39

3.2K 376 96
                                    

"El, udah..."

Kairo berdecih tidak suka. "Apa sih, mas."

Erlang tertawa. "Wajah kamu masih kelihatan sedih aja. Udah nggak usah dipikirin lagi."

"Ya lagian lo waktu gue bangun tidur mendukung banget pake nenangin gue segala."

"Lha kamu bangun-bangun nangis masa cuma mas liatin doang?"

"Ya tinggal bilang aja si Kana lagi nyirem tanaman, ayah lagi jajan sama bunda."

"Kamu nggak tanya dari awal. Lagian kamu mim-"

Kairo menarik tangan mas nya dengan tiba-tiba. "Udah nggak usah dibahas lagi. Mending kita ke ruang tamu daripada nguping kayak cicak nempel begini."

Setelah kedatangan tamu alias si bapak kandungnya Arkhana dan adiknya, Bachtiar mempersilahkan mereka masuk dan semuanya langsung cuci muka padahal belum lima belas menit. Bunda Raina dan Seno pulang, katanya mungkin ini akan menjadi pembicaraan yang serius dan bukan ranah mereka untuk ikut.

Kairo dengan wajah tanpa dosa menarik Erlang yang tersenyum canggung saat mendapat tatapan datar dari ayahnya ketika mereka masuk ke ruang depan begitu saja dan duduk di samping Ranu yang tadi ikut bergabung setelah mengantarkan teh.

Melihat Erlang, Ranu, dan Kairo yang duduk berjejer di kursi panjang menghadap Jonathan dan Gabriel membuat Bachtiar hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Ngapain pada kesini, sih? Sana masuk," Usir Bachtiar.

Kairo menginjak kaki Ranu, memberi kode untuk mewakili bicara.

"Urusan Arkhana urusan kita juga, Yah. Kita mau ngawasin aja takutnya dia nyakitin Kana lagi," Ucap Ranu, meringis tertahan karena Kairo yang menginjak kakinya terlalu keras.

Jonathan menatap tidak percaya pada anak-anak Bachtiar. Sempat mengira ia salah rumah karena datang-datang disuguhi orang-orang maskeran.

"Saya cuma mengantar anak saya yang ingin ketemu kakaknya," jawab Jonathan santai.

Gabriel tersenyum tipis dan mengangguk kecil ketika kakak Arkhana menatapnya tajam dari atas sampai bawah. Ia canggung sekali dan ingin menghilang ditatap seperti itu.

Arkhana tersenyum lebar, ia meraih tangan Gabriel dan menggenggamnya. "Enzo nggak ikut, Gab?"

"Nggak, kak. Katanya dia malu ketemu kakak udah bikin kakak sakit waktu itu. Makanya aku kesini buat nge-wakilin si Enzo buat minta maaf sama kakak. Gaby kangen banget sama kak Arkhana makanya Gaby ngotot ikut papa waktu ke Indonesia."

Arkhana mengangguk, ingin tertawa begitu melihat wajah lucu Gaby sedih. "Bilangin ke Enzo kalau dia nggak salah, kan waktu itu kecelakaan jadi nggak perlu minta maaf."

"Tapi kakak udah baik-baik aja? Masih sakit atau udah sembuh?"

"Udah sembuh, Gaby. Kejadian itu udah lama banget."

Gabriel mengerucutkan bibirnya, menyentuh wajah Arkhana. "Tapi kok kakak pucet gini? Kurus lagi. Kakak gak dirawat ya disini sama mereka? Ayo, ikut Gaby ke Korea aja, kak."

Ranu sontak melotot tidak terima mendengar ucapan bocah itu. "Heh, Gabin."

"Gaby, Ran. Namanya Gaby..." Bisik Erlang.

"Bodoamat. Denger ya, Gab. Enak aja bilang Kana nggak dirawat disini, diliat pake mata kaki juga penampilan Kana lebih baik disini daripada ikut sama bapak lo," ujar Ranu ngegas.

Gabriel mengkerut, ia merapat pada Arkhana yang menahan tawanya.

"Kulitnya bersih nggak ada lebam, dia juga udah nggak kayak tengkorak jalan lagi. Dan nggak akan gue biarin Kana ikut lo balik ke Korea," Sambung Kairo.

BUNGA TIDUR✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang