14

3.7K 396 36
                                    

Hoam...

Kairo menguap lebar sembari merenggangkan otot, ia menggaruki badan yang terasa gatal setelah kemarin tidak mandi sehari karena sedang tidak enak badan lalu sorenya tiba-tiba mengalami demam tinggi, tapi sekarang sudah sembuh karena langsung dibawa ke dokter oleh Erlang dan Bachtiar.

"Mau mas buatkan sarapan, El?" Tawar Erlang yang terlihat fokus di depan mesin kopinya.

"Enggak," tolak Kairo. "Ayah mana, mas?"

"Udah berangkat, mau pamit sama kamu tapi kamu masih tidur tadi."

Kairo manggut-manggut, pria paruh baya itu akan terbang selama tiga hari. Entah bagaimana rutenya, Kairo lupa tidak bertanya semalam.

"Mas Ranu mana?"

Erlang menoleh. "Di belakang ngurusin tanamannya."

Selain hobi menggambar, Ranu juga hobi bercocok tanam. Mungkin jika tidak sibuk seperti sekarang, halaman belakang rumah pasti sudah menjadi hutan karena Ranu pasti akan menanami dengan berbagai jenis tumbuhan jika ada lahan kosong.

Kairo berjalan menjauh dari dapur membuat Erlang melotot. "El mau kemana kamu!"

"Ke belakang!"

"Udah diem sini aja kamu baru sembuh!"

Sudah tahu teriakannya pasti tidak akan didengarkan, Erlang berdecak. Karena acara sakitnya Kairo kemarin membuat Erlang jadi perasaan apakah anak itu kelelahan mengurus rumah sendiri. Dia dan Ranu sibuk, Bachtiar jarang pulang, meski tidak mengerjakan pekerjaan terlalu berat tapi rumah ini lumayan besar dan akan membuat tepar jika yang menyapu satu orang apalagi dilakukan setiap hari pagi dan sore.

Mengingat itu, apalagi jika nanti Kairo sudah masuk kuliah lagi dan akan menjadi lebih sibuk, Erlang langsung memesan robot vacuum dan mesin pencuci piring agar memudahkan para bujang ini.

"Nanem apa mas?"

Ranu terkesiap kaget ketika bahunya ditepuk agak keras, pasalnya ia lagi fokus mengeruk tanah.

"Udah sembuh lo?"

Kairo ikut jongkok. "Dih siapa juga yang sakit."

"Terus semalem siapa yang ngerengek kepalanya pusing, capek bersin, panas tapi dingin..." Cibir Ranu, panik sekali pulang-pulang kerja disuguhi pemandangan adiknya yang kekar ini tiba-tiba sakit.

Kairo terkekeh, tidak tau juga mengapa semalam ia seperti itu. Melihat tangan Ranu yang lihai sekali menanam tomat, pikiran Kairo tiba-tiba melayang pada ingatan ketika ia umur enam tahun.

"Dulu... Kalau gue sakit pasti si Arkhana juga ikut sakit."

Mendengarnya, Ranu tersenyum tipis. Ia bangkit dari jongkoknya dan mengambil tanaman baru.

"Iya, dulu kalian kayak anak kembar. Lo masih kecil banget tapi udah punya adek."

Benar, saat itu Kairo rasanya kurang sekali kasih sayang karena baru umur satu tahun lebih sedikit sudah punya adik. Iya, ibunya habis nifas langsung gas kayaknya.

Kata ayah, Aluna mungkin mengalami baby blues saat merawat Kairo, sehingga dia mencari kesenangan dengan selingkuhannya sampai khilaf. Kairo heran, baby blues tapi kok bikin anak lagi. Apa tidak tambah baby blues.

Karena itu Arkhana tidak mendapatkan perlakuan adil oleh ibunya. Padahal setiap anak mempunyai hak atas kasih sayang orang tuanya. Kasihan sekali, tapi dirinya juga kasihan, sih.

"Tapi kenapa kalau dia yang sakit gue gak bisa ngerasain sakitnya juga, ya?" Gumam Kairo.

Meski berucap lirih begitu, Ranu tetap bisa mendengarnya. Ia tatap adiknya yang jongkok di depan tanaman tomat, apakah anak itu sedang rindu Arkhana?

BUNGA TIDUR✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang