Extra Chapter 2.2

699 88 27
                                    

Shiying mengunjungi kediaman Xiao Zhan setelah mendapati calon kaisar Yiling itu mendekam di kediamannya sejak kedatangan dia ke Yiling. Shiying meminta para prajurit meninggalkan kediaman Xiao Zhan dan mereka pun menuruti keinginan Putra Mahkota Ming itu.

“Putra Mahkota Wei, putra mahkota ini datang berkunjung.” ujar Shiying sebelum melangkah masuk ke dalam kediaman Xiao Zhan.

Sesampainya Shiying di dalam, dia mendapati Xiao Zhan tengah duduk tenang sembari membaca sebuah buku tanpa menghiraukan kedatangan Shiying. Shiying mengedarkan pandangannya pada setiap sudut dalam ruangan itu. Netranya terpaku pada kasur Xiao Zhan yang terlihat jika ada sebuah lukisan dari orang yang sangat dia kenal.

“Apa kau merindukan mendiang kaisar Wei, putra mahkota?” tidak ada jawaban, namun, Shiying bisa mencium feromon Xiao Zhan hanya tiba-tiba menyeruak.

Namun, Shiying tetap tenang. Feromon itu tidak lebih mengintimidasi dari milik mendiang kaisar, yang pernah dia rasakan beberapa kali semasa kaisar pertama Yiling itu hidup. Dia sudah terlatih secara mental.

Shiying dengan tenang berjalan mendekati kasur dan mengambil lukisan itu. Dia memandangi lukisan itu dengan seksama. “Jika kau merindukannya, maka lihatlah ke cermin. Untuk apa kau melihat lukisan ini, putra mahkota? Jika, wajahmu saja sudah seperti mendiang kaisar? Pahatan wajahmu bahkan lebih sempurna daripada goresan ini.”

Shiying menatap Xiao Zhan yang tengah menatap dengan tatapan tajamnya. “Putra mahkota ini bahkan berani bertaruh, jika setiap kali permaisuri Wei melihatmu dia pasti merasakan kerinduan yang luar biasa pada mendiang kaisar—seperti yang kurasakan saat ini.”

“Diam!”

“Putra Mahkota Wei, apa kau tahu? Jika suara mendiang kaisar sangat berat namun terdengar sangat lembut. Senyumnya sangat menawan, tidak ada satupun jenis makhluk yang tidak jatuh hati padanya.”

“DIAM!”

“Namun, dari sekian banyak wanita atau omega cantik yang menggodanya. Pada akhirnya permaisuri Wei lah yang menjadi pemenangnya hingga akhir hidupnya, begitu sebaliknya.”

“KAU!!”

Shiying menggulung lukisan itu dan meletakkannya dengan rapih pada meja kecil di sebelah kasur itu. Lalu, beranjak mendekati Xiao Zhan yang sudah diambang kesabarannya.

“Kau bisa menipu mereka semua, bahkan A-Yuan. Tapi tidak denganku, Xiao Zhan.” Shiying duduk di hadapan Xiao Zhan dengan sangat tenang. Dia benar-benar tak takut jika hari itu adalah hari terakhir dia hidup, itu tidak masalah. Selama dia sudah menyelesaikan tugas terkahir dari mendiang sang kaisar.

“Lampiaskan amarahmu padaku, Wei Xiao Zhan. Aku bisa menampung semua kebencianmu. Namun, jangan pernah berpikir jika kelahiranmu dan kedua adik-adikmu adalah kesialan.”

“KAU TIDAK TAHU APA-APA! TUTUP MULUT BEDEBAH!”

“AKU TAHU WEI XIAO ZHAN! AKU SANGAT MENGETAHUI APA YANG SEDANG KAU PIKIRKAN.”

“KAU!!”

“AKU HIDUP LEBIH DULU DARIPADA KAU BOCAH! AKU SUDAH MELEWATI BANYAK HAL YANG MENYAKITKAN SEBELUM KAU! DI MATAKU KAU TAK LEBIH DARI BOCAH KECIL YANG MASIH TIDAK TAHU MANA YANG SALAH ATAUPUN YANG BENAR! KAU HANYA BOCAH KECIL YANG BERPURA-PURA MENJADI DEWASA. NYATANYA KAU MASIH ANAK-ANAK, WEI XIAO ZHAN!”

Shiying memejamkan matanya, dia menghembuskan nafasnya dengan kasar. Setelah dirasa jika dia sudah mulai tenang, Shiying kembali menatap Xiao Zhan.

“Sekarang diam, dan dengarkan yang lebih tua ini bicara. Karena aku bersumpah, jika mendiang kaisar akan kecewa padamu kalau kau tidak memiliki sikap yang baik.”

“Jangan membawa-bawa ayahku!”

“Ah? Kau sanggup memanggilnya ayah? Lalu kenapa kau masib terbelenggu oleh sesuatu yang tidak pernah kau lakukan?”

“…”

“Wei Xiao Zhan, kau bukan penyebab kematian dari mendiang kaisar—DENGARKAN AKU DULU WEI XIAO ZHAN.”

“DIAM DAN DENGARKAN!”

Shiying menggunakan tone Alpha-nya untuk 'menjinakkan' alpha muda di hadapannya ini. Meskipun keduanya sama-sama dominan, namun, Shiying sudah terlatih untuk mendominasi dan juga ‘jam terbang’ dia sudah tinggi. Mudah baginya untuk 'menjinakkan' alpha muda di hadapannya ini.

“Mendiang kaisar sudah menduga hal ini akan terjadi. Oleh karena itu, dia memintaku untuk mengatakannya pada ‘anak yang merasa bersalah secara berlebihan atas kematiannya’. Kau ingin mengetahuinya atau tidak? Jika kau tidak ingin mengetahuinya aku keluar dari disini. Namun jika kau ingin mengetahuinya, maka aku minta agar kau tetap diam dan mendengarkan hingga akhir.”

“…”

“Xiao Zhan? Kau tidak mendadak jadi bisu, kan?”

“Bedebah. Kau sendiri yang melarang aku bicara sialan.”

“Ah, kau benar. Sekarang apa jawabanmu?” tanya Shiying seakan dia tak berbuat salah apa-apa.

Xiao Zhan tak menjawab pertanyaan Shiying, namun, juga tidak mengusir pria yang lebih tua darinya itu. Di depannya, Shiying masih dengan sabar menunggu jawaban dari Xiao Zhan yang tak kunjung didapatkan.

“Hahhh, benar kata adik-adikmu, gengsimu itu terlalu besar.” ucap Shiying dengan menaikkan turunkan alisnya.

“Ck, katakan.”

“Nah, begini kan jadi enak. Kita akan bicara setelah adikmu mengantar teh dan beberapa kudapan lainnya. Karena ini akan menjadi pembicara yang cukup panjang.”

“KA—”

“Er-ge! A-Yun masuk!” teriakan Xiao Zhan terpaksa tertelan kembali ketika mendengar suara sang adik. “Ya.” sahutnya dengan nada yang lembut. Berbeda dengan nada yang dia pakai pada saat berbicara dengan Shiying.

“A-Yun mengantarkan teh dan beberapa kue yang dibuat oleh A-Yun, Ying-mei, dan ibu.” Xie Yun berceloteh dengan riang gembira tanpa mengetahui jika beberapa saat lalu kedua alpha itu tengah saling melemparkan tatapan membunuhnya.

“Terima kasih, A-Yun.” ucap Shiying dengan senyum manisnya yang membuat Xie Yun tertunduk.

“Jangan berani-beraninya kau menggoda adikku.” mendapati peringatan dari Xiao Zhan, Shiying hanya meresponnya dengan seringai kecil. Jika saja saat itu Xie Yun tidak berada diantara mereka, sudah dipastikan jika kedua alpha itu akan berada kemampuan bertarungnya.

“Yak! Er-ge! Siapa yang menggoda siapa!?” Xie Yun memukul sang kakak dengan nampan yang dia bawa tadi.

“Shhh…” Xiao Zhan meringis kecil karena pukulan Xie Yun tidak main-main. “Sudahlah! Kau membuatku kesal saja! Er-ge menyebalkan!” seru Xie Yun sambil menghentakkan kakinya kesal.

“A-Yun, bilang saja jika kau salah tingkah.”

“TIDAK ADA YANG SALAH TINGKAH!”

Sepeninggalan Xie Yun, Shiying membuat array disekitar kediaman Xiao Zhan agar pembicaraan mereka tidak didengar oleh siapapun.

“Jadi?”

“Begini…”


End.

My Fated Pair [ PDF ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang