38

1.1K 119 18
                                    

Selepas Wei Wuxian dari wilayah para naga, dia duduk bersandar di sebuah pepohonan besar, menjentikkan jarinya untuk memanggil iblis-iblis kesayangannya.

“Yang Mulia, tanpa Yang Mulia katakan, kami sudah mengetahui apa yang harus kami lakukan. Kami akan mencari penawar lainnya dari seluruh dunia iblis bahkan dunia para dewa sekalipun.”

Wei Wuxian tersenyum lemah, dia mengangguk singkat. “Bawa aku pulang!” itu adalah perintah terkahir Wei Wuxian sebelum kesadarannya menghilang.

Para iblis itu menatap satu sama lain, sebelum akhirnya sang pemimpin menganggukkan kepalanya. Memberikan perintah pada yang lebih kecil untuk pergi meninggalkan para petinggi saja.

“Ge, aku akan mencari penawar lainnya.” ucap iblis paling muda diantara para petinggi itu. “Hm, bawalah pasukan sebanyak yang kau butuhkan.” Iblis muda itu mengangguk kecil lalu menghilang dalam asap hitamnya.

“Ge, aku sudah membuat kereta kudanya. Kita bisa membawa Yang Mulia kembali ke istana.” pemimpin iblis itu menganggukkan kepalanya, lalu dia mengangkat tubuh Wei Wuxian meletakkan tubuh tuannya itu ke dalam kereta yang baru dibuat oleh salah satu petinggi yang lain.

“Ge, bagaimana kita memberitahukan kondisi Yang Mulia pada Permaisuri?”

“Tidak tahu,” pemimpin iblis itu menoleh pada iblis cantik yang paling dewasa diantara mereka. “Menurutmu bagaimana, jie?”

Iblis cantik itu menatap sang pemimpin dengan senyum manisnya, “Jika sampai kita tiba di istana Yang Mulia masih tidak ada tanda-tanda akan terbangun kita harus menceritakan semuanya. Namun, jika nantinya Yang Mulia sudah sadar, kita serahkan saja padanya.” Pemimpin iblis itu mengangguk. Lalu, keheningan pun mengiringi perjalanan rombongan iblis dan tuannya itu untuk kembali ke istananya.

Sedangkan kondisi di Yiling Wei terlihat sedikit lebih sunyi. Lantaran, permaisuri mereka yang sedang menangis seharian penuh.

“Wangji, tenanglah. A-Xian tidak akan kenapa-kenapa. Dia adalah Enigma, ingat?”

“Wangji ingat… Tapi, perasaan Wangji tidak enak, ibu. Dada Wangji sesak, kondisi Yang Mulia pasti sedang tidak baik-baik saja. Bagaimana jika Yang Mulia terluka parah di luar sana, ibu?” Wangji berulang lagi menggelengkan kepalanya, untuk dia menyangkal kemungkinan terburuk yang mungkin saja terjadi pada suaminya itu.

Ikatan mereka sangat kuat, sehingga Wangji bisa ikut merasakan apa yang Wei Wuxian rasakan di luar sana. Dan sialnya, kali ini dia merasakan sakit pada sekujur tubuhnya. Yang seakan menandakan jika, kondisi Wei Wuxian jauh dari kata baik-baik saja.

Wangji mengelus perut buncitnya, seakan ikut merasakan apa yang sang ibu rasakan, ketiga bayinya membuat gerakan-gerakan yang sedikit membuat Wangji merasa tidak nyaman.

“Hei, hikss… Tenanglah, apa kalian ingin hiks segera keluar? Apa sebegitu inginnya kalian hiks bermain?”

Wen Qing mendekati Wangji dengan membawa keranjang makanan, lalu dia menatanya di meja dengan teliti. Wen Qing mengulas senyum tipis saat mendengar Wangji yang memarahi anak-anaknya dengan suara yang tersendat-sendat. Ah, andai Wei Wuxian disini dia pasti akan memekik gemas.

“Permaisuri, makanlah terlebih dahulu. Ingatlah saat ini anda sedang membawa 3 nyawa…”

“Permaisuri ini tidak memiliki nafsu untuk menyantap hidangan yang disuguhkan.” ucap Wangji dengan nada lemahnya. Wangji menatap datar pada hidangan yang disajikan.

“Wangji, makanlah terlebih dahulu. Sedikit saja, demi kebaikanmu dan anak-anakmu juga, ya?” Cangse Sanren membujuk menantu Alpha-nya itu. Sudah dua hari belakangan ini menantunya itu sulit sekali untuk makan barang sesuap sekalipun.

My Fated Pair [ PDF ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang