1O

4.7K 454 40
                                    

"Yaallah capek banget gue!"

Ranu melirik sinis pada Kairo, berdecih sebal. "Gitu lo minta ke Jogja, pulang sore aja ngeluh. Dasar jompo."

Kairo mendudukkan Arkhana di kursi meja makan, lalu dirinya membantu Ranu mengeluarkan beberapa perdagingan yang tadi mereka beli sebelum pulang, hanya daging ayam dan daging sapi, nanti malam mereka berencana barbeque-an, juga beberapa bumbu sesuai resep dari google, Ranu juga membeli beberapa buah padahal sebelum ini mereka jarang sekali beli buah.

Melon, pepaya, dan alpukat. Kata Erlang bagus buat perut si Kana.

"Kita kan gak punya grill nya, mas." Ucap Kairo.

Ranu menepuk dahi. "Oh iya, yaudah sana beli, Ro. Sekalian sama kompor portabel nya. Lo kan punya nomer tukang perkakas, suruh kesini aja ntar bilang kalo mas bayar ongkirnya sekalian."

"Oke siap laksanakan!" Kairo mengambil ponsel dari saku, menelpon tukang mebel langganannya.

Anaknya tukang mebel temennya Kairo main pas baru pindah ke Solo, jadi cees sekarang sekalian sama bapaknya karena sama-sama punya hobi sepedaan. Bukan hanya punya toko mebel, bapaknya temennya itu menjual segala jenis alat-alat dapur dan kawan-kawannya.

"Eh, halo pak. Cepet banget ngangkatnya... hehe iya. Mau pesen lagi, kompor portabel kecil gitu pak, sama grill, terus sumpit, sama kuas."

Arkhana mendengarkan percakapan Kairo yang menurutnya lucu, ia menahan senyumnya.

"Astaghfirullah, bukan kuas cat, pak! Kuas kecil buat oles-oles gitu... Iya, beli dua ya pak. Sama minta tolong anterin, pak. Total aja sekalian sama ongkirnya, pak. Mas Ranu nanti yang bayar. Oke, shapp! Matur sembah nuwun ya, pak..."

Kairo menatap Ranu dengan sombong. "Beres. Koneksi gue emang gak main-main kan, mas?"

Erlang tersenyum simpul, ia baru datang karena harus memasukkan mobil ke garasi lalu menutup gerbang, dan menutupi semua pintu depan. Ia mengambil air hangat dari dispenser.

"Diminum, Kan. Mas lihat kamu sendawa terus, pasti lagi gak enak ya perutnya?" Tanya Erlang, tiba-tiba meletakkan segelas air di depan Arkhana.

Tentu saja anak itu cukup terkejut, namun tetap tersenyum tulus. "Makasih, mas. Iya kerasa perih dikit. Tapi gapapa."

"Yaudah itu cepet diminum, terus istirahat."

"Anterin Kana ke kamar, Ro. Sekalian lo juga mandi," perintah Ranu tanpa melepas pandang dari belanjaannya yang berjejer di atas meja.

Seperti ada yang kurang, tapi Ranu tidak tahu itu apa. Kairo menatap Arkhana yang tengah meneguk air putih dari Erlang, begitu tandas dengan tidak sabaran Kairo menarik paksa adiknya berdiri.

"Pelan-pelan, El..." Ucap Erlang yang sebenarnya sudah tidak kaget dengan gerakan Kairo yang grasak-grusuk itu.

Ranu menatap adiknya lelah, tenaga adiknya itu memang selalu berlebihan. "Udah sana kalian berdua cepet ilang dari hadapan gue."

Kairo berdecih, siapa juga yang mau lama-lama di dapur. Ia merangkul Kana dan mengajaknya pergi dari kawasan bau gas itu.

"Gue bisa jalan sendiri, bang."

"Diem aja, Kan. Ntar gue bantuin mandi sekalian."

Arkhana menoleh. "Mandi bareng gue sekalian aja, bang."

Sontak Kairo menghentikan langkahnya, melepaskan rangkulannya dan menatap horor pada adiknya. "Anjir, Kana!"

Anak itu tertawa, lalu berjalan lebih dulu meninggalkan Kairo yang masih terdiam tidak percaya apalagi dengan tatapan mesum Arkhana.

BUNGA TIDUR✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang