42

3K 352 65
                                    

Tentang hidup memang sebuah misteri. Kita benar-benar tidak bisa menebak apa yang akan terjadi besok bahkan untuk lima menit ke depan.

Tuhan terlalu pengertian, belum ulang tahunnya saja sudah diberi kejutan yang sangat luar biasa mengejutkan ini.

Setelah dari bandara Erlang tidak jadi menyusul adik-adiknya di rumah sakit, ia hanya mengantar Seno kesana dan pulang ke rumah sejenak untuk mengistirahatkan tubuhnya yang terguncang hebat, niatnya ingin sendiri namun baru datang hampir seluruh warga perumahan berkumpul di halaman rumahnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Erlang menerima sambutan pelukan dari Bu Dewi, Erlang menangis dan mereka cukup pengertian untuk tidak banyak bicara melainkan mendengar tangisan Erlang yang tidak pernah ia tunjukkan kepada orang lain terlebih adik-adiknya.

Tidak lama ia dan tetangga-tetangganya berbincang, mereka pamit pergi saat waktu menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Habis ini kamu mau ke rumah sakit, Erlang?" Tanya pak haji Zaenal.

Imam masjid perumahan.

Erlang mengangguk. "Agak nanti, pak."

"Titip salam sama Ranu dan Kairo, Arkhana juga semoga cepat sembuh, Bu Dewi kaget ada ambulan kesini," Ujar Bu Dewi, matanya sembab.

Saat mendengar kabar pesawat Bachtiar yang hancur lebur di laut lepas sungguh mengagetkan jiwa raganya tadi.

"Aamiin... Terima kasih doanya, Bu Dew. Arkhana emang lagi sakit jadi denger kabar tentang ayah langsung kolaps," Jelas Erlang.

"Ya sudah, kita pulang dulu ya, Erlang... Jangan lupa tadi makanannya dimakan ya, nak." Ujar pak Zaenal.

Erlang mengangguk pelan, tersenyum tipis melepas kepergian tetangga-tetangganya. Mereka memang orang-orang sibuk tapi untuk urusan kepedulian tidak bisa diremehkan. Meja ruang tamu Erlang langsung penuh dengan berbagai jenis makanan namun untuk memasukkan sebutir nasi saja Erlang tidak mampu.

Ia berdiri di teras rumah, memperhatikan suasana halaman rumahnya yang terasa sunyi. Padahal baru tadi pagi Ayah berbincang dengan Arkhana dan Kairo di samping pohon tabebuya, Ranu muncul dari samping dengan tomatnya, dan... Payung kuning yang dipakai Arkhana itu masih disana.

Erlang jatuh bersimpuh di lantai sambil menatap lurus payung kuning yang tergeletak di atas tanah, ia menangis lagi.

Namun notif pesan menyita perhatiannya. Dari Ranu.

Tanpa basa-basi Erlang langsung menelepon adiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa basa-basi Erlang langsung menelepon adiknya.

"Halo, Ran?"

"Mas..."

"Kamu kenapa baru aktif? Daritadi mas telfon kamu."

"Mati mas, ini nyala karena minjem charger dokter Chandra. Kairo ikut drop juga, mas. Gue bingung."

BUNGA TIDUR✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang