15

3.8K 399 34
                                    

Tinn tinnnn!!!

Brak!!

"Astaga aden!

Bibi Mary berteriak ketika melihat kejadian mengerikan yang baru saja terjadi di depan matanya. Arkhana dengan berani berlari ke tengah jalan dan mendorong adiknya sehingga mobil Van yang berusaha mengerem dalam keadaan dekat itu menghempaskan tubuh kurus Arkhana hingga terguling ke sisi jalan dengan kepala yang lebih dulu menghantam aspal.

Niatnya ingin memberikan Arkhana makan siang namun yang ia lihat malah kejadian secepat kilat ini. Bibi Mary menjatuhkan tas bekalnya dan berlari menghampiri tubuh Arkhana yang terbaring miring dengan lemas.

"Enzo!!" Entah bagaimana bisa tiba-tiba Jonathan dan Sora datang dengan mobilnya.

Padahal mereka ke keluar kota, kan. Dalam pandangan yang mengabur, Arkhana menatap ayahnya menghampiri Enzo yang bahkan hanya lecet pada telapak tangannya.

"Mama! Papa!"

Sedangkan dirinya, Arkhana bahkan tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali sekarang.

Jonathan segera mengangkat tubuh Enzo dan berjalan menuju Arkhana yang tengah dipangku Bibi Mary. "Dasar anak sial! Menjaga adikmu saja tidak becus! Kalau sampai anakku kenapa-napa ku bunuh kau nanti!"

Kemudian menatap bibi Mary dengan sengit. "Bawa dia pergi dari rumah ku! Bikin sial saja."

Arkhana menggigit lidahnya dengan kuat, menahan suara agak tangisnya tidak keluar. Tubuhnya sakit semua, terlebih hatinya. Ia menatap bibi Mary dari bawah. "Bibi... Aku yang terjatuh disini."

Kenapa Enzo yang digendong? Arkhana juga ingin merasakan digendong ayahnya.

"Iya, ada bibi. Kita ke rumah sakit ya? Aden denger bibi, kan?"

Pemuda itu memejamkan mata saja ketika telinganya berdenging panjang, tubuhnya terasa melayang dan suara bibi Mary yang sedari tadi terus mengajaknya bicara perlahan menghilang.

Bibi Mary panik melihat kedua mata sayu itu perlahan menutup dan kedua belah bibir yang tadi merintih sakit benar-benar terdiam. Bibi Mary menyentuh luka gores di pipi tuan mudanya dengan pelan, hatinya ikut sakit.

Jonathan juga brengsek sekali, bibi Mary ingin sekali menampar pria itu dengan rantangnya. Bisa-bisanya hanya peduli dengan anak itu.

"Kenapa hanya lihat?! Bantu aku bawa ke rumah sakit! Gara-gara kau ini!" Maki bibi pada supir mobil Van yang terlihat takut-takut.

Pria itu mendengus sebal walau tetap mengangkat tubuh lemas Arkhana dan mendudukkannya di dalam mobil. "Kenapa menyalahkan ku? Salahkan anak kecil tadi yang tau-tau ada di tengah jalan!"

Bibi Mary mencubit pinggang pria itu lalu ikut masuk. "Jangan banyak bicara cepat kemudikan mobilnya!"

Walau tidak berdarah banyak, hanya luka gores pada pipi dan punggung tangan kiri. Bibi Mary tetap khawatir karena kepala pemuda ini terbentur tadi, dan jika tidak berdarah maka akan lebih berbahaya. Apalagi tubuh kurus ini juga tadi terhantam bagian depan mobil, bagaimana kalau ada tulang yang patah.

"Lebih ngebut lagi!"

Di rumah sakit sedang ramai-ramainya, atau mungkin tidak pernah sepi. Juwon berjalan pelan dituntun ayah dan ibunya keluar dari UGD setelah mendapatkan penanganan hingga akhirnya ia sadar dan bernapas dengan baik. Katanya ia diselamatkan oleh temannya. Cih, anak lemah itu menyelamatkannya?! Kalau iya ya udah thanks.

"Kau ini gimana bisa kecebur di sungai Han, bikin malu saja," omel ayahnya.

Juwon berdecak. "Aku tergelincir."

BUNGA TIDUR✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang