GEMINI - 5

545 66 0
                                    

Multimedia: Abigail Edna Farah Gwin.

*-----*

              V"Aku tertarik padamu, Aryn"

"Eh?"

Aryn memejamkan mata dengan takut ketika Abigail memiringkan kepalanya ke satu sisi, hampir menyatukan bibir mereka yang terpisah jarak sekitar beberapa senti.

Harumnya aroma yang dapat Aryn cium dari bibir Abigail yang sedikit terbuka nyatanya mempu membuat dirinya seperti tengah dimabuk kepayang sekarang.

Suara ketukan di pintu membuat Aryn membuka matanya dan ia bisa melihat Abigail menyunggingkan senyuman sedikit ketika iris mereka berdua sama-sama beradu.

"Tak usah takut. Aku tak menggigit" ujar Abigail sebelum kemudian menarik diri dari atas tubuh Aryn yang membeku.

Wanita cantik itu kemudian beranjak menuju pintu yang tadi diketuk dari luar.

Seorang pelayan hotel dengan roda besar yang isinya beberapa tumpukan koper, tas serta makanan tersenyum dari sana.

"Silahkan masuk" ujar Abigail menyambut pada lelaki muda yang usianya mungkin sekitar 20 tahunan.

Aryn menggigit bibirnya sendiri lantas bangkit dari posisinya yang sedari tadi terlentang di atas kasur karena terkejut.

Gadis cantik bergigi kelinci itu menunduk tanda berterimakasih pada pelayan hotel yang tersenyum kepada dirinya "Maaf kalau saya datang di waktu yang tidak tepat" ujar si lelaki ketika ia melihat rambut milik Aryn tampak berantakan.

Aryn bisa melihat kalau Abigail menyunggingkan senyum di ujung ruangan yang lain, menggoda pada Aryn yang langsung memerah malu karenanya.

"Terimakasih pelayanannya" seru Abigail memecah keheningan ketika lelaki itu beranjak dengan roda yang ia dorong setelah memastikan kalau makanan serta koper sudah tertata rapi di atas dipan.

Abigail terkekeh sedikit "Kamu terlihat gugup" katanya masih disertai dengan kekehan yang justru terdengar jahil di kedua gendang telinga Aryn.

"Saya tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya" aku Aryn pada Abigail yang tengah terduduk di rak tv sambil melirik makanan yang disajikan.

"Suka sushi?" ia mengambil satu wadah makanan khas Jepang itu lantas terduduk di samping Aryn ketika ia mengangguk.

"Tidak usah canggung" jemari panjang milik si cantik terulur pada lengan Aryn ketika ia menyerahkan satu kotak sushi pada Aryn yang langsung tersentak karena kaget.

"Kita sedang berperan sebagai pasangan, kan?" ia terkekeh sedikit ketika membuka tutup wadah yang penuh dengan berbagai jenis sushi.

Wanita cantik itu mengambil sumpit dan menyuapkan satu sushi pada mulutnya yang mungil. Pipi milik Abigail langsung saja menggembung ketika ia mencoba mengunyah sushi sebesar itu dengan mulut kecilnya.

Tak bisa menahan diri, Aryn terkekeh ketika melihat bibir kemerahan milik Abigail sampai monyong ketika tengah mengunyah. "Kenapa nggak dibagi dua sih?"

Setelah memastikan kalau isi mulutnya tertelan dengan baik, Abigail mengambil satu sushi untuk Aryn yang mengerutkan kening. "Aku bisa makan sendiri" ujar Aryn seraya mengambil sumpit lain yang disediakan di dalam kotaknya.

Abigail tersenyum dan mencelupkan potongan sushinya ke dalam mangkuk kecil berisi saus shoyu "Enak?" ujar Abigail saat ia melihat pipi milik Aryn menggembung seperti dirinya.

"Tektstur nasinya sedikit lebih lengket daripada biasanya. Ikannya masih segar, tapi tidak manis" komentar Aryn yang membuat Abigail tersenyum penuh arti.

"Ini yang membuat aku tertarik sama kamu, Aryn. Kamu cerdas. Sudah seharusnya kamu berbicara lebih banyak"

Blush~



*-GEMINI By Riska Pramita Tobing-*



               Aryn menggenggam tangannya sendiri saat ia melihat Abigail dalam balutan handuk kimono, tengah bersiap untuk mandi setelah lebih dulu menghabiskan makanan mereka barusan.

Wanita cantik itu bergerak dengan perlahan menuju meja rias lantas menekan laci di sana untuk mengambil ikat rambut "Kamu tidak mandi?"

Aryn mengerjap sesaat ketika ia mendengar Abigail menggumam kecil di depan cermin, seolah tengah menyanyikan lagu yang tak ingin itu sampai terdengar oleh Aryn di kejauhan. "Aku.. nggak bawa baju ganti" ujar Aryn sedikit kaku karena ia memutuskan untuk tidak menggunakan kosa-kata baku.

"Kamu terdengar lucu ketika bicara seperti itu" ia terkekeh sebentar lantas menunjuk koper berukuran sedang miliknya menggunakan dagu "Dan di dalam koperku ada baju lain yang bisa kamu pakai" katanya membuat Aryn tak tahu harus bereaksi seperti apa sekarang.

Suara gumaman Abigail berhenti dan derap langkah lembut milik Abigail terarah padanya. Wanita cantik itu mendekat pada Aryn yang langsung menahan napas saat mencium aroma manis yang keluar dari setiap lekuk tubuh Abigail yang memabukkan.

"Tak usah canggung. Kita pasangan, ingat?" ia menyentuhkan hidung mancung miliknya dengan hidung milik Aryn yang dengan otomatis membuat gadis cantik bergigi kelinci itu menjauh secara refleks.

"T...tapi, kita hanya berpura-pura menjadi pasangan, Miss" dengan gugup, Aryn mencoba menjauh dari kukungan lengan Abigail yang menahannya untuk tetap terdiam di kasur.

Ini gila!

Jika saja Aryn bisa keluar dari ruangan ini, ia pasti akan melakukannya dengan segera meski ia harus terjun dari ketinggian lantai 17 seperti ini.

Rasanya, lebih baik mati daripada berada di dalam kuasa orang kaya raya seperti Abigail. Atau setidaknya itu yang ia pikirkan sampai tiba-tiba Aryn merasakan sesuatu yang lembut di bibirnya.

Secara otomatis, Aryn menjauh dan mendorong bahu Abigail dengan keras. Gadis cantik itu kemudian menutup bibirnya yang terasa basah karena ulah Abigail barusan.

Wanita kaya raya itu... baru saja menciumnya!

Aryn berdiri dengan cepat ketika ia melihat pandangan memprotes dari Abigail. "Maaf Miss bukannya saya lancang. Tapi, saya tidak ingin diperlakukan seperti ini oleh atasan saya. Kalau Miss memang memerlukan bantuan untuk menganalisa furniture serta hiasan-hiasan yang ada di hotel ini, saya dengan senang hati akan membantu" Aryn menarik napas dalam-dalam saat ia melihat Abigail menutup jarak di antara keduanya.

"T..tapi, kalau Miss melakukan hal-hal diluar itu, saya pasti akan memberontak seperti barusan"

Aryn bisa mendengar dengusan napas tak begitu jauh dari dirinya. Gadis cantik itu kemudian mengangkat pandangan untuk menubrukkan iris mata miliknya dengan iris milik Abigail yang terlihat kecewa.

"Tak apa. Aku mengerti apa yang kamu rasakan" Abigail mengulurkan tangan untuk mengusap anak rambut yang jatuh ke kelopak mata Aryn dengan lembut. Ia kemudian menarik langkah mundur dengan senyum terukir di bibirnya.

"Aku bisa menunggu" ujarnya disertai senyuman manis hingga menampakkan gigi-giginya yang rapi dan putih serta lesung yang dalam di salah satu pipinya.

Aryn hanya mampu terdiam dan mencoba memfokuskan diri pada Abigail yang sedang menggoyangkan kaki di atas ranjang.

Sesekali, jemari panjang milik Abigail terulur pada wajah cantik milik Aryn untuk menyingkirkan anak rambut yang tak sengaja jatuh ke sana.

Tak bisa dipungkiri, segala macam perlakuan Abigail terhadap Aryn mampu membuat hati milik gadis cantik bergigi kelinci itu berbunga-bunga karenanya.

Aryn tak pernah mendapatkan perlakuan khusus semanis ini sebelumnya. Tapi dengan Abigail? Meskipun kesannya terasa kaku dan canggung, ia tetap bisa menikmati setiap perlakuan manis darinya.

Aryn.. menyukai tiap hal yang dilakukan Abigail terhadapnya.

Ah, apakah Aryn harus mengakui pada Abigail kalau ia juga mulai tertarik pada dirinya?

Tapi.. masa secepat ini?

*-----*
Riska Pramita Tobing.

GEMINI [BECKYXFREEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang