30. KEANDRA

170 13 2
                                    

Walaupun Ily sudah memiliki pacar, Keandra masih gencar mendekatinya walau terbatas.

Laki-laki itu kecewa tapi rasa cintanya mengalahi segalanya. The real bucin.

Dia merengut menatap Ily yang manja di lengan Kenzo layaknya pacar. Evan menepuk pundak Keandra sekali. "Udahlah, saat nya lu nyerah."

Keandra menepis tangan Evan. "Gak." Keras kepalanya. Walau sakit, matanya terus melihat kedua orang yang bermesraan di depan sana.

Evan menggaruk tengkuknya. Karena boring sepulang sekolah akhirnya dia ikut bersama Keandra yang membubuti Ily dengan kekasih barunya.

"Tapi kalau di perhatiin, gue sama sekali gak lihat senyum cinta dari Kenzo." Evan berucap seperti ahli pakar kepribadian lewat wajah. "Cuma senyum terpaksa aja."

Satu pemikiran, Keandra juga menyadarinya. "Gue tau, tapi masih gak ngerti kenapa dia nembak Ily?"

Evan berpikir sejenak. "Entahlah. Di lihat lihat juga si Ily cuma seneng aja jalan sama dia gak kayak orang kasmaran"

"Sok tau banget lu, van." Keandra menoyor kepalanya.

"Anjir beneran. Lu kan tau gue ini udah di ajarin hal hal kayak gitu sedikit si sama bokap gue."

"Jadi lu beneran mau ikutin jejak bokap lu jadi psikolog?" tanya Keandra.

Evan mengangguk. "Kayaknya begono." Dia tersenyum kecut.

"Gak jadi pembalap?" Bukan tanpa sebab, Evan sempat bercerita dengan semangat dia akan menjadi pembalap mobil nomor satu sedunia, katanya.

Wajah Evan tampak murung. "Gimana lagi? Udah turun temurun. Dari ayah, kakak gue dan mungkin nanti gue."

"Emangnya lu gak bisa bilang sama bokap lu kalau lu punya cita cita yang out of the box dari mereka?"

"Gak gampang, dra. Ayah gue baik tapi kalau ngomongin soal ini dia bakal jadi galak dan tegas. Sedangkan mamah gue tipe istri yang penurut gak berani buat ungkapin perasaan yang janggal dari peraturan yang ayah gue buat walau dia gak nyaman." Evan menghela nafas dan melanjutkan ucapannya.

"Mau jadi anak pembangkang? Yang ada gue di playing victim, seakan akan itu kesalahan gue padahal gue kayak gitu juga punya alasan yang kuat."

Keandra teramat mengerti kali ini dia yang menepuk pundak Evan. "Padahal ayah lu seorang psikolog. Dia ngerti penderitaan orang lain tapi acuh sama lo."

Evan sontak melihatnya. "Dia tau tapi dia pura pura gak peduli buat mencapai tujuan dia."

Dahi Keandra berkerut.

"Biar di akui kalau keluarga nya hebat menjadi psikologi semua. Dia butuh validasi." Evan mengedikkan bahunya. "Mungkin perngaruh dari pengalaman masa lalu yang ayah gue alami juga."

Keandra speechless, dia tau masalah keluarga Evan tapi tidak sedetail ini. "Lu tegar banget, Van. Semangat, bro."

Evan tersenyum paksa lalu wajahnya berubah seketika. "Njir jadi mellow gini kagak cocok!"

Keandra tertawa.

"Lah si Ily sama pacarnya kemana?!" Evan baru menyadari akibat asik bercerita, pasangan itu hilang entah kemana.

Keandra mengedarkan pandangan ke penjuru sisi. "Sial, kehilangan jejak."

"Lu si mancing gue buat cerita panjang kali lebar!"

"Hilih, gue kagak niat mancing ye!"

"Terus apaan barusan? Emang lu penggemar berat gue kan, dra? Ngaku aja lo!"

KEANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang