36

3.1K 314 40
                                    

Kairo menatap sendu pada adiknya yang kini tengah tertidur setelah dokter Chandra memulai proses kemoterapi. Kemarin Oma sudah cerita perkara Arkhana yang bertemu dengan Aluna kemudian tidak berakhir baik membuat anak itu langsung drop.

"Makanlah sikit... Biar gak sakit."

Bachtiar menendang pelan kaki Kairo.

"Apa sih, Yah."

"Keluar sana, isi perutnya. Berdiri disini terus juga nggak ada gunanya."

Tidak ada gunanya katanya. Kairo tersenyum miring, selama Bachtiar kerja juga dia yang pasti dicari Arkhana dan cuma dia yang bisa menghibur anak itu ketika bersedih kemarin.

"Nggak nafsu, nggak ada yang enak disini. Nunggu bunda kesini bawa makanan aja."

Bachtiar menendang lagi kaki anaknya. "Astaghfirullah, bocah. Ya makan apa aja, Elkairo. Yang penting isi perutnya keburu siang ini. Bilang nggak ada yang enak, malu sama anak-anak palestina."

Kairo mendengus, kalah telak. Bachtiar baru datang pagi tadi, dari bandara langsung ke rumah sakit tanpa mandi dan ganti baju lalu memeluk anak-anaknya erat sekali.

Katanya saat perjalanan pulang ada kendala sedikit kendala dalam penerbangan sehingga Bachtiar panik dan langsung teringat anak-anaknya terlebih Arkhana yang sedang sakit.

"Pasti ada yang doain ayah. Karena ayah nggak pernah sampe kayak gini, pesawat ayah aja paling bagus."

"Ayah nggak boleh gitu, udah suudzon takabur lagi," Sahut Ranu.

"Tenang, Yah. Doa baik Kana selalu melindungi Ayah, kok. Langit nggak akan menerima ucapan buruk dari manusia, makanya kita nggak boleh doa yang jelek buat orang lain karena takutnya mental ke diri kita sendiri."

Ucapan Arkhana berusaha menenangkan ayahnya tadi.

Kemudian Bachtiar langsung memutuskan untuk cuti atau pensiun sekalian setelah penerbangan terakhir nanti. Ia juga meminta tolong kepada Surendra, Shiren, dan Oma untuk menyiapkan apapun keperluan untuk mengikat Raina dalam bentuk pernikahan.

Sat set.

Nikahnya nanti habis terbang yang terakhir.

Lalu pindah ke Singapure. Tapi untuk hal ini akan dibicarakan lagi kepada anak-anaknya secara serius setelah Arkhana pulang ke rumah.

"Udah sana pergi, nanti ikut sakit lagi kamu," Usir Bachtiar.

Pasalnya Kairo ini setiap malam begadang karena nugas terus, lalu kuliah, menjaga adiknya, ya... Tidak apa-apa karena memang begitu harusnya. Tapi makanlah sikit, biar gak sakit.

Kairo berdecak tidak suka. "Ck. Iya iya. Bawel banget duda."

"Heh."

"Minimal mandi, Yah. Itu Arkhana paling nggak lagi tidur tapi udah semaput karena bau ayah belum mandi."

Setelah mengucapkan itu, Kairo berlari keluar sebelum mendapatkan lemparan sepatu dari ayahnya. Kairo cekikikan sambil menutup pintu, lalu mendapati dua mas nya duduk di kursi panjang sambil melihat sebuah video di MacBook milik Ranu.

Kairo diam-diam bergabung, juga diam-diam mengambil sandwich di tangan Erlang. Memakannya tanpa suara.

"Nonton apa sih? Tuma'ninah banget."

"Webinar," jawab Erlang santai, tidak sadar roti di tangannya hilang.

Webinar? Kairo melongok, lantas menghembuskan napas panjang setelah melihat sosok yang sedang bicara di acara yang diketuai oleh Seno.

Maminya, Aluna dengan vibes wanita karir tengah menjelaskan panjang lebar tentang perjalanan hidupnya yang menurut Kairo itu bullshit sekali. Untung Omanya sedang pergi, jika dengar ini pasti MacBook Ranu sudah tidak terselamatkan atau mungkin memaksa dirinya untuk mengantar ke tempat seminar untuk menampar ibunya.

BUNGA TIDUR✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang