18

4.1K 425 35
                                    

Mendengar dari Surendra bahwa Kairo pergi menyusul Arkhana bersama Seno sontak membuat Bachtiar mengambil cuti beberapa hari lagi. Ia sudah tahu sebelum ada pengakuan dari anaknya.

Kairo memang, jika sudah punya keinginan maka harus terealisasikan, kalau anak itu mampu, sih.

Khawatir juga kalau dipikir-pikir dan Bachtiar menyesal menamai anak itu Arkhana Samudra, dia benar-benar mempunyai rahasia seluas dan sedalam samudra. Masalahnya banyak sekali dan tidak membiarkan orang-orang tahu berakhir membuat dirinya sendiri terluka.

Dengan memakai kacamata hitam yang bertengger sempurna di hidung bangirnya, kemeja hitam lengan panjang, dan celana bahan longgar, Bachtiar berjalan dengan sedikit tebar pesona. Ia yakin visualnya tidak terbanting dengan artis-artis Korea yang entah mau bepergian kemana itu.

Bandara jadi ramai sekali.

Padahal kalau Kairo tidak mengabari jika Arkhana dilarikan ke rumah sakit, ia berencana mengajak Seno dan Kairo merayakan ulang tahun Arkhana hari ini. Ternyata baru landing sudah ada rencana lain dari Tuhan.

Alamat rumah sakit sudah dikirim oleh Kairo, Bachtiar bergegas menuju kesana menggunakan mobil yang diutus Surendra untuk menjemputnya. Disini ada perusahaan cabang yang bergerak di bidang properti dan real estate. Sebenarnya diwariskan ke Bachtiar namun karena ia punya profesi lain dan belum berminat mengurusi, ia titipkan saja kepada adiknya Surendra. Padahal di Singapure sana pria itu juga sibuk mengurusi stasiun televisi nya.

"Elkairo!"

Kairo dan Seno yang sedang duduk di kursi tunggu langsung berdiri. Pria paruh baya itu langsung memeluk anaknya seolah terpisah lama sekali, juga memeluk Seno membuat anak itu sontak mendelik kaget. Dalam hati berbicara kenapa ia dipeluk juga.

"Ayah lama banget datengnya."

"Tadi rame banget di bandara, pada ngerubungin ayah dikira aktor kali ya," Bachtiar mencoba melawak.

Dua anak itu tidak tertawa, padahal Bachtiar berusaha menghibur agar tidak tegang-tegang amat.

"Ayah mau ngomelin kamu tapi nanti aja," ucap Bachtiar. "Dimana adek kamu sekarang? Gimana kata dokter?"

Soal cerita tadi pagi Kairo sudah membeberkan kepada ayahnya saat pria itu perjalanan menuju rumah sakit lewat pesan suara. Kairo ceritakan tanpa terlewat satu pun, dari yang Aluna menarik tangan adiknya pagi tadi, lalu memakinya, menyiram wajahnya dengan air, menamparnya, hampir dilempar vas, semuanya Kairo sampaikan kepada ayahnya.

"Lagi tes, yah. Soalnya kata dokternya tadi ada gejala pendarahan di otak karena ternyata dia kemarin baru dirawat di rumah sakit abis kecelakaan tapi dipaksa pulang sama mami."

Mendengarnya Bachtiar mengelus dada, tidak paham lagi dengan mantan istrinya itu. Ia mengeluarkan dompetnya dan memberikannya ke Kairo.

"Tolong urus administrasinya, ya. Ayah mau nyusulin Kana dulu," Bachtiar menangkup pipi Kairo. "Makasih udah nyusulin Arkhana, ya. Wajah kalian capek banget, pake uang ayah buat nyewa hotel di samping rumah sakit yang deket abis ini."

"Kita ikut ayah dulu, pengen denger penjelasan dokter lagi," ujar Kairo lalu menguap setelahnya.

Di sampingnya Seno diam, tanda benar-benar sudah kehabisan baterai. Jika sudah seperti itu yang Seno butuhkan adalah rebahan tanpa gangguan orang lain.

"Mau gue anter ke hotel dulu, Sen?" Bisik Kairo kepada Seno. Mereka berjalan menuju ruang MRI.

Seno jelas menggeleng. "Nggak lah, njir."

"Kenapa?"

"Ya lo pikir aja sendiri."

Kairo tertawa tanpa suara, Seno mendengus. Rencananya kalau emak nya Kairo tadi tidak tantrum, mereka berencana merayakan ulang tahun Arkhana kemudian istirahat sampai ia dan Kairo merasa segar dan Arkhana bisa mendingan juga. Tetapi malah ibunya sendiri membuat keadaan anaknya tambah buruk.

BUNGA TIDUR✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang