O3

5K 495 38
                                    

"Sekarang mau kemana?"

Seno menoleh ke belakang, meminta jawaban dari Arkhana yang tampak lelah. Mereka mengitari seluruh sudut perbelanjaan karena bingung letak barang yang dicari, juga tambahan daftar perbelanjaan dari Erlang, sampai akhirnya lelah sendiri. Bagasi sampai tempat duduk sisi kanan kiri Arkhana penuh.

Ditatap intens seperti itu membuat Arkhana mendadak gugup. "Ngikut aja, kak. Terserah."

"Pengen makan siang apa nih?" Tanya Kairo datar tetapi diam-diam memerhatikan wajah adiknya lewat kaca.

"Telat banget lo nanyainnya, udah mau sore ini," Tukas Seno tajam.

Lagi-lagi Arkhana menjawab dengan kalimat yang sama. "Ngikut aja, bang. Terserah."

Seno dan Kairo sontak berpandangan, lantas sama-sama membuang napas panjang. Tidak ingin lagi bertanya pada pemuda itu akhirnya Seno berpikir keras, menu apa yang enak dan murah selain ayam geprek yang bertebaran di pinggir jalan.

Selama kuliah, ayam adalah solusi di mana ketika ia bingung ingin makan apa. Pagi ayam goreng, siang ayam geprek, malam ayam bakar. Di rumah ibunya memelihara ayam, Seno trauma dengan ayam!

Juga... Seno lupa sebelum ada ayam geprek dulu ia selalu makan apa. Kenapa sekarang ayam geprek menjadi alternatif utamanya.

"Gak usah sok mikir, kayak yang punya pikiran aja lo, Sen."

Mendengar ucapan itu, Seno langsung melayangkan tatapan tajam. Daripada Kairo, punya pikiran tapi tidak pernah dipakai.

"Soto enak gak sih panas-panas gini?" Tanya Kairo, ia sudah kepikiran sejak belanja tadi.

"Soto juga kayak begitu rasanya. Mie jebew mau gak?"

"Gak mau. Enak tau soto panas-panas gini seger."

"Soto mulu lo, El."

"Daripada geprek mulu. Jadi pegawai Bensu sekalian sana."

Seno tersenyum miring. "Lucu lo. Sego sambel? Nanti lo bisa bungkus buat makan malem. Gak usah order lagi."

"Lo demennya yang kering-kering begitu ya, Sen." Kemudian Kairo tampak berpikir. "Tapi boleh deh."

Meskipun sebenarnya Kairo sedang tidak ingin makan yang pedas-pedas karena terlampau kenyang dengan omongan Ranu yang sudah pedas. Tapi tidak apalah, nanti malam tinggal masak nasi.

"Kita mak--" Seno menutup mulutnya. "Lah tidur anaknya, El." 

Kairo ikut menoleh, dan benar saja dia tertidur. Dari wajahnya kayak orang yang capek banget padahal cuma keliling supermarket sambil baca daftar belanjaan.

"Gemes banget, kasian kalo dibangunin. Bungkus aja deh."

"Oke."

Seno kembali menatap ke depan, diam-diam melirik Kairo yang fokus menyetir. Suara sheila on seven mengalun lirih menemani perjalanan mereka yang hening.

"Elkairo."

Ada apaan tuh? Kairo menatap kaget mendengar suara rendah sahabatnya, biasanya kalau sedang mengeluarkan suara seperti itu apalagi dengan wajah dingin maka pembicaraan selanjutnya akan berlangsung serius. Contohnya, mengajak demo atau izin ngebut karena sudah telat masuk kelas.

Seno anak ambis.

"Serius, gue mau tanya. Alasan lo sekarang kek benci banget sama Arkhana apa sih, El."

Tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu, Kairo berdecak.

"Jangan pake alesan dia penyebab bapak emak lo pisah ya, basi tau, kalau iya gue gampar lo pake brokoli."

BUNGA TIDUR✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang