O1

7.4K 559 28
                                    

Kairo terus memandangi jam dinding yang tergantung, padahal di pergelangan tangan kirinya juga ada. Mulai pertengahan ujian pemuda itu sudah tidak fokus membuat temannya yang ada di belakangnya memandang heran.

"Duluan ya, El."

Tiba-tiba bahunya ditepuk, Kairo mendongak dan mendapati satu-persatu teman kelasnya sudah berjalan keluar dari kelas setelah menyelesaikan ujian tulis ini. Kairo menyusul, kurang satu soal dan pikirannya tiba-tiba blank, mau dipaksakan juga ia sudah tidak bisa mikir lagi. Alhasil ia kumpulkan saja meski belum selesai.

Raganya memang ada di kelas, tapi jiwanya entah kemana.

Kairo berjalan cepat menuju gedung fakultas psikologi, kemudian menemukan sahabatnya baru keluar juga dari ruang kelas.

"Sen! Mau balik sekarang?"

Seno menggeleng. "Lo lupa kita ada rapat panitia ospek?"

"Oh iya lo kan jadi pemandu," Kekeh Kairo.

"Lo juga jadi panitia, gak sadar diri emang. Ayo ikut rapat! Gak ada alasan absen lagi hari ini!"

Begitu tangannya ditarik, Kairo langsung menahan diri agar tidak terseret. "Gue cuma perlengkapan ye, Sen. Dahlah, gue juga ada acara hari ini."

"Acara apa lagi? Reuni keluarga? Syukuran tetangga?" Ucap Seno, tetap berusaha menarik tubuh Kairo yang tenaganya bahkan sedikit lebih besar darinya.

"Anaknya mak gue mau kesini, gue disuruh bokap buat jemput di bandara!"

Sontak Seno melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Kairo, ia langsung menatap dalam mata pemuda itu dan tidak menemukan kebohongan di sana. Seno mengusap lembut bahu Kairo.

"Gitu dong, yaudah nanti gue izinin. Baik-baik sama saudaranya. Damai, El. Damai..."

Kairo menepis tangan Seno membuat pemuda berbulu mata lentik itu terkekeh. "Gue tau ya apa yang gue lakuin."

Seno mengangguk-angguk saja.

"Lo balik sore, kan? Pinjem motor dulu ya, Sen. Nanti gue jemput kalau lo udah selesai."

Cuaca sedang tidak mendukung, alias panas sekali dan Kairo mau menjemput orang dari jauh dengan motor?

"Bukannya gue gak mau tapi lagi panas banget, coy. Mending naik gocar aja. Bukan apa-apa... tapi gue kasian aja sama yang lo jemput."

Kairo menggeleng. "Gak bawa duit gue."

Seno langsung melotot. "Jangan sok kere atau gue tampol ya, El."

"Udah mana kuncinya."

"Terserah lo aja, titip salam ya. Besok gue main ke rumah pengen lihat adek lo itu." Seno memberikan kuncinya.

Kairo tersenyum. "Oke. Pinjem dulu ya, tapi kayaknya lo pulang nya naik taksi aja gak sih, Sen."

"What-" Sena hampir mengumpat, ia menatap kepergian Kairo dengan sengit. "Gue juga lagi gak bawa duit banyak, sialan!"

"Gue tf!" Teriak Kairo dari kejauhan sebelum hilang dari pandangan.

Seno mengelus dadanya sabar, lalu mengambil ponsel dari saku ketika mendengar bunyi notifikasi. Dari Kairo dan mata Seno langsung melotot kedua kalinya setelah melihat nominal uang lima ratus ribu rupiah masuk menambahi saldonya yang tinggal lima puluh ribu.

"Bjir."

•••

"Bandara rame banget apa mau ada artis Korea konser disini, sih?"

BUNGA TIDUR✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang