Multimedia: Abigail :)
*-----*
Kehamilan memang merupakan sesuatu yang menyulitkan. Selain melelahkan secara fisik, psikis Abigail juga diuji berkali-kali lipat karena dua bocah yang ada di dalam perutnya.
Abigail kerap kali menangis tanpa alasan, ia juga terkadang sulit tidur karena merasa engap dengan perutnya yang semakin membesar. Kadang, ia kesulitan mengenakan sepatu, memilih dress, atau bahkan kesulitan makan karena perutnya terasa begah.
Untung saja Aryn selalu ada di sampingnya ketika Abigail memerlukan bantuan istrinya.
Aryn tak segan berlutut di depan umum untuk membenarkan tali sepatunya, ia juga kerap kali membelikan dress-dress ringan atau pakaian ibu hamil yang nyaman. Tak jarang, Aryn juga menjadi bantalan Abigail ketika wanita cantik itu tak bisa tidur. Dan Abigail bersyukur mereka melewati bulan-bulan sulit seperti ini hingga sekarang.
Tak terasa, hari ini mereka sudah bisa melihat jenis kelamin kedua buah hati mereka secara pasti. Dan Abigail yang kini mengenakan setelan kasual berupa celana jeans longgar berwarna biru muda, kaus tipis berwarna putih serta kardigan cream terlihat menawan dengan perutnya yang membuncit besar.
Di sisinya, Aryn yang tengah mengusapi perut Abigail memilih untuk mengenakan setelan manly yang terkesan sangat santai.
Jo, yang menjadi supir saat ini mengenakan setelan hitam seperti biasanya. Lelaki yang memiliki jambang melintang itu tak pernah bosan mengenakan setelan yang warnanya itu-itu saja.
Bahkan, Abigail sempat mengira bahwa lelaki tampan bertubuh atletis itu tak pernah mandi karena setelannya selalu tampak sama.
Memang dasar Abigail.
Mobil berhenti tepat di depan rumah sakit, Aryn menarik napas sesaat sebelum kemudian ia membuka pintu dan menyusul Abigail yang pintunya pasti dibuka oleh Jo.
"Sayang nggak mau sama Jo dibukanya. Mau sama kamu"
"Eh?" baru saja Aryn mengira ia hanya tinggal menunggu sang istri untuk keluar dari dalam mobil, wanita cantik berbadan tiga itu nyatanya menginginkan dirinya untuk membuka pintu.
Sambil terkekeh, Aryn menarik pintu secara peralahan sebelum kemudian mengulurkan tangan untuk membantu Abigail berdiri di antara kedua kakinya yang jenjang.
Mereka berjalan beriringan secara serempak namun perlahan dengan Jonathan di belakang sebagai pengawas keduanya.
Saat Aina menyambut Abigail serta Aryn yang sudah membuat janji sebelumnya, wanita cantik itu membuka lebar ruang praktek lantas mempersiapkan alat-alat dengan cepat.
"Sudah siap?" ujar Aina ketika wanita cantik itu mempersiapkan alat USG yang sudah menyala.
Abigail menggigit bibir seraya merebahkan diri di atas ranjang yang terasa dingin. Wanita cantik itu dihadapkan dengan satu buah monitor berlayar gelap ketika Aina mendekati dirinya.
"Wait" ujar Abigail seraya menarik napas panjang dan menarik Aryn mendekat "Ready?" ujar si wanita cantik yang sudah merebahkan diri.
Aryn memejamkan mata lantas menggenggam erat jemari lentik milik istrinya sebelum kemudian mengangguk mengiyakan "I'm ready"
Aina menorehkan senyum ketika menaikkan kaus yang dikenakan oleh Abigail. Wanita cantik itu menekan tombol power pada monitor sebelum kemuian memberi pelumas di perut milik Aryn yang bundar.
Saat alat kecil yang disambungkan ke monitor itu di tempelkan ke perut Abigail, wanita cantik itu bergetar sebentar--entah karena gugup atau apa, sebelum kemudian ada segelinang air mata beranak sungai di kelopaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI [BECKYXFREEN]
Fiksi Remaja"Apa kamu tidak lelah berpura-pura baik-baik saja sementara hatimu membutuhkan pertolongan?" -Aryn Adhrita Herley