28

4.1K 367 26
                                    

"Jangan pernah mikir buat mati ya, Tabebuya."

Rutinitas setiap pagi Arkhana adalah menyiram pohon Tabebuya yang ia beli bersama Ranu di pasar minggu. Awalnya Ranu hanya sedang ingin membeli bibit cabe rawit tapi Arkhana terpikat oleh pohon yang sudah remaja tanggung itu. Ranu juga semangat membeli juga setelah tahu kalau pohon itu yang sedang ramai di media sosial karena keindahannya saat bunganya gugur.

Oma sudah pulang ke Singapure setelah menginap disini selama tiga hari, meski dengan terpaksa karena Oma masih punya bisnis disana yang harus diurus bersama Shiren. Calvin juga harus perlu diseret pulang saat itu karena ternyata tidak bercanda saat ingin tinggal disini bahkan pindah sekolah. Anak itu katanya tantrum sampai bandara.

Hanya karena ingin dekat dengan Arkhana.

Sangat senang kalau mereka ternyata menerima dirinya tanpa syarat. Masih tidak percaya kalau sekarang ia benar-benar punya rumah yang nyaman dan ada yang menunggunya pulang.

"Eh, kok mati," Gumam Arkhana saat menyadari air dari selang yang dipegangnya berhenti.

Arkhana menoleh ke belakang, dan melihat Kairo yang ternyata pelaku dibalik matinya selang. Memakai masker dan sarung tangan plastik, pasti habis memandikan Surga.

"Kalau nyiram tanaman jangan ngelamun! Kasian tabebuya lo kembung nanti!"

Kairo lantas memutar tubuhnya dan menatap kucingnya yang berlarian di sudut halaman. "Sur! Surga! Main disitu aja, ya! Gue mintain pindang ke mas Ranu dulu!"

"Meow! Meow!"

"Iya, dua. Campur nasi ya biar kenyang??"

"Meownggg!"

Arkhana speechless melihat interaksi antara Kairo dan kucing gembrot putih itu. Padahal sudah pemandangan setiap hari. Arkhana menggulung selang kemudian berlari kecil menyusul Kairo menuju dapur, disana Erlang sudah dengan pakaian rapi nya tampak sibuk membaca sesuatu di ponsel sambil menyeruput kopi.

"Duduk, Kan. Sarapan."

Ranu meletakkan sepiring nasi merah dan semangkuk sayur sop tapi tanpa kol di depannya dan di sebelahnya untuk Kairo. Hanya berisi ayam, kentang, dan wortel. Tanpa taburan daun bawang dan minim bawang putih. Jadi lebih mirip samgyetang alih-alih sop. Bersyukur sekali Ranu sangat memikirkan penyakitnya, tapi ini terlalu asam lambung friendly, mas Ran.

"Mas, pindang sisa kemaren kata lo masih ada. Gue minta buat Surga, ya..." Pinta Kairo lengkap senyum bulan sabitnya.

Stok royal caninnya habis sejak tiga hari yang lalu tapi Kairo selalu lupa untuk membelinya, alhasil Surga makan apa yang menjadi menu hari ini. Untung sudah terbiasa.

"Ada di kulkas, tinggal berapa tuh habisin aja," jawab Ranu kemudian duduk di depan Arkhana dan memakan sarapannya dengan tenang.

Kairo membuka kulkas, mengambil sepiring pindang lalu ia tambahi se-centong nasi merah dari rice cooker kemudian berlari keluar sambil mengaduk dengan tangan agar tercampur. Hanya beberapa detik Kairo sudah kembali lagi lantas duduk di samping Arkhana sambil melepas masker dan sarung tangan lalu mencicipi kuah sup di depannya.

Emang boleh semirip ini rasanya dengan makanan rumah sakit? Kairo hanya berani membatin.

"Kucing mana lagi yang makan nasi merah," sindir Ranu, tersenyum miring sambil melirik Kairo. "Ya gak, Kan?"

Arkhana tertawa saja.

"Cuma Surga," lanjut Ranu.

Kairo memasang wajah tidak enak. "Ya lo masaknya nasi merah hari ini. Lagian juga gak gue habisin se magic com."

BUNGA TIDUR✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang