Extra Chapter 4.4

934 118 26
                                    

Seusai sarapan, Xiao Zhan menatap Yibo dengan lekat. Namun, karena Xie Yun yang berada di pangkuannya, Xiao Zhan menjadi tidak bisa menghampiri Yibo.

Yibo yang sudah selesai makan merasa jika dirinya sudah tidak lagi diperlukan memutuskan untuk segera keluar dari istana.

Dengan suaranya yang menahan tangis, Yibo memberikan hormat pada Wangji. “Salam Yang Mulia Permaisuri, sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas undangan makannya. Karena sudah tidak ada lagi hal yang harus saya lakukan, saya izin untuk kembali ke desa saya.”

“Kenapa terburu-buru? Tinggal lah disini selama beberapa hari. Permaisuri ini merasa sangat senang dengan kehadiran kamu di istana.”

Yibo menggelengkan kepalanya dengan patah-patah, bahunya terlihat sedikit bergetar, dan tanpa sepatah katapun Yibo berlalu menjauh dari aula perjamuan itu. Semuanya menjadi heran, namun, tidak dengan Xiao Zhan yang mengetahui alasannya.

Tanpa menghiraukan teriakan sang adik, Xiao Zhan melesat dari tempat duduknya ke hadapan Yibo, membuat pemuda itu menabrak dadanya. Yibo meringis kecil karena rasa sakit pada dahinya. Dia pun menatap tepat pada netra Xiao Zhan dengan berlinang air mata.

“Yi…”

“DIAM! DIAM KAU SIALAN! BIARKAN AKU PERGI!”

Xiao Zhan tak menghiraukan umpatan Yibo, dia memilih untuk diam dan menatap Yibo dengan lembut.

“Yi…” panggilnya dengan lembut disaat Yibo sudah terlihat tidak lagi berteriak.

“Kau jahat Zhan-ge! Apa sebegitu risihnya Zhan-ge dengan sikap Yibo? Apa sebegitu menjijikkan Yibo di mata Zhan-ge? Apa Yibo tidak berhak untuk bahagia?! Kenapa Zhan-ge?! Kenapa? Kenapa Zhan-ge bahkan terlihat enggan untuk menatap Yibo? Jahat. ZHAN-GE JAHAATTT!! HUEEE!!”

Xiao Zhan membawa Yibo dalam dekapannya membiarkan Yibo menangis dalam dekapannya. Sekedar informasi saja, kejadian itu berlangsung masih di aula perjamuan, di hadapan semua orang yang menganga melihat kejadian itu.

Sampai ada suara yang terdengar panik dengan nafas yang tersengal-sengal. “Yang—yang mulia putra mahkota. Maaf atas kelancangan saya. Saya memiliki pesan penting dari tuan Huang. Tuan Huang mengatakan jika monyetnya lepas dengan membawa beberapa kantong emas. Tuan Huang juga beliau meminta maaf karena gagal menjaga monyetnya.”

Tanpa angin, tanpa hujan, Xiao Zhan yang mendengar penuturan dari Wen Ning tertawa lepas. Itu semakin membuat yang lain terkejut karena itu adalah tawa pertama putra mahkota mereka. Berbanding terbalik dengan respon rakyat Yiling yang terkagum-kagum dengan tawa Xiao Zhan, Yibo yang berada di dalam dekapan Xiao Zhan memukul-mukul dada Xiao Zhan dengan kesal.

“ZHAN-GE BERHENTI TERTAWA!!! HUUAAA KAU MENYEBALKAN!! ZHAN-GEEE MENYEBALKAN!!! DAN KAU!” Yibo menunjuk pada Wen Ning dari balik tubuh Xiao Zhan. “KATAKAN PADA DUDA HUANG YANG TUA DAN JELEK ITU! KETEMU DENGANKU AKAN PUKUL SAMPAI BERDARAH-DARAH! ZHAN-GEEE BERHENTI TERTAWA ISH!”

Xiao Zhan masih belum berhenti dari tawanya dengan sempurna. Dengan sisa-sisa tawanya, Xiao Zhan berusaha untuk kembali ke dirinya yang datar meskipun gagal dan berakhir dengan dia yang tersenyum lebar seraya menciumi rambut Yibo.

“ZHAN-GEE!!! AKU GIGIT NIH!”

Xiao Zhan berdehem kecil untuk menenangkan dirinya. “Maaf, maaf… Sudah jangan marah. Lapar lagi nanti kamu.”

“SUDAH LAPAR YIBO! MAU MAKAN ZHAN-GE!!” sahut Yibo dengan ketus.

“Ya sudah, sana minta makanan lagi ke dayang-dayangmu.” Xiao Zhan mengelus rambut Yibo dengan tetap tersenyum lembut. Yibo mengambil tangan Xiao Zhan yang mengelus rambutnya dan menggigitnya dengan cukup keras.

Seakan tak merasa kesakitan, Xiao Zhan mengembalikan fokusnya pada Wen Ning. Dengan tenang dia berkata, “Sampaikan pada tuan Huang, jika anaknya telah sampai dengan selamat dan berada dibawah lindungan dari putra mahkota ini langsung. Bawalah beberapa keping emas sebagai ganti dari kantong emas yang dibawa oleh anaknya.”

“Maaf Yang Mulia Putra Mahkota, anaknya? Tuan Huang kan mengatakan jika yang mengambil kantong emasnya adalah monyetnya?”

Xiao Zhan yang melihat Yibo akan kembali berteriak langsung membekapnya dengan tangannya yang bebas. “Katakan saja seperti apa yang putra mahkota ini katakan.”

“Baik Yang Mulia Putra Mahkota. Lalu, bagaimana soal monyet yang lepas itu?”

Xiao Zhan terbatuk agar tidak lagi tertawa lepas seperti tadi. “Wen Ning…”

“Saya Yang Mulia.”

“Apa pemuda di pelukan putra mahkota ini terlihat seperti monyet?”

Seketika suasana menjadi hening beberapa saat sebelum akhirnya dipenuhi oleh tawa yang menggema. Dimana itu adalah tawa dari anggota kekaisaran Yiling, terutama Xie Yun yang sampai terjungkal.

“AAAAAA ZHAN-GEEE!!!”

“Hahaha,” Xiao Zhan mencium kening Yibo.


End.

My Fated Pair [ PDF ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang