Kairo memasukkan dompet ayahnya ke dalam saku tanpa memutuskan pandang ke depan saat melihat pintu kamar inap adiknya dibuka lalu brankar didorong keluar dengan Arkhana di atasnya oleh beberapa dokter dan perawat.
"Itu kenapa, El?"
Pertanyaan Seno jelas tidak terjawab, Kairo juga tidak tahu. Keduanya bergegas memasuki kamar dan terlihat ayah dan maminya berdiri dengan wajah tegang. Melihatnya Kairo sudah bisa menebak apa yang terjadi barusan.
Apalagi kalau bukan adu mulut, dan Arkhana mungkin tadi ke trigger. Kairo juga sama, karena melihat pertengkaran orang tuanya sendiri seperti mimpi buruk.
"Kana tadi kenapa, yah??"
Bachtiar menjatuhkan pantatnya ke sofa lantas menyangga kepala yang terasa kencang. Kaget sekali melihat Arkhana tiba-tiba jatuh di dekapannya dan seperti orang yang terkena serangan jantung.
"Tiba-tiba drop. Kejang terus di operasi sekarang," jawab Bachtiar menglelah.
Seno ikut duduk di samping Bachtiar, ia juga lelah hayati dan badani. Sedangkan Kairo berjalan menghampiri dan menghadap ke arah ibunya.
"Pasti gara-gara mami, kan?"
Aluna berdecih, ia memalingkan wajahnya malas.
"Mami ini bener-bener mau bunuh anak sendiri, kah? Segitu bencinya??"
"Gak sopan ya kamu Kairo, nuduh-nuduh mami. Kalau mami mau udah mami bunuh anak itu dari dulu sebelum dia lahir!"
"Tapi mami pun juga nyiksa dia terus, habis ini Kairo bakal bawa adek Kairo pulang," Kairo menyilangkan tangan.
Aluna terdiam, menatap nyalang anaknya.
"Kamu gak akan bisa bawa dia atau mami bener-bener bunuh anak itu nanti."
Kairo speechless, tidak mungkin ibunya gila, kan?
Sebenarnya Kairo juga tidak yakin akankah Arkhana mau ikut, pasti anak itu mikir lama sekali karena tidak tega meninggalkan ibunya tapi juga ingin bebas. Intinya, Arkhana mau Aluna berubah.
"Sebenernya apa yang mami mau dari Kana sih? Mami mau buat dia menderita karena udah hancurin hidup mami apa gimana," tutur Kairo melunak.
Bachtiar dan Seno hanya diam mendengarkan. Jika dulu Kairo hanya bisa diam bersembunyi ketika orang tuanya bertengkar, ia sekarang juga join setelah merasa siap. Bachtiar merasa bersalah membuat Kairo mendengar pertengkarannya, anak itu juga terluka namun ia dan orang-orang terdekat segera menyembuhkan nya.
"Kairo sebelumnya mohon maaf ya kalau menyinggung mami. Tapi mami sendiri yang mengacaukan hidup mami. Mami emang punya rencana tapi mami lupa kalau hidup udah ada yang ngatur di atas sana."
"Pftt!" Seno keceplosan hampir tertawa mendengar penuturan Kairo yang telak sekali.
Aluna refleks menatap tajam anak di samping Bachtiar membuat Seno mengerut takut. Takut ditampar.
"Mami naif gak mau mengakui kalau semua kekacauan ini dari mami sendiri."
"Jangan sok tahu ya, Kairo."
Kairo tertawa remeh. "Padahal Kairo tahu kalau mami nyesel tapi gengsi aja, kan. Gapapa mi, penyesalan memang ada di akhir. Tapi mami merasa bersalahnya sendiri aja, jangan buat Arkhana juga merasa menanggung dosa. Dia gak salah dan gak tau apa-apa, mami gak bisa manfaatin dia buat mami nyari pengakuan orang-orang. Mami egois!"
Kemarahan Aluna sudah sampai di ubun-ubun. "Kairo!"
"Apa?" Tantang pemuda bermata sipit itu, dalam hati meminta maaf kepada Allah karena berani dengan ibunya. Bukan maksud durhaka tapi ia hanya memperjuangkan hak adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUNGA TIDUR✔️
Fanfiction"Simpan kenangan yang baik saja. Tidurlah, pagi akan segera tiba, Arkhana." Pak Bah.