Extra Chapter 4.3

675 91 9
                                    

Malam pun berganti pagi, tugas sang rembulan telah berganti pada sang mentari. Di kediaman milik Xiao Zhan terlihat kelopak mata Yibo telah terbuka secara perlahan-lahan.

Setelah terbiasa dengan cahaya, teriakan melengking dari Yibo membuat beberapa dayang serta prajurit yang diperintahkan Xiao Zhan langsung memasuki kediaman putra mahkota mereka itu.

"Tuan muda, maaf atas kelancangan kami yang masuk tanpa izin." ucap seorang wanita yang ditunjuk sebagai dayang untuk Yibo. Wanita itu mengedarkan pandangannya ke segala arah untuk melihat adakah sesuatu yang membahayakan. "Saya adalah Sisi yang akan melayani tuan muda selama berada di istana. Jika saya boleh tahu, mengapa tuan muda berteriak?" tanya wanita yang diketahui bernama Sisi itu selesai melihat tidak ada hal yang mencurigakan.

"HUUUUAAAAAA!! KELUAR KALIAN DARI SINI KELUUAARRR AAAAAA!!"

Beberapa orang yang berada di dalam kediaman itu sontak memejamkan matanya rapat-rapat sedangkan kedua tangan mereka mengepal erat, ketika mendengarkan teriakan Yibo yang terdengar seperti hal yang mustahil. Ingin rasanya mereka segera keluar dari kediaman itu atau sekedar menutup telinga mereka. Jika saja kedua hal itu bukanlah sesuatu yang tidak sopan, mereka sudah melakukannya sedari tadi.

"Tuan muda, kami diperintahkan oleh Yang Mulia Putra Mahkota Wei untuk melayani anda. Dan Yang Mulia Permaisuri meminta kami untuk mempersiapkan anda agar bisa sarapan bersama dengan anggota kekaisaran di aula."

"Putra Mahkota? Zhan-ge? Cih. Menyebalkan! Katakan aku tidak mau dan tidak akan pernah mau bertemu dengannya lagi!"

"Saya meminta maaf atas ketidakmampuan saya menyampaikan hal tersebut. Alangkah lebih baik jika anda yang berbicara langsung pada Yang Mulia Putra Mahkota."

Yibo menggembungkan pipinya melihat respon dayang itu. Yibo duduk di kasur dengan mengayun-ayunkan kakinya. Lalu dia teringat jika dayang itu mengatakan permaisuri. Untuk memastikan, Yibo bertanya pada dayang yang tengah berdiri dengan kepala yang menunduk. "Permaisuri? Istri Zhan-ge? Atau ibu Zhan-ge?"

"Yang Mulia Permaisuri adalah ibu dari Yang Mulia Putra Mahkota, tuan muda." Sisi menjawab pertanyaan Yibo dengan sopan.

"Uhmm... Baiklah, karena ini permintaan permaisuri aku akan menurutinya. Dimana kamar mandinya?"

Mendengar ucapan Yibo para dayang dan prajurit itu akhirnya bernafas lega. Para penjaga pria yang sudah yakin jika tidak ada bahaya, mereka pun pamit keluar dan membiarkan para dayang yang mengurusi tamu penting putra mahkota mereka.

"Kami akan mengantarkan anda serta menggosok punggung anda agar sisa-sisa tanah di tubuh anda bisa hilang dengan sempurna."

"Kalian ingin melihat aku telanjang bulat?! KALIAN PIKIR AKU PRIA YANG SEPERTI APA?! TUNJUKKAN KAMAR MANDINYA AKU AKAN MANDI SENDIRI! JANGAN MEMPERLAKUKAN AKU LAYAKNYA PANGERAN! AKU MAU PULANG!" Yibo mencak-mencak dengan menghentakkan kakinya dan menatap tajam pada para dayang itu.

"Enak aja mau lihat aku telanjang! Kalian pikir aku laki-laki murahan, hah?! Zhan-ge saja belum melihat tubuh telanjangku." tambah Yibo dengan menatap sinis para dayang itu. Perkataan vulgar Yibo membuat para dayang itu tersipu.

"Jika memang seperti itu keinginan anda, mari saya antarkan. Dan, baju pakaian anda akan kami siapkan di kasur. Saya dan dayang lain akan menunggu di luar kediaman. Jika anda kebingungan menggunakan pakaiannya, harap tuan muda memanggil saya."

Sisi dan beberapa dayang yang lain cepat-cepat keluar dari kediaman sang putra mahkota. Meninggalkan tamu penting dari putra mahkota mereka untuk membersihkan dirinya.

Di luar sana, Sisi dan yang lain sedikit bernafas lega meskipun masih ada sedikit rasa kesal pada tamu penting putra mahkota mereka. Namun, saat mengingat perlakuan putra mahkota mereka pada pemuda itu, mereka memilih untuk berpasrah diri dan mencoba berdamai dengan keadaan mereka.

Sedangkan, di dalam kamar mandi terlihat Yibo tengah mengutuk Xiao Zhan seraya memukul-mukul pada air.

"Dasar menyebalkan! Menyebalkan! Dasar pria menyebalkan! Tidak tahu diri! Aaaaaaa aku membencimu Zhan-ge!!! Eh, tapi... Agsjdbjd haish terserah lah, sakit kepalaku memikirkan pria yang suka memberikan harapan palsu!"

Yibo segera menyelesaikan urusan mandinya dan langsung keluar tanpa mengeringkan badannya terlebih dahulu. Lalu dia melihat beberapa lapisan pakaian kekaisaran dengan iris mata yang melebar.

Yibo mengambil lapisan demi lapisan dan menatap dengan penuh konsentrasi. Dia pun memakainya dengan pengetahuannya yang jelas tidak akan terpakai dengan sempurna malah saat ini Yibo tengah terlilit oleh kain-kain itu.

"HUUUAAA TOLONG AKUUU!! AKU TIDAK BISA BERGERAKK!! ZHAN-GEEE!!!! HUUAAA ZHAN-GEEE YIBO KESULITAN BERNAFAS TIDAAAKKK YIBO BELUM MAU MATIII ZHAN-GEEE TOLONG YIBOOO!!"

Sisi yang mendengar teriakan Yibo langsung memasukinya kediaman putra mahkota setelah meminta para penjaga tetap berjaga di luar. Sesampainya di dalam, Sisi dibuat terkejut dengan Yibo yang sudah terlilit kain.

"JIEJIEEE TOLONG AKUUUU HUUAA!! AKU BELUM MAU MATIII JIEEE!!"

"Tuan muda tenang, kami akan membantu melepaskannya." Sisi dan dayang yang lainnya langsung bergegas membantu Yibo agar terlepas dari lilitan kain-kain itu.

Setelah terlepas dari kain-kain itu, Yibo jatuh terduduk dengan nafas yang tersengal-sengal. Begitupun dengan para dayang, karena beberapa saat lalu bayang-bayang hukuman mati telah melayang-layang di pikiran mereka.

"Jie, maafkan sikap kasar Yibo tadi. Yibo hanya sedang sangat kesal pada Zhan-ge sehingga jiejie semua kena imbasnya juga. Tolong maafkan sikap kurang ajar Yibo tadi ya, jie."

"Tidak masalah tuan muda. Tidak masalah." Yibo dan para dayang itu pun akhirnya berbaikan dan menjadi teman baik.

Yibo berjalan dengan santai seakan tidak ada kejadian yang hampir mengambil nyawa mereka. Dengan diikuti para dayang di belakangnya, Yibo tersenyum lebar pada setiap orang yang dia temui.

Sesampainya di aula perjamuan, Yibo menatap tajam ke Xiao Zhan. Namun, tatapannya berubah dengan cepat ketika dia bertatapan dengan pria cantik yang mengenakkan mahkota.

"Salam Yang Mulia Permaisuri, terima kasih atas undangan untuk sarapannya. Semoga Yang Mulia Permaisuri permaisuri diberikan umur yang panjang dan kebahagiaan yang melimpah."

Wangji mengangguk kecil, "Duduklah, jika ada makanan yang tidak sesuai dengan seleramu katakan saja pada dayang."

"Terima kasih atas kemurahan hatinya, Yang Mulia Permaisuri." Yibo membungkukkan tubuhnya dan duduk di tempat yang ditunjukkan oleh Sisi.

Acara sarapan itu pun terlaksana dengan tenang meskipun tatapan membunuh Yibo pada Xiao Zhan tidak pernah lepas.

-
End.

My Fated Pair [ PDF ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang