"Ro!"
Kairo tidak menggubris, ia tetap berjalan cepat menyusuri trotoar menuju halte. Kairo itu sebenarnya kalau sabar bisa sabar sekali, tetapi jika sudah marah seperti ini tidak bisa diremehkan begitu saja.
Memang benar kata orang kalau marahnya orang sabar itu menakutkan.
Ranu tahu Kairo sangat khawatir dengan adiknya. Tapi benar kata Erlang jika harus lihat situasi dan kondisi dulu.
"Elkairo!" Ranu berhasil menghadang adiknya.
Napas Ranu terengah, tapi Seno lebih terdengar menyesakkan lagi karena tertinggal jauh di belakang.
"Cepet banget jalan lo, buset!" Maki Seno dengan menumpukan kedua tangan pada lutut.
Ranu memegang tangan Kairo. "Lo mau kemana? Jangan marah dulu, Ro... Gue tau ucapan Arkhana tadi nyebelin karena masih mentingin mami tapi kita bisa lebih sabar buat ngasih pengertian ke dia."
"Bodoamat. Gue udah gak peduli lagi, mas. Mau dia ikut siapa. Gue mau pulang ke Indonesia hari ini juga."
Mau heran tapi Kairo, Ranu jadi curiga sebenarnya itu batu atau kepala kok keras sekali.
"Lo beneran gak peduli sama dia? Barusan mas Erlang chat gue katanya si Kana down-"
"Down??" Kairo terlihat ragu.
"Iya, baby are you down down down down down~"
Ranu malah bernyanyi, Seno tertawa. Sudah cocok sekali Ranu jadi bapak-bapak, jokesnya sama. Sama-sama garing.
"Intinya dia lagi gak baik-baik aja," lanjut Ranu.
"Ya udah, ngapain kesini, mas. Sana temenin si Kana gue tetep mau pulang," Kairo masih ngotot.
Ranu mendesah berat, bingung juga. Kairo tampak mengacak rambutnya frustasi.
"Mas, gue gak beneran marahin dia tadi. Gue cuma khawatir tapi dia kayaknya gak paham," suara Kairo terdengar bergetar. "Rasanya Kairo kemarin takut banget Arkhana kenapa-napa. Kairo takut nyesel karena udah benci dia, giliran punya waktu bertemu dia lagi malah dengan keadaan kayak gitu."
Tinggal ngomong tidak mau kehilangan lagi apa susahnya, cibir Ranu dalam hati. Ia mengangguk sambil mengusap rambut adiknya.
"Ya udah, take your time dulu aja, Ro. Nanti mas bilangin Arkhana."
Kairo melepas tangan Ranu dari bahunya, lalu menggeleng. "Gak usah, mas. Biar dia mikir sendiri. Gue tetep mau pulang ke Indonesia."
"Pulangnya besok aja bareng-bareng, Ro. Sekarang lo istirahat dulu di hotel," Ranu masih berusaha menenangkan.
"Gak mau. Gue mau pulang, besok gue ada undangan ulang tahun," jawab Kairo.
Seno teringat, iya ya. Dirinya juga diundang.
"Siapa?" Ranu mengernyit bingung.
"Valerie tetangga kita."
"Emang ada tetangga kita namanya Valerie?"
Kairo berdecak. "Temennya si Surga masa lo lupa sih, mas. Kucingnya Bu Dewi..."
Mendengar itu Ranu langsung tersenyum manis sambil nyebut dalam hati. Ia kira siapa, ternyata Valerie si kembang perumahan.
"Ya udah deh, sana pulang. Titip salam ya sama Bu Dewi."
"Eh, gue ikut pulang ya, El. Kasian bunda gue tinggal lama-lama," sahut Seno yang diangguki oleh Kairo.
Tanpa berlama-lama, Kairo tinggalkan Ranu yang mungkin masih berdiri melihat kepergiannya. Sepanjang perjalanan menuju hotel, Kairo terdiam karena perasaan menyesal menghantuinya setelah kelepasan membentak Arkhana. Semua di luar kendalinya, Kairo hanya merasa kesal karena perkiraannya benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUNGA TIDUR✔️
Fanfiction"Simpan kenangan yang baik saja. Tidurlah, pagi akan segera tiba, Arkhana." Pak Bah.