10. KEANDRA

350 21 5
                                    

BRAK!!

Akibat tabrakan dari mobil blong, tubuh Keandra terlempar jauh, jatuh terpantul pantul mengenai aspal.

Dengan dahi berceceran darah di dalam helm, penglihatannya kabur. Suara riuh dari sekitar adalah hal terakhir yang ia dengar.

Di hari yang sama, dua brankar di dorong secara berlawanan di lorong rumah sakit. Satu dengan darah di sekujur wajah dan satu lagi dengan wajah pucat pasi.

Tuhan selalu mempertemukan mereka tapi tidak tau maksudnya apa?

Keandra dengan orangtua yang menangisi sedang Ily kosong hanya ada suster menemani.

"Sus, orangtuanya sudah di hubungi?" tanya Dokter.

Suster itu menggeleng. "Tadi ada masyarakat yang membawanya kesini, dok. Mereka tidak kenal dengan perempuan yang tercebur di danau ini," jelasnya.

Dokter itu menghela nafas dan mengangguk mengerti.

Sedang di depan ruang salah satu rumah sakit, Ayyara senantiasa berdoa, berharap anaknya baik baik saja.

Tuhan, tolong... aku gak sanggup kehilangan anak kembali.

Aaron menghampiri dan mengusap bahu istrinya. "Duduk dulu, ya?"

"Tapi Keandra?" bibir Ayyara bergetar hebat.

Aaron tersenyum menenangkan. "Kita terus berdoa ya, sayang?"

Mata ayyara terus meneteskan air mata. "Aku gak sanggup kehilangan anak lagi, Mas," lirihnya.

"Sst." Aaron menangkup pipinya. "Kamu gak boleh negatif thinking. Keandra itu anak yang kuat pasti dia bakal bisa laluin ini semua," katanya, padahal hatinya berkecamuk tidak yakin dengan ucapannya sendiri.

Dia menarik Ayyara kepelukan nya, mengusap rambutnya. Dia tau Ayyara sangat panik dan khawatir setengah mati seperti dirinya sekarang.

Siapa yang tidak kaget saat sedang duduk santai bersama di ruang tamu mendapat kabar anaknya mengalami kecelakaan.

Gema langkah sepatu terdengar  semakin dekat dari ujung lorong. "Tante gimana keadaan Keandra?" tanya Liam bersama keempat teman yang lain.

Pandangan Ayyara mengarah ke pintu buat kelima orang itu mendesah gelisah.

Swastamita dan Rembulan tampak menyusul di belakang. Mereka tau dari Rembulan yang mengabari ini semua.

Melihat ruang yang tertutup rapat itu Swastamita menutup mulutnya dengan air mengembang di pelupuk mata. Astaga, dia harap kakaknya baik baik saja.

Semua orang yang berada di depan ruang mencekam itu melafalkan doa untuk kesembuhan Keandra.

☠️


"Jadi, kecelakaan gara-gara rem mobil di belakang lu blong?" tanya Evan memakan buah jeruk yang baru ia kupas.

Keandra menjitak kepalanya. "Punya gue," katanya merampas buah di tangan Evan.

Evan tersenyum masam. "Sakit aja pelit lo." "

"Biarin."

Tangan Evan merambat mengambil buah jeruk yang masih utuh di nakas. Lagi-lagi tabokan pedas mendarat di tangannya.

"Beli sana kalau mau!" ujar Keandra merenggut.

"Dikit doang pelit banget!"

"Ssstt, berisik lo rumah sakit ini," peringat Elang, keduanya sama-sama sedikit manyun.

"Masih sakit sempatnya lu ajak dia gelud," ujar Gesta geleng kepala melihat Evan, yang di tuju malah nyengir.

"Lu juga, lagi sakit berantem terus," lanjutnya melihat laki-laki bergelang besi itu. Keandra menghela nafas sedikit meringis merasakan sakit di kakinya yang di perban.

KEANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang