01

5.3K 369 17
                                    

Langit sudah mulai gelap, namun, langkah kaki dari seorang anak kecil masih terdengar. Sudah hampir tiga hari dia terjebak dalam hutan antah-berantah, tidak sekalipun dia berpapasan dengan manusia. Dia bersenandung kecil dan seketika memekik senang melihat sinar yang menandakan bahwa didepannya ada sebuah permukiman.

“Akhilna A-Yuan akan beltemu denan manucia.” Anak kecil itu berjalan dengan sedikit berlari menuju pemukiman penduduk. Matanya menelisik ke segala arah guna mengenali wilayah itu. “Bukan Yiling… A-Yuan ada dimana cekalang?”

Anak kecil itu mendekat pada wanita paruh baya yang terlihat baru saja keluar dari sebuah kedai. “Pelmici, caya A-Yuan, bolehkah caya tau, ini dimana? A-Yuan telcecat di utan celama tiga hali. Lalu, cetela A-Yuan belhacil kelual, A-Yuan belada dicini.”

Wanita paruh baya itu cukup terkejut dengan penuturan dari sesosok anak kecil dihadapannya. Tubuh mungilnya terlihat memiliki banyak bekas goresan pohon. Melihat kesopanan yang ditunjukkan dan tatapan polosnya, wanita tua itu terenyuh hatinya, dia menolehkan kepalanya pada pelayan kedai untuk memberikannya segelas air dan makanan.

Seketika kedai itu ramai dengan pengunjung yang tengah menatap sang anak kecil dengan binar kegemasan. “Kau sedang berada di wilayah kerajaan Gusu Lan. Minumlah air dan makanlah makanan ini terlebih dahulu, kita akan berbincang nanti.”

“Maaf, apa ini tidak tellalu belebian? A-Yuan cuda cukup puac denan ail putih. Kalena di utan A-Yuan kecucaan mendapatkan ail putih yan layak untuk diminum.” Para penduduk merasa iba. Mereka pun mengatakan tidak masalah jika anak itu memakan makanan yang dihidangkan.

“Benar-benar anak sopan.”

“Dari kerajaan mana anak ini berasal?”

“Aku yakin dia adalah putra mahkota.”

“Jika tubuhnya sudah bersih dari noda tanah dia pasti sangat tampan.”

Dan masih banyak lagi pemikiran yang serupa. Ya, anak kecil itu memiliki sebuah kekuatan dimana dia bisa membaca pikiran orang lain.

Setelah selesai dengan urusan perutnya. Anak kecil itu membungkuk sopan pada kerumunan disekitarnya, “Telima kaci atac jamuanna. Boleka A-Yuan beltemu denan laja? A-Yuan inin melapolkan keadilan A-Yuan untuc menunjukkan laca copan, kalena A-Yuan takut dikila mata-mata.”

Lagi, para penduduk dibuat merasa tercengang oleh sikap anak kecil yang bahkan mereka yakin umurnya belum genap 5 tahun. “Baiklah, yang tua ini berani bertanya. Siapa gerangan anak kecil yang begitu sopan dihadapannya ini? Bolehkah kami mengetahui darimana asalnya? Karena tentu, untuk bertemu dengan raja kami tidak boleh membawa seseorang dengan identitas yang belum bisa kami pastikan.”

“Mmm… Cebelumna A-Yuan meminta maaf. Ayah melalang A-Yuan untuk membelitaukan dalimana A-Yuan belacal. Ayah melalang A-Yuan untuk tidak membelitaukan nama A-Yuan dengan lengkap. Itu dikalenakan banyak yan menginginkan kematian A-Yuan.” Anak itu menunduk, dia memilin ujung pakaiannya. “Jika tidak dipelkenankan A-Yuan akan kembali memacuki utan untuk mencali jalan pulang cendili.”

Beberapa prajurit kerajaan tertawa kecil melihat betapa menggemaskannya anak kecil yang berada dihadapan mereka. Pemimpin prajurit itu mengambil alih percakapan, “Prajurit ini akan membawamu menghadap yang mulia raja. Sebelum itu, bersihkan dirimu terlebih dahulu.”

Mata anak kecil itu berbinar, dengan cepat dia mengibaskan tangannya pada pakaiannya, dan menepuk-nepuk pipinya untuk menjatuhkan tanah yang menempel. Lagi, para penduduk yang merasa akan mati karena melihat kegemasan itu memekik gemas. Wanita tua tadi menggendongnya membawa tubuh kecil itu pada salah satu rumah, memandikan dan memakainya pakaian yang pas di tubuhnya. Tak berselang lama, dia sudah rapih dan bersih.

My Fated Pair [ PDF ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang