46

971 106 31
                                    

Hari berganti hari, eksekusi mendiang raja Lan Xichen dan pasangannya Jin Guangyao pun sudah terlaksana tanpa ada drama-drama tak penting.

Kini kondisi kandungan permaisuri sudah menginjak bulan kedelapan. Keempatnya dalam keadaan yang sehat dan normal. Berbanding terbalik dengan kondisi sang kaisar, yang kian lama kian menurun kesehatannya.

Seperti saat ini, sang kaisar hanya bisa berbaring di kasurnya dengan wajahnya yang pucat. Kabar sakitnya sang kaisar sudah menyebar hingga ke pelosok negeri, membuat para rakyat bersedih, dan berharap jika kaisar mereka bisa kembali seperti semula.

Wangji berada di sebelah sang suami sejak Wen Qing mengatakan jika sang suami tak akan bisa beranjak dari tempatnya dalam beberapa hari. Dengan telaten, Wangji membasuh tubuh sang suami dengan handuk hangat.

“Yang Mulia, raut wajah pucat ini tidak cocok untuk Yang Mulia.” Wangji membelai lembut pipi sang suami. Dia berusaha untuk tersenyum di hadapan suaminya itu.

Wei Wuxian membalas perkataan sang permaisuri dengan senyum lemahnya, sesekali dia meringis kesakitan saat dirasa jantungnya seperti diremas.

“Permaisuri…” panggil sang kaisar dengan lemah. “Iya, Yang Mulia?” Wangji membenarkan hanfu sang kaisar. Dia beranjak dari duduknya untuk meletakkan baskom dan handuk yang sudah kotor itu.

“Istriku…” tubuh Wangji tersentak. Dia menggigit bibirnya kuat menahan rasa sesak di dadanya. “Iya, suamiku?” jawabnya setelah bisa menetralkan perasaannya.

Wangji menghampiri Wei Wuxian dengan senyum manisnya. Dia kembali duduk di sebelah tubuh sang suami yang berbaring.

“Lan Zhan…”

“Iya, Wei Ying?”

Wangji mengambil tangan kanan Wei Wuxian dan meletakkannya di atas perutnya. Dia membuat pola acak menggunakan tangan sang suami.

“Maaf, merepotkanmu.” Wangji tertawa kecil, “Apanya yang merepotkan? Bahkan sebelum ini, Wei Ying selalu membantuku mandi. Ini belum seberapa, Wei Ying.”

“Tapi, saat ini kamu sedang menanggung tiga beban.” Wangji menatap Wei Wuxian dengan lembut. “Bertambah satu lagi bukan hal yang besar, Wei Ying. Apalagi Wei Ying adalah suamiku sendiri. Bukannya itu sudah kewajibanku?”

Wei Wuxian, “Kupikir di masa lalu aku sudah menyelamatkan satu dunia.” Wangji hanya tertawa sebagai responnya.

“Wei Ying,” Wangji membenarkan posisi duduknya menjadi berbaring di sebelah sang suami. “Apa Wei Ying sudah menyiapkan nama untuk mereka?” Wangji mengelus perutnya, dia meringis pelan saat merasakan pergerakan dari perutnya.

Wei Wuxian ikut mengelus perut buncit itu. Dia tak dapat menahan perasaan harunya, saat ketiga anaknya memberikan respon. “Shhh, tenanglah. Jangan menyakiti ibu kalian, jika ingin bermain setelah kalian lahir saja.”

“Akhir-akhir ini mereka sangat aktif. Mungkin mereka sadar jika mereka tidak akan pernah bertemu dengan ayahnya.” Wei Wuxian dibuat terbungkam dengan sindiran halus istrinya itu, dia hanya tertawa canggung sebagai tanggapannya.

“Ah, perihal nama. Aku sudah menyiapkan beberapa.” Wangji cemberut, “Mengalihkan pembicaraan.”

“Hehehe. Sudah, sudah, kita sudah sering membahasnya, kan, Lan Zhan.” Wangji mengangguk kecil dengan kedua pipinya yang menggembung kesal. “Katakan!”

Wei Wuxian menggenggam tangan Wangji dan mengelusnya dengan lembut. “Bagaimana jika alpha pertama kita, diberi nama Wei Xiao Zhan?”

“Uh?? Namaku?”

“Permaisuriku ini kan seorang Alpha Dominan. Jadi, kenapa tidak?” Wangji mengerjapkan matanya heran. Namun, dia tidak memprotes usulannya. “Boleh.”

My Fated Pair [ PDF ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang