Extra chapter 0.2

933 96 42
                                    

Jahitan perut Wangji sudah mengering sempurna, setelah 1 minggu dia dipaksa untuk tetap berada di kasurnya oleh tabib dari 3 kekaisaran langsung. Ya, kekaisaran Ming dan kekaisaran Wang membawa tabib kekaisaran mereka secara langsung untuk memantau kondisi permaisuri Wei.

Sesuai dengan yang telah dipinta oleh mendiang kaisar Wei dan dilandasi oleh persahabatan ketiga kekaisaran itu, kedua permaisuri kekaisaran itu bahkan memantau kondisi permaisuri Wei sendiri.

Wangji jadi mengingat perkataan mendiang suaminya dulu. “Nanti, kalau kamu kesusahan dalam memimpin kekaisaran dan merawat anak-anak kita, mintalah bantuan pada permaisuri Ming dan permaisuri Wang. Jangan pada para kaisar, karena aku akan cemburu kalau kau dekat dengan dua kaisar itu, meskipun keduanya menganut paham anti selir. Tapi jiwaku tidak akan tenang disana jika kau dekat dengan orang lain.”

Saat itu Wangji bingung harus merasa terharu atau sedih dengan kenyataan yang menerpa mereka. Namun, satu hal yang pasti, Wangji merasa beruntung telah dicintai sedemikian rupa oleh kaisarnya itu.

Wangji hanya bisa pasrah dengan sikap mereka yang berlebihan itu. Dia merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku itu, menatap ke sekelilingnya yang selama 1 minggu belakangan ini selalu ramai akan orang.

“Apa kalian akan terus memenuhi ruangan ini? Tidakkah kalian ingin ikut merayakan pesta di luar?” ujar Wangji dengan datar. Dia sedikit kesal karena dalam 1 minggu ini dia belum berkesempatan untuk menggendong anak-anaknya dalam waktu yang lama.

“Kami hanya mengkhawatirkanmu, Wangji. Bagaimana jika jahitan di perutmu belum kering sepenuhnya dan kamu membutuhkan sesuatu yang mendesak tapi tidak ada orang?”

“Ibu, kau berlebihan. Apa kalian lupa mau bagaimana pun Wangji ini tetap seorang Alpha, Alpha Dominan. Wangji tidak akan selemah itu.” kesal Wangji seraya bangkit dari duduknya dan menghampiri ibu mertuanya itu.

“Baiklah, baiklah, kami bersalah. Harap Yang Mulia Permaisuri tidak menghukum kami.” Wangji tahu dengan jelas jika ibu mertuanya itu tengah menggodanya. Makanya, dia memilih untuk mengabaikannya dan mengambil alih sang anak dari gendongannya.

“Dia kembar tertua?” Cangse Sanren mengangguk. “Iya, dia yang keluar pertama.”

Wangji memperhatikan wajah sang anak dengan lekat. Dia menggigit bibirnya kuat-kuat agar isakannya tidak terdengar. Dengan lembut dia mengelus pipi sang anak hingga tangannya berhenti pada ujung bibir sang anak.

“Kau—kenapa kau sangat mirip dengan ayahmu?”

Selama ini Wangji hanya bisa menyentuh sang anak ketika dia harus menyusui ketiga anaknya itu. Dia tidak terlalu memperhatikan rupa anak-anaknya waktu itu. Baru sekarang dia memperhatikannya dengan jelas jika salah satu dari anaknya sangat menyerupai mendiang suaminya. Dari tahi lalat di bawah bibirnya, hingga iris hitam keabuan-nya. Layaknya pinang dibelah dua.

Wangji memeluk sang anak cukup erat, menyalurkan rindu pada mendiang sang suami. Setelah dirasa sudah bisa mengatur emosinya, Wangji berkata.

“Xiao Zhan, semoga kamu tidak menuruni sifat jahil ayahmu juga.” Wangji mencium kedua pipi anaknya itu yang tengah menatapnya dengan tatapan tak berdosanya.

“Xiao Zhan? Siapa?” celetuk Jiang Cheng yang sedari tadi diam.

“Menurutmu? Apa ada orang lain yang bernama Xiao Zhan selain anakku?” Jiang Cheng hanya bisa tertawa hambar mendengar jawaban Wangji.

Ekor mata Wangji tak sengaja menangkap Shiying yang tengah menatap salah satu bayinya tanpa berkedip. Wangji menatap permaisuri Ming yang tengah menggendong bayinya yang sedari tadi ditatap oleh Shiying. “Permaisuri Ming, bagaimana cara Alpha Ming mengenali mate-nya?”

“Alpha Ming hanya perlu menatap kedua mata orang itu untuk mengenali dia matenya atau bukan.” itu Kaisar Ming yang menjawabnya karena permaisurinya tidak terlalu tahu soal itu.

“Jadi, dengan apa yang aku lihat sekarang bisa dipastikan jika bayi kecilku yang berada di dekapan permaisuri Ming dan sedang ditatap oleh Shiying itu adalah pasangan dari Shiying?” Kaisar Ming menganggukkan kepalanya. Dan Shiying menatap Wangji dengan wajah yang memerah.

“Hahh… Xie Yun.”

“Hah?” seru semua orang disana dengan serempak.

“Bayi kecilku yang ingin diculik secara terang-terangan oleh kekaisaran Ming bernama Wei Xie Yun.” jelas Wangji dengan kekesalan yang tak dapat ditutupi ketika tak sengaja dia mengingat soal Shiying yang meminta izin untuk membawa bayi kecilnya pergi. Anggota inti kekaisaran Ming hanya bisa tertawa kecil dengan wajah yang memerah mendengar sindiran dari Wangji.

“Menyebalkan! Lalu, apa yang berada di dekapan ibu adalah anak bungsuku?” Lan Yi menganggukkan kepalanya. “Iya, ini adalah putrimu.” Wangji tersenyum manis, Wangji menghampiri sang ibu untuk melihat putri dari dekat. Setelah menyerahkan Xiao Zhan pada permaisuri dari kerajaan Jin, Jiang Yanli.

“Dia terlihat seperti perpaduan antara kalian berdua.” ucap Yu Ziyuan yang disetujui oleh yang lainnya. “Tentu saja, dia adalah anak kami.” seru Wangji dengan bangga. Dia mengambil alih sang anak dari dekapan Lan Yi dan kembali ke tempat tidurnya.

Wangji menjentikkan jarinya lalu muncullah asap putih pekat yang kian lama kian berubah menjadi jejeran wanita cantik. “Zi, bantu aku untuk menghalangi pandangan mereka. Aku ikan menyusui anak-anakku.”

Zi mengangguk patuh lalu terbentang kain putih yang membatasi Wangji dengan orang-orang di ruangan itu seperti hari-hari sebelumnya ketika Wangji hendak menyusui anak-anaknya itu.

“Permaisuri, putri agung sangatlah cantik. Aku yakin, bidadari pun sangat iri dengan kecantikannya.”

Wangji menyetujui perkataan salah satu iblisnya. “Mn, aku berharap kecantikannya tidak akan membawa petaka di kemudian hari.”

Wangji tersenyum melihat anaknya yang begitu rakus menyesap air susunya. “Xiao Ying, kau terlihat seperti ayahmu jika seperti itu.” ucapan polos Wangji menuai batuk secara massal dari semua yang berada di sana. Mereka secara serempak tanpa direncanakan langsung memikirkan tentang bagaimana rakusnya mendiang sang kaisar pada permaisurinya.

“Shhh… Xiao Ying, pelan-pelan, sayang. Ah, namamu itu benar-benar mencerminkan dirimu.” Wangji menepuk-nepuk pipi sang anak dengan pelan agar sang anak tidak terlalu bernafsu dalam menghisap air susunya.

“Ehem! Jika ada A-Yuan disini jangan berani-beraninya kalian berpikiran kotor seperti ini.” peringatan Wangji membuat yang lain langsung sadar dari pikiran tak senonohnya.

Wangji menyerahkan Xiao Ying pada Zi untuk diserahkan pada sang ibu dan secara bergantian menyusui kedua anaknya yang lain.


Kaisar Wei di alam lain setiap anak-anaknya tengah menyusu pada istrinya: NAK BAGIAN AYAH ITU NAK! AH TIDAK! TEMPAT FAVORITKU 😭

End…

My Fated Pair [ PDF ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang