30

4K 370 38
                                    

"Kayaknya cuma Erlang deh yang tetep kerja di hari minggu."

Bachtiar menatap sinis pada sulungnya yang tampak sibuk di ruang tengah sambil mengulek sambal, sedang zoom dengan beberapa orang. Tidak terdengar jelas apa yang dibicarakan karena Arkhana memutar musik koplo agak kencang di dapur.

Yen akhire wirang ben wirang pisan
Yen akhire loro ben loro tenan

Meskipun tidak tahu artinya tapi anak itu tetap asik saja.

Permintaan Arkhana yang ingin jalan-jalan disambut baik oleh Ranu dan Kairo karena sudah mumet dengan hiruk pikuk dunia, setelah berunding singkat setelah subuh tadi akhirnya mereka memutuskan tadabbur alam ke salah satu pantai yang ada di Wonogiri. Mengajak Seno, dan Bachtiar ajak sekalian ibu nya yang kebetulan tidak ada kegiatan juga.

Kasian kalau di rumah sendirian, kan.

Tapi manusia sibuk, ambis, dan pekerja keras macam Erlang masih ada saja urusannya. Sehingga berangkat sekalian setelah menunaikan kewajiban di tengah hari nanti.

"Gapapa lah, pak. Kita kan jadi punya waktu buat siap-siap," sahut Raina memberikan senyum termanisnya sambil memanggang ayam. "Kalau sudah sambal langsung dimasukin kotak ya, pak."

"Siap, sayang."

Arkhana yang menjawab, sontak membuat Bachtiar melotot kaget. Namun anak itu hanya meringis lebar lalu menjawab.

"Aku nge-wakili isi hati ayah."

Ranu tertawa, suka dengan adiknya yang frontal begini. "Nanti ayah berdua aja sama bunda, nanti kita semua di mobil yang satunya."

Bachtiar refleks bersitatap dengan Raina, sama-sama tersenyum kikuk. "Ya semobil semua lah. Biar enak juga pantauannya, perjalanan kita cukup jauh, ya."

"Mobil kita seat nya pada lima semua, Yah. Gak bisa rame-rame," Ucap Ranu mengingatkan.

Ah, iya. Bachtiar tetap menggeleng. "Kalau begitu ayah beli mobil dulu yang seat nya banyak."

Kairo hanya bisa menatap lelah pada ayahnya yang kalau suka ngomong enak sekali tapi kadang juga suka langsung benar-benar diwujudkan. Namun sepertinya Raina dan Seno terkejut.

"Jangan, pak. Bapak ini," Tukas Raina, sampai mematikan kompor dan menghampiri Bachtiar hanya untuk mencubit pinggang pria itu.

Refleks, tapi tetap saja membuat anak-anak yang melihatnya menahan senyum.

"Pakai kendaraan yang ada saja."

"Saya mau beli mobil elf, Bu Rain. Kan kursinya banyak."

Mendengarnya Raina tersenyum menahan geram. Mau buka jasa travel sekalian atau gimana pak Bah ini.

"Tetap saja. Kalau Pak Bah gak mau semobil sama saya, biar saya sama anak-anak," sambung Raina.

Kairo terbahak, terlebih melihat wajah panik Ayahnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan terburu.

"Bukan gitu maksud saya, Bu Rain. Bukan saya gak mau, saya cuma takut kamu gak nyaman berdua doang sama saya."

"Saya nyaman kok sama bapak!"

Raina sontak menutup mulutnya, kaget dengan ucapannya sendiri begitupun Bachtiar yang tiba-tiba membeku sambil menatap wanita di depannya tidak percaya. Lantas keduanya sama-sama menunduk dan melanjutkan kegiatannya lagi dengan pipi yang sama-sama bersemu merah.

"Yaelah, drama orang tua," gumam Kairo sambil memakan basreng yang Ranu beli di toko oren.

"Udah ngalah-ngalahin kisah cinta reporter sama atlet anggar," sahut Seno.

BUNGA TIDUR✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang