16

3.9K 427 27
                                    

Ranu menguap lebar beberapa kali, mengantuk berat setelah semalam tidak tidur dan baru bisa pulang sekarang tepatnya jam dua belas siang. Ia dan Erlang memang definisi kerja lembur bagai kuda.

Tahu rumah sepi karena semalam Kairo menginap di rumah Seno, Erlang ternyata tidak pulang juga dan tidur di kantornya. Meski sebenarnya Ranu curiga itu hanyalah sebuah alasan karena Erlang punya pacar. Ya... Tidak apa-apa, dia sudah dewasa dan harusnya sudah mengerti batasan-batasan yang penting tidak masuk gawang saja.

Eh, astaghfirullah.

Dirinya, Erlang, juga Kairo mengalami masalah yang berbeda-beda dalam hal percintaan. Erlang yang beda agama, Kairo terhalang status saudara, dia diam-diam suka sama sepupu sendiri. Pft... Dan Ranu yang merasa tidak ada yang mau dengan dirinya. Percaya atau tidak, ia jomblo sejak dari zigot.

Ranu memarkir mobilnya di halaman rumah, tidak ia masukkan ke garasi karena nanti sore ia akan keluar lagi. Melihat rumah yang begitu sepi dan terkesan dingin membuat Ranu menghela napas panjang.

Keadaan rumahnya memang sudah berbeda sejak perginya Aluna dan Arkhana dulu. Ia, Erlang, dan juga Kairo sama-sama menderitanya dengan Arkhana. Mereka tumbuh dalam kesepian, namun yang membedakan ternyata adiknya disana sendirian. Benar-benar sendirian.

Nyatanya tetap berbeda.

Ranu bersyukur sesibuk-sibuknya Bachtiar masih menyempatkan waktu untuk anak-anaknya. Meski ia sering bertengkar dengan Erlang dan Kairo, tidak membuat masing-masing terasa asing karena menyadari mereka hanya punya satu sama lain jadi harus saling mengerti, memahami, mendukung, dan mendoakan. Memang harus begitu kan namanya saudara?

Setelah pekerjaannya ini agak bisa ditinggal, Ranu berencana mengajak Kairo dan Erlang ke Korea untuk mengunjungi Arkhana nanti.

"Eh, Kairo nih jadi beli tokpoki gak sih..." Ranu teringat sesuatu.

Ia mengambil ponsel dari sakunya dan menelpon Kairo yang mungkin sekarang sedang mabar dengan Seno.

"Assalamu'alaikum, mas! Ada apa?"

Ranu berjalan menuju dapur, membuka kulkas dan mengambil sebotol air dingin.

"Lo gak berencana pulang? Mau kemah di rumahnya Seno sekalian apa gimana lo?"

"Hehe, iya nanti pulangnya."

"Jadi beli tokpoki gak sih? Katanya lo mau beli, gue udah kepikiran sama odeng spicy nya!"

"Iyaa, mas.. yaallah ini gue otw beli sama Seno, mas Rann! Tunggu aja."

Ranu mendengus, meneguk airnya cepat kemudian membuka aplikasi tinder. Hehehe. Kali aja ada yang cocok bisa menghibur hati yang sedang bersarang laba-laba ini.

"Yaudah gue tunggu banget!"

"Iya!"

Seno menatap Kairo yang cengar-cengir setelah menutup panggilannya. Pemuda itu tersenyum lebar hingga matanya tinggal segaris lalu mengacungkan jempolnya.

"Aman."

"Dosa banget lo," kekeh Seno sambil mengeluarkan pasport dan ponsel.

"Ya kan bener kita mau beli tokpoki."

"Tapi ya gak ke Koreanya langsung, anying."

Kairo tergelak, ia merangkul Seno yang sedari tadi mendumal menuju tempat check in. Tidak expect sekali memang, Seno kira anak itu bercanda soal mengajaknya beli tteokbokki di Korea, tapi ternyata tidak saat Kairo benar-benar membeli dua tiket pesawat di depan matanya langsung.

BUNGA TIDUR✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang