18. KEANDRA

211 16 2
                                    

Ily meniup niup lukanya sambil berusaha mengobati, matanya tak teralihkan dari tv di depan.

Media sedang membicarakan kejadian Mall yang terbakar juga beberapa anggota KAGELE yang nekat membantu.

Bahkan dia melihat wajah Keandra terpampang disana.

Clap

Ily melihat sang ayah yang tiba-tiba menukar saluran televisi menjadi bola buat dirinya tersenyum kecut.

Membawa p3k di meja untuk pergi. "Ly, buatin ayah kopi." Walau sebal Ily mengangguk.

Memang ayahnya seperti itu.

Sering seenak jidat dan sesuka hatinya. Bahkan tidak ada yang menanyai luka Ily berasal darimana.

Semua sibuk masing-masing.

Ayah dengan dunianya ibu dengan pekerjaannya.

Bahkan kalau Ily menghilang pun dari dunia ini sepertinya tidak ada yang akan mencarinya.

Setelah membuat kopi untuk ayahnya, dia menaiki satu persatu anak tangga untuk menuju kamar, akan dia obati lukanya disana.

Kamarnya berantakan sekali, pakaian berserakan dimana-mana, bantal dibawah ranjang, ah pokoknya belum dia rapikan.

Mau bagaimana lagi? Ily sedang fase malas.

Deg

Jantungnya sedikit berdegup saat melihat siluet seseorang di balkon.

Tiba-tiba tubuhnya terasa panas dingin, atmosfer pun berubah menjadi tidak hangat.

Itu bukan pencuri kan? Gak mungkin kan?!

Dengan penuh kehati-hatian, Ily menyambar sapu di pojok kamar, jalan mengendap-endap. Tuhan, tolong dia tidak punya apa apa di rumah ini, jangan sampai orang di rumah terluka.

Dengan dada yang bergemuruh ia membuka pintu balkon sambil berteriak. "Mau maling kan lo! TOL--hmmph."

Sapu di tangan Ily terjatuh setelah mengenai tubuh laki-laki itu berkali-kali, matanya membulat.

"Ini gue," ujar Keandra membuka bekapan untuk mengusap bahunya yang sakit setelah mencoba melindungi diri dari pukulan gadis itu.

Ily mengusap leher belakangnya merasa tidak enak. "Maaf, lu si kemari kaya jalang kung, gak di undang datang."

Keandra menghela nafas dan menyambar lengan Ily, mengecek sesuatu disana. "Belum di obatin?"

"Udah, ini mau di obatin lagi," ucapnya sedikit cemberut. "Eh, kok lu tau gue luka?" tanyanya bingung.

Soalnya kejadian kemarin itu benar benar riweh sekali, dan dia merasa Keandra tidak menyadari dirinya yang terluka.

Apalagi Ily pulang lebih dulu karena dia rasa badannya terlalu lemas takut pingsan disana kan merepotkan.

"Evan yang bilang, makanya gue kesini mau mastiin," katanya dengan jari jempol mengusap lembut sudut luka Ily.

Gadis itu manggut-manggut. "Gue gak apa apa, kok. Kemarin makasih udah selamatin gue."

Keandra tidak menjawab, netranya sibuk menelisik luka bakar itu. "Kalau di obatin gak kunjung sembuh, bilang gue, kita ke dokter."

"Gue takut lukanya infeksi," lanjutnya melihat netra Ily.

Gadis itu menatap arah lain. "Gue yakin nanti juga sembuh kok. Gue mau obatin dulu, lu pulang sana."

"Obatin disini aja gue bantu."

"Ck, udah sana pulang, gue bisa obatin sendiri."

"Gue tetep mau obatin," kekeuhnya.

Ily yang sedang tidak ingin bertengkar memilih mengalah dan masuk ke dalam untuk mengambil kotak p3k.

KEANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang