Multimedia: Irin Aurassaya Malaiwong as Inaya Allesya Lutfana
*-----*
Aryn memejamkan mata sambil menikmati suara bising dari kendaraan-kendaraan di luar bus yang ia kendarai.
Hari ini, ia sengaja pulang menggunakan bus dan tidak menunggu Abigail seperti biasanya.
Hatinya masih kacau karena informasi mendadak soal Aya yang secara ajaib akan segera menjadi wakil CEO perusahaan. Selain karena Aryn tak begitu percaya dengan keputusan Abigail yang terdengar begitu tiba-tiba, Aryn juga merasa cemburu karena ia melihat kekasihnya begitu dekat dengan si wanita berambut pirang.
Saat tengah asik menikmati suara bising dari dalam dan luar kendaraan, Aryn tiba-tiba saja ditepuk oleh seseorang dari samping dan gadis cantik bergigi kelinci itu tersentak saat mendapati seorang lelaki yang tak asing tiba-tiba duduk di sampingnya.
"Aryn?" ujarnya menyebutkan nama gadis cantik bergigi kelinci itu.
Aryn mengerutkan kening. Ia tak ingat siapa lelaki yang tengah duduk di sampingnya kini.
"Sena" ujar lelaki itu mengingatkan.
"Sena?" ulang Aryn masih tak bisa mengingat si lelaki jangkung.
Ia tersenyum manis, menampakkan gigi-giginya yang rapi seraya memiringkan kepala agar bisa menatap Aryn dengan jelas. "Selimutmu lucu. Aku menyukainya" ujar lelaki itu dengan disertai kekehan.
"Ohhhh" Aryn terkekeh kecil ketika ia diberi petunjuk seperti itu oleh si lelaki. Dengan geli, Aryn menutup bibirnya yang sempat mengeluarkan tawa tak anggun "Sorry. My bad" katanya yang langsung membuat si lelaki bermata sipit itu ikut tertawa setelah mendengarnya.
Di lihat-lihat seperti ini, lelaki bermata sipit berkulit putih itu sedikit menggemaskan. Ia memiliki poni yang menutup sampai sebatas alis dan ia memiliki senyum yang menawan.
"Baru pulang kerja?" ujar si lelaki dengan nada ramah.
Aryn mengangguk mengiyakan "Kamu juga?"
Sena menggeleng "Cari referensi untuk skripsi" ujarnya.
"Loh? Kukira kamu sudah bekerja" ujar Aryn mulai terbawa suasana untuk berbicara dengan si lelaki bermata sipit.
"Ambil S2" dan Aryn mengangguk sebagai balasan.
Lelaki itu tersenyum sebentar "Aku turun di stasiun selanjutnya" dan Aryn kembali mengangguk. Ia tak tahu harus membicarakan apalagi di dalam keadaan seperti ini.
Tangan milik Sena bergerak dan merogoh jas yang ia kenakan. Lelaki itu mengeluarkan ponsel berwarna abu-abu miliknya dan menyerahkan itu pada Aryn yang langsung mengerutkan kening. "Kalau mau, tulis nomor handphone, kalau enggak.. nama instagram juga nggak masalah" ujar lelaki itu dengan kekehan.
Aryn membalasnya dengan tawa renyah "Tidak keduanya" jawab gadis bergigi kelinci itu hingga membuat Sena cemberut padanya.
"Kurang beruntung eh?" goda Sena saat mobil bus berhenti di halte yang Sena tuju.
Aryn menyerahkan kembali ponsel milik Sena dan tersenyum kepadanya "Mungkin di kehidupan selanjutnya" ujar gadis bergigi kelinci itu ketika Sena berdiri di antara kaki-kakinya yang jenjang.
"Sure. See you in a bit" ia melambai seraya melangkah keluar bus sementara Aryn hanya terkekeh saja padanya.
Ada-ada saja.
Aryn kembali terpejam. Halte yang ia tuju sebenarnya sudah terlewat barang beberapa puluh menit yang lalu. Tapi gadis itu masih enggan untuk turun dan pulang ke rumahnya. Ia masih menikmati suasana ramai yang bisa ia dengar di telinga. Itu sedikit menutupi kebisingan yang ia dengar di dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI [BECKYXFREEN]
Fiksi Remaja"Apa kamu tidak lelah berpura-pura baik-baik saja sementara hatimu membutuhkan pertolongan?" -Aryn Adhrita Herley