11. KEANDRA

325 21 5
                                    

Setelah beberapa hari berlalu, Keandra sudah di bolehkan pulang walau harus menggunakan kursi roda mengingat kakinya belum sembuh total.

Ayyara mendorong kursi roda untuk keluar, di temani kelima teman Keandra dan dua anaknya di belakang. Aaron tidak ikut tapi Keandra mengerti pekerjaan ayahnya sangat menumpuk.

"Seneng kan lo udah keluar," tutur Liam, Keandra tersenyum sumringah akhirnya bisa bebas.

"Kadang kadang kita gak cari masalah aja musibah bisa datang. Lain kali emang harus lebih waspada bukan cuma buat Keandra buat lo semua dan gue juga," ujar Al.

"Iya-iya siap wakil ketua!" ledek Evan buat Al sedikit sebal karena logat nya. Yang lain tertawa termasuk Keandra.

Entah instruksi darimana Ayyara menghentikan kursi rodanya melihat seorang perempuan familiar menenteng tas keluar dari ruang sebelah Keandra.

Membuat semua orang di sekeliling ikut berhenti dengan raut bingung.

Bahkan, kepulangan mereka juga di hari yang sama.

"Ily," gumam Keandra, sejujurnya dia sangat terkejut karena kelihatannya Ily baru saja pulih seperti dirinya.

Ily sakit juga?

"Itu cewek yang kamu bawa ke rumah kan, dra?" tanya Ayyara, ia ingin menyapa tapi takut salah.

Mendengar itu kelima temannya menatap Keandra. "Lu pernah ngajak Ily ke rumah lo?" tanya Liam.

Keandra mengangguk menjawab kedua pertanyaan itu. Sedang Ily juga tampak terkejut, melihat Keandra dengan kursi roda bersama banyak orang di sisinya.

Loh?!!

Batin Ily.

"Ily!! Kamu lama banget si?! Ayo cepetan bunda harus kerja siang ini!" teriaknya, Itu bundanya yang menghampiri dari ujung lorong rumah sakit.

"Iya, bun. Sabar, jangan marah marah terus, aku kan habis ngerapiin barang barang jadi agak lama," cicit Ily.

"Apa kamu bilang? Marah marah? Masih mending kamu jadi anak bunda liat Tante Olif gimana perlakuin anaknya? Harusnya kamu beruntung. Udah sana pulang sendiri aja deh!" putusnya.

"Bun, tungguin!" Ily mengejar sang bunda yang tiba-tiba meninggalkannya.

Tidak memperdulikan banyak mata yang menyaksikan.

Bundanya selalu marah tidak kenal tempat dan waktu jika kesal.

Dan benar jika bundanya mengatakan itu benar-benar melakukannya.

Di depan rumah sakit Ily menghapus air matanya melihat motor bundanya berjalan menjauh padahal ia sudah berlari sepanjang koridor tapi tidak keburu.

Apa ucapannya salah, ya? Dia hanya tidak ingin bundanya terus memarahinya apalagi tadi di tempat umum dan banyak anak seusianya.

Dia malu.

Gak apa-apa, ly. Lu kan kuat!

Ia berjalan keluar rumah sakit, ah baru teringat tadi bertemu Keandra dan teman-temannya.

Sepanjang jalan airmatanya terus turun tanpa di minta tapi secepat kilat ia mengusir air di pipinya. "Kira-kira Keandra dan teman-temannya mikir apa, ya?"

Laki-laki itu walau sering menjemputnya tidak pernah melihat sisi buruk dalam rumahnya.

Mungkin karena memang hanya sebatas anter-jemput. Dan juga Ily sengaja sering langsung masuk tidak mengobrol dulu karena takut bundanya lihat dan ada kejadian yang buat bundanya kesal berujung memarahinya.

KEANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang