"Aden, nyonya titip salam katanya Aden nanti pulang bimbel suruh pulang ke rumah papa."
Arkhana terkejut. "Kan belum jadwalnya, bi. Gak mau."
Bibi Mary menghela napas, sudah menduga. Ia meletakkan beberapa butir obat di samping piring makan Arkhana. Anak itu kemarin tidak masuk bimbel karena sakit, baru mulai sembuh pagi ini, dan Aluna menyuruh Arkhana pergi ke rumah bapaknya, bibi Mary yakin anak ini pasti pulang-pulang jadi lebih sakit lagi.
"Nyonya bilang tuan sama istrinya mau keluar kota dua hari jadi minta Aden buat nemenin adek-adek," ucap bibi Mary.
Arkhana tersenyum kecut. Padahal disana banyak pembantu tapi karena ingin menyiksanya saja. Ya sudah, mau bagaimana lagi. Jika dengan ayahnya ia tidak bisa berkutik, tapi kalau Aluna masih bisa dikit-dikit. Seperti kemarin dan sebelum-sebelumnya, Arkhana akan memohon kepada guru-guru bimbelnya untuk berbohong kepada ibunya kalau ia masuk les padahal sedang terkapar di kasur.
Meski sebelum-sebelumnya ketahuan hingga berakibat pada fisiknya yang mendapat luka dari tangan ibunya sendiri tidak membuat Arkhana jera berbohong karena pada saat ia berani melakukan itu maka rasa sakitnya sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Seperti kemarin.
Hanya karena kopi.
Tapi tidak masalah, selagi bisa membantunya kuat belajar dan menenangkan pikirannya, ia akan beli lagi nanti.
"Ya udah, bi. Aku pergi dulu," pamit Arkhana, menyambar ransel dan keluar dari gedung dua puluh lantai ini.
Aluna benar-benar berusaha keras hingga bisa sampai pada titik ini. Arkhana paham betul mengapa ibunya berusaha sekeras ini, karena tidak ingin diremehkan saja setelah merasa ditinggalkan oleh dua lelaki.
Juga membuktikan kepada keluarga yang tidak menganggapnya.
Aluna yatim piatu, orang tuanya meninggal dalam kecelakaan tunggal setelah perjalanan bisnis. Tidak meninggalkan warisan melainkan tunggakan hutang membuat semua aset dijual untuk melunasinya. Saat itu Aluna kuliah di Indonesia, saat pulang ke Korea tidak ada keluarga yang merangkulnya sama sekali membuat wanita itu jelas putus asa.
Dia sendirian dan bingung.
Lalu menemukan Mahatma Bachtiar seorang pilot muda yang menyukainya, Aluna merasa senang menemukan sandaran hidup apalagi yang bisa membiayai kuliahnya sampai selesai.
Aluna menikah umur dua puluh tahun, Bachtiar dua puluh satu tahun. Masih terlalu muda untuk menikah memang, tapi Aluna mau-mau saja saat Bachtiar mengajaknya karena ia juga butuh teman hidup, teman cerita, dan juga uang pria itu untuk kelanjutan hidupnya.
Merasa akan baik-baik kuliah dengan keadaan hamil, tapi ternyata jelas tidak semudah itu. Meski Bachtiar sudah mempekerjakan orang untuk membantu Aluna mengurus rumah, sebagai mantan orang kaya Aluna tetap merasa tertekan dan marah dengan keadaan.
Adalah awal mula Aluna berselingkuh, dipermudahnya dengan tidak adanya kehadiran Bachtiar. Agak tidak tau diuntung memang jika ada orang lain yang mendengar cerita ini. Bachtiar sudah berusaha menjaga hati di era gempuran pilot berselingkuh dengan pramugari, malah Aluna yang duluan bermain di belakang dengan pengusaha.
Semua cerita itu disampaikan oleh ibu tirinya, bercerita dengan bangga seolah Aluna adalah wanita paling sial lalu merujuk pada dirinya, anak dari wanita yang tidak tahu diuntung itu.
Kenapa ibu tirinya bisa sebenci itu dengan dirinya dan juga Aluna? Karena Aluna memaksa ayah kandungnya itu untuk menikah sebagai bentuk pertanggung jawaban padahal pria itu juga sudah menikah.
Rumit sekali percintaan mereka.
Aluna bekerja keras seperti ini, membuat Arkhana harus terlihat sempurna tanpa celah karena ingin menunjukkan kepada dunia bahwa ia baik-baik saja dan tidak merasa menyesal setelah kejadian-kejadian itu, Aluna ingin merasa lebih tinggi daripada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUNGA TIDUR✔️
Fanfiction"Simpan kenangan yang baik saja. Tidurlah, pagi akan segera tiba, Arkhana." Pak Bah.