ke dapur tanpa membangunkan Lisa, lalu nenek menyadari akan kedatangan cucunya.
"Kau pasti ingin menanyakan anak itu?" ucap nenek, seolah sudah tahu bahwa Jennie memang akan bertanya padanya.
"Tidak, ahm, maksudku iya. Kenapa nenek membawanya kemari?"
"Apa nenek harus menyuruhnya pulang? Jennie, nenek rasa dia sedang sakit demam, suhu tubuhnya begitu panas"
"Jennie tahu, nek"
"Lalu kenapa kau diam saja sekarang? Cepat kompres dia. Bagaimana pun dia juga muridmu, keluarga kita juga" ucap nenek, Jennie pergi ke kamarnya, dan saat kembali ternyata Lisa sudah membuka matanya dengan posisi duduk di sofa.
"Ssaem" sapa Lisa pertama kali. Jennie hampir meneteskan air matanya, namun ini bukan saatnya bagi dia tuk menangis. Keadaan Lisa jauh lebih penting daripada menuruti rasa egonya.
"Kenapa kau kemari? Bukannya kau sedang sakit? Kenapa tidak istirahat di rumah?"
"Aku jenuh dengan keadaan rumah yang sudah tidak seperti rumah bagiku. Jadi aku memutuskan untuk pergi ke kedai nenek dan memakan tteokbokki"
"Banyak bicara kau sekarang. Kemarin-kemarin kenapa hah?"
"Maafkan aku, ssaem"
"Tadinya aku tidak ingin kau melihatku lagi, tapi kau malah datang kemari"
"Kau benar-benar marah?"