Semalam hujan deras.
Mulai dari jam dua malam sampai empat subuh, sekarang juga masih rintik-rintik kecil membuat Arkhana tidak perlu menyiram tanamannya terlebih tabebuya yang semakin beranjak dewasa itu. Dari awal beli tingginya sudah sebatas perut dan sekarang sudah makin tinggi se pundaknya. Kuncup-kuncupnya mulai muncul dan sebagian sudah mekar memperlihatkan warna merah muda lembut yang indah.
Erlang terkekeh ke arah adiknya yang berjongkok di depan pohonnya sambil membawa payung kuning, hadiah dari undian jalan sehat yang ia ikuti tahun lalu, satu tangannya menengadah merasakan tetesan air dari langit. Meski tidak deras tapi Bachtiar yang meneriaki Arkhana agar tetap memakai payung agar mau berjongkok selama apapun tubuhnya tidak basah. Kurang kerjaan sekali memang.
Di dekat kran air sana Kairo berusaha memandikan Surga yang tampak memberontak tidak mau disentuh air. Surga itu memang mandi sulit tapi kecemplung comberan elit.
"Bentar, Sur... Gue tau dingin tapi lo sih demen banget renang di parit depan, ini biar bulu lo tetep putih!"
Arkhana tertawa renyah melihat Kairo dan kucingnya. Erlang jadi ikut tersenyum dari teras depan. Di belakang rumah Ranu sedang memanen tomat yang ditanamnya, katanya mau ia orak arik dengan telur nanti.
"Ayo, anak-anakku sarapan!"
Bachtiar muncul dengan celemek motif bunga-bunga, terhenti di teras karena speechless melihat interaksi aneh antara Kairo dengan kucing dan Arkhana dengan tanamannya.
"Miaw!!!"
"Iya, udah! Galak banget... Awas lo kalau main comberan lagi!"
Arkhana berdiri dari jongkoknya, lalu menoleh dan tersenyum saat mendapati Bachtiar juga Erlang di belakangnya.
"Yah! Aku nanem rumput gajah!"
Bachtiar tersenyum tipis, mengacungkan jempol. Lantas membisiki Erlang. "Adek-adek kamu aneh-aneh ya, Er."
Erlang tersenyum miring, mendekatkan bibirnya ke telinga Bachtiar. "Minimal sadar diri, Yah."
Bachtiar tergelak. Ia berjalan mendekati Arkhana. "Dapet rumput kayak begitu dari mana?"
"Tadi jalan-jalan terus minta sama tetangga. Dikit buat nutupin di bawah pohon ini aja biar sama kayak yang lain."
Dari kemarin sebenarnya Arkhana ingin membenahi pelataran rumah agar ketika pernikahan ayahnya semua tampak tertata namun ternyata dengan mendadak Bachtiar ingin mengadakan pernikahan di Lombok. Paginya setelah nonton Denny Caknan, Bachtiar memberitahu anak-anaknya kalau ganti tempat ijab qobul padahal sebelumnya sudah pesan WO disini.
Tanpa mereka ketahui kemarin sebelum nonton konser Bachtiar membatalkan WO dan merombak undangan, menyetel semuanya dari awal agar bisa terlaksana di pantai Lombok. Diam-diam menuruti keinginan Arkhana agar tidak menunggu setelah acara pernikahan.
Terlalu lama, Bachtiar hanya ingin tidak membuang-buang waktu.
Kairo melepaskan Surga setelah ia mengeringkan bulunya dengan handuk, ia berjalan mendekati ayahnya. Rambutnya basah karena tetesan hujan.
"Ayah tadi masak apa?"
Bachtiar menyeka wajah Kairo yang basah. "Banyak. Ada bubur, ada kuah soto, ada telor ceplok, ada roti panggang, ada salad tapi cuma tomat sama selada, terus mas Ranu mau bikin orak arik telur tomat. Tinggal pilih."
"Tumben banyak banget."
"Sebagai perpisahan sebelum ayah berangkat kerja nanti siang."
Bachtiar menatap Arkhana sedih. "Maaf ayah gak bisa nemenin kamu radiasi ya, nak. Tapi ayah anter nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
BUNGA TIDUR✔️
Fanfiction"Simpan kenangan yang baik saja. Tidurlah, pagi akan segera tiba, Arkhana." Pak Bah.