06

2.8K 255 11
                                    

Matahari sudah mulai terasa panas, lantaran hari sudah mulai siang. Namun, kondisi kerajaan Gusu Lan saat ini malah terasa dingin seakan teriknya matahari tidak sebanding dengan aura dingin milik sosok raja yang tengah melemparkan tatapan tajamnya.

Yuan melirik sang ayah dengan takut-takut. Namun, tidak kuat menahan rasa laparnya, dia memberanikan diri untuk berkomunikasi melalui telepati pada sang ayah.

“Ayah, A-Yuan lapar… Bisa ayah tunda dulu acara marah-marahnya?”

Melihat tatapan tajam sang ayah mengarah padanya, Yuan langsung bersimpuh tanpa kata.

“Apa selama ini kau tidak diberi makan, hah?” Yuan menggelengkan kepalanya dengan cepat. “A-Yuan selama disini dijamu langsung oleh ib—PANGERAN IYA PANGERAN, AYAH BERHENTI MENATAP A-YUAN DENGAN TAJAM. A-YUAN TAKUT.”

“Jangan berteriak, anak nakal! Bangun. Minta pada pelayanmu, di perjalanan tadi, mereka sempat memasak untuk mengantisipasi kejadian ini.”

Mendengar suara sang ayah yang sudah melembut, dia menyenggol lengan sang paman untuk melanjutkan aksinya.

“Hmm… Hehehe, kalau kau sudah tenang, apa kita bisa berbicara santai? Bukannya kau harus meluruskan maksud dari kedatanganmu kemari?”

“Aku ingin menjemput A-Yuan dan mencincang para perdana menteri serta penatua yang berkata buruk pada A-Yuan.”

“Yak bodoh!” Jiang Cheng melupakan rasa takutnya, dia dengan kesal memukul kepala sosok raja dihadapannya itu. “Apa kau tidak lelah, hah?! Jika kau lupa kita baru saja kembali dari perang beberapa hari yang lalu. Dan sekarang kau sudah ingin mengibarkan bendera perang lagi?! Apa kau pikir tubuh kami itu terbuat dari baja?! Apa kau tidak mengerti konsep istirahat?!”

“Aku sendiri sudah lebih dari cukup jika hanya untuk meratakan kerajaan yang katanya suci dan berbudi pekerti luhur ini.” Jiang Cheng reflek kembali memukul kepala raja Wei itu.

“Kupikir otakmu masib tertinggal di perbatasan.” Jiang Cheng mengalihkan pandangannya pada raja Lan yang sedari tadi diabaikan oleh ayah dan anak itu. Berlama-lama menghadapi raja Wei akan membuat darahnya mendidih.

“Salam yang mulia raja Lan, salam pangeran Lan Wangji, mohon maaf atas kelancangan tindakan kami. Saya mewakilkan raja bodoh dibelakang saya ini mengucapkan maaf sebesar-besarnya kepada anda juga kerjaan Gusu Lan. Maksud kedatangan kami kemari bukan untuk menyerang kerajaan Gusu Lan, kami hanya bermaksud untuk menjemput Putra Mahkota Wei yang tersesat hingga ke kerajaan Gusu Lan, sekaligus mengucapkan rasa terima kasih karena telah menjaga Putra Mahkota Wei. Adapun alasan mengapa kami menggunakan baju zirah, itu karena kami baru saja kembali dari peperangan dan tidak memiliki waktu untuk sekedar mengganti pakaian. Lantaran, raja bodoh dibelakang saya ini diliputi oleh emosi yang beragam. Saya sekali lagi mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya.”

Penuturan panjang dari Jiang Cheng membuat semua orang melongo. Sedangkan Lan Xichen sendiri tengah berkedip polos, memproses perkataan omega dihadapannya itu.

“Ah, ha ha ha, iya tidak apa-apa. Kami hanya terkejut. Karena kesalahpahaman sudah selesai, bagaimana jika rombongan kerajaan Yiling Wei dan Yunmeng Jiang ikut makan malam bersama kami?”

“Terima kasih atas kemurahan hatinya. Namun, itu tidak diperlukan. Karena kami sejatinya hanya berdua. Barisan wanita cantik dan pria tampan itu hanya iblis milik raja bodoh dibelakang saya. Oleh karena itu, mereka tidak memerlukan makan makanan manusia. Sedangkan kami, kami bisa makan setelah keluar dari kerajaan Gusu Lan.”

“Kerajaan Yiling Wei?” suara lembut ibu suri menginterupsi perbincangan mereka. “Ibu suri ini berani bertanya, apa benar yang berada dihadapan saya adalah raja Wei Wuxian? Putra dari raja terdahulu, Wei Cangze dan permaisurinya Cangse Sanren?”

“Salam yang mulia ibu suri, Lan Yi. Benar, saya adalah Wei Wuxian. Mohon yang mulia ibu suri untuk tidak begitu sopan pada saya, jika saya boleh jujur, saya takut terkena amukan oleh ibu saya karena terlihat memberikan batasan pada teman dekatnya. Yang Mulia Ibu Suri, boleh memanggil saya dengan nama saya saja tanpa ada embel-embel lainnya.”

Lan Yi tertawa dengan anggun, sesuai dengan permintaan Wei Wuxian. Dia menanggalkan rasa sopannya. “Kalau begitu, A-Xian, kamu bisa memanggilku dengan sebutan ibu.” Wei Wuxian menganggukkan kepalanya.

“Makan malam lah bersama kami. Ibu masih tidak rela jika harus berpisah dengan cucu ibu yang menggemaskan itu.” Wei Wuxian yang mendengar kata ‘menggemaskan’ sontak mencibir, “Apanya yang menggemaskan, setiap hari kerjaannya membuat kepala kami pusing saja.”

“Benarkah? Selama dia tinggal di istana, dia terlihat begitu sopan.” Lan Yi membawa Yuan kedalam gendongannya.

“Mohon yang mulia ibu suri tidak termakan oleh bujuk rayunya. Dia terlalu lama berinteraksi dengan para iblis, jadi otaknya sedikit bermasalah.” Perkataan Jiang Cheng menuai kekehan kecil dari Lan Yi dan suaminya.

“Jadi bagaimana A-Xian? Kau juga harus menjelaskan semua ini kan?”

Wei Wuxian dan Jiang Cheng saling bertatapan. Mereka pun akhirnya menyetujui ajakan makan malam itu.

“A-Xian, beristirahatlah di kediaman Wangji. Biar Putra Mahkota Jiang itu beristirahat di kediaman, Xichen.”

“Eh?” kening Wei Wuxian sedikit berkerut.

“Loh? Kamu tidak sadar? Putra Mahkota Jiang adalah pasangan dari anak sulung ibu.”

Wei Wuxian menatap Jiang Cheng dengan tajam. “A-aku juga baru mengetahuinya beberapa saat lalu kok. Saat kedua mata kami saling bertatapan.”

“Ayah, ayo ke kediamannya pangelan. Dicana cangat tenang. A-Yuan cuka belada dicana, aloma Cendana milik pangelan membuat A-Yuan tenang.”

Wei Wuxian yang masih memproses keadaan hanya bisa pasrah saat dirinya ditarik oleh sang anak. “Pangelan ayo, katanya pangelan ingin mengenal ayah, A-Yuan? Bukankah pangelan mengatakan jika ay—hmmppphhh!!!” Wei Wuxian memberikan tatapan penuh peringatan pada sang anak.

“Jangan mengatakan apapun soal pasangan takdir itu, anak nakal. Apa kau ingin nyawa pangeran kesayanganmu itu terancam?”

Yuan mengangguk patuh, setelah dia terlepas dari belenggu sang ayah. Dia menghampiri Lan Wangji dan mengulurkan tangannya. Lan Wangji yang mengerti langsung membawa Yuan kedalam gendongannya.

“Bukannya pangelan cendili yang mengatakan jika ayah A-Yuan adalah pacangan takdil pangelan? Ini caatnya kalian caling mengenal.” bisik Yuan pada telinga Lan Wangji yang sudah berubah warna itu.

Wei Wuxian hanya bisa mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah. Ingatkan dia untuk mendisiplinkan anaknya nanti!

“Mari.”

Wei Wuxian mengangguk kaku, dia mengekori Lan Wangji tanpa mengatakan sepatah katapun.

“Anak nakal, kau membuat suasana menjadi canggung.”

“Maaf, A-Yuan tidak tahu jika akan menjadi seperti ini. Tapi, akhirnya keinginan A-Yuan akan menjadi nyata. Hehehehe~”

“Diam kau.”

Ayah dan anak itu asik berdebat di dunia mereka berdua sehingga tidak sadar jika mereka sudah sampai di kediaman sang pangeran.

Dunia ini memang penuh akan kejutan.


To be continue.

My Fated Pair [ PDF ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang