Multimedia: Abigail dan Farizan
*-----*
Sudah dua minggu.
Sudah dua minggu Abigail menghiraukan Aryn.
Sudah dua minggu Aryn merasa kesepian karena wanita cantik itu memilih untuk menghindar darinya.
Dan sudah dua minggu mereka tak saling berbicara terhadap satu sama lain tanpa terkecuali.
Aryn merentangkan tangan dengan malas di hadapan Kamelisa yang tengah melaksanakan pengecekan seragam. Hari ini, Aryn hanya mengenakan celana bahan panjang serta kemeja dan sepatu yang memiliki warna serupa.
Gadis itu dengan sengaja tidak mengenakan banyak aksesoris dan ia mengacak rambut panjangnya hingga itu terlihat berantakan.
"Ada apa denganmu?" ujar Kamelisa pada Aryn yang acuh.
"Minus 7 untuk hari ini. Kamu tidak memakai makeup, rambutmu terlihat acak-acakan, pakaianmu terlalu longgar, dan sepatumu terlalu casual untuk dandanan yang terkesan sedikit formal"
Aryn hanya mendengarkan setiap komentar yang diujarkan Kamel terhadap dirinya, ia bahkan enggan membenarkan diri dan mengurangi poin yang disebutkan oleh Kamel dengan lantang.
"Naik jadi 10 karena kamu tidak membawa alat-alat makeup" tambah Kamel ketika ia sudah mengecek tas selempang milik Aryn.
Aryn tak peduli. Ia sedang tak semangat dalam bekerja sekarang dan ia tidak mempedulikan penampilannya sedikitpun.
Aryn bisa melihat mobil putih milik Abigail terparkir di depan perusahaan ketika Kamel menulis poin-poin pengurangan di buku yang ia pegang.
Wanita cantik itu terlihat glamour seperti biasanya. Tapi, ia tidak datang sendiri dan itu menarik perhatian Aryn.
Lelaki yang belakangan ini sering mengekor di belakang Abigail terlihat berwibawa dalam balutan jas berwarna biru muda, begitu terbalik dengan Abigail yang tampak cerah dengan jasnya yang berwarna kuning.
Aryn mengangkat dagu ketika ia melihat Abigail melewat ke dekatnya. Wanita cantik itu melenggangkan kaki jenjangnya yang dihiasi oleh high heels yang serupa warna dengan setelannya.
Wanita cantik itu melirik Aryn dari atas sampai bawah. Alisnya sedikit mengkerut ketika ia melihat Aryn yang pastinya tampak acak-acakan.
Aryn sempat mengira bahwa wanita cantik itu akan menegurnya karena ia tampak mengerikan. Tapi, wanita cantik itu lebih memilih untuk tidak merespon sama sekali dan hanya berlalu begitu saja dari hadapan Aryn menuju ruangannya.
Kamelisa menepuk lengan Aryn dengan buku di tangannya dan gadis cantik bergigi kelinci itu tersentak ke dunia nyata dimana dirinya tengah diceramahi oleh gadis bertubuh langsing itu karena penampilannya.
Aryn mengangkat bahu cuek ketika Kamelisa dengan sengaja melipat lengan di dada, "Satu kali lagi kamu berpenampilan seperti ini, kamu harus bersiap untuk diceramahi Miss Abigail"
"What ever. Miss Abigail bisa menceramahiku kapan saja"
*-GEMINI By Riska Pramita Tobing-*
Aryn membiarkan teleponnya berdering sehingga suaranya menggema di seluruh ruangannya yang terasa kecil.
Gadis itu hanya terfokus pada laporan keuangan yang belakangan ini acak-acakan karena tidak sesuai antara pemasukan dan pengeluaran.
Hal ini sering terjadi karena tim pengiriman yang memiliki kebutuhan secara tiba-tiba di perjalanan hingga Aryn harus memberikan uang jaga-jaga agar tim pengiriman memiliki uang cadangan jika saja terjadi apa-apa selama di perjalanan.
Dering di telepon kantor akhirnya berhenti, tapi ponsel milik gadis cantik itu kemudian mengeluarkan bunyi untuk memperlihatkan nama 'My CEO' tertera begitu jelas di layarnya.
Lagi, Aryn tak peduli. Dalam pikirannya, kalau saja Abigail ingin menghindar dari dirinya, maka ia juga memiliki hak yang sama dengan wanita cantik itu.
Aryn bisa mendengar ponselnya berhenti bergetar sebelum kemudian ia mendengar derap langkah samar milik Abigail keluar dari ruangannya.
Aryn menyunggingkan senyum sesaat, tak lama kemudian pintu ruangannya terbuka untuk menampakkan wanita cantik yang terlihat marah dengan rahang yang mengeras dan tangan melipat di dada.
"Ada apa denganmu?" ujar Abigail secara tiba-tiba.
Aryn mengangkat pandangan dari komputernya "Tak ada. Saya hanya sedang mengerjakan laporan" jawab Aryn seraya menunjuk buku tebalnya.
Abigail mendekat, wanita cantik itu berdiri tegap di hadapan Aryn yang menengadah untuk melawan tatapannya yang terlihat keras dan tajam "Kamu tahu kalau aku tak suka mengulangi pertanyaanku, Aryn"
Aryn mengangguk mengiyakan "Saya paham, Miss"
"Ada apa denganmu?" ulangnya dengan nada yang lebih lambat tapi begitu menekan.
"Miss memerlukan bantuan?" Aryn tahu kalau sikapnya ini jauh dari kata sopan santun, tapi ia juga tak ingin terlihat lemah di hadapan Abigail yang begitu keras.
Aryn bisa melihat Abigail memejamkan mata, wanita cantik itu kemudian menarik napas panjang-panjang seolah tengah mengatur emosinya yang sempat meledak beberapa saat lalu.
Saat kelopak milik Abigail terbuka untuk memperlihatkan irisnya yang berwarna kecoklatan, wanita cantik itu turun di antara kedua kakinya dan melutut di hadapan Aryn yang langsung tersentak kaget karenanya.
"Jangan membuat semuanya jadi merepotkan seperti ini Aryn"
Aryn mengerjap saat ia melihat atasannya melutut di hadapannya dan memohon bagaikan seekor anjing yang tak ingin ditinggalkan oleh majikannya. Dan Aryn terlalu tercengang dengan semuanya bahkan untuk bereaksi pada tingkah Abigail sekarang.
"Kamu tak boleh mengaitkan hubungan pribadi dengan perusahaan, Aryn. Aku mungkin menyukai kamu, tapi itu bukan berarti kamu berhak melakukan hal-hal seperti tadi" wanita cantik itu bergerak mendekat ke lututnya dan meletakkan pipi di sana. "Karyawan lain akan menemukan sikap tak adil dariku kalau aku tidak menegurmu. Dan kamu membuat semuanya terasa rumit karena bertingkah semena-mena seperti ini"
"Miss.." Aryn berbisik dan menjulurkan tangan pada lengan milik Abigail yang membungkus pahanya "Tolong jangan seperti ini"
Abigail enggan bergerak dari posisinya. Wanita cantik itu justru memejamkan mata di sana, seolah ia mendapatkan tempat ternyaman yang pernah ada. "Bisa-bisanya aku berlutut di hadapan karyawanku sendiri" Aryn mendengar Abigail bergumam dengan disertai kekehan "Tapi kenapa rasanya nyaman sekali?" lanjut wanita cantik itu masih dengan nada meruntuk.
"Miss, tolong bangun. Aku tidak ingin menarik perhatian banyak orang kalau tiba-tiba saja seseorang memasuki ruangan"
"Oh ya? Kamu tidak ingin menarik perhatian orang-orang?" Abigail membuka mata dan menatap Aryn dari bawah "Kalau kamu tidak ingin menarik perhatian orang-orang, kenapa penampilanmu seperti ini, Miss Gwin?"
"Eh?" Aryn tersentak kaget saat wanita cantik itu tiba-tiba saja membuka kakinya dan menyelipkan diri di sana.
"Kamu tak berhak melakukan hal-hal seperti tadi dengan alasan apapun" lengan Abigail bergerak untuk membungkus pinggul milik Aryn agar gadis itu tak memberontak darinya.
Aryn terdiam mematung ketika Abigail mengubur wajah cantiknya di antara perut dan pahanya. "Kamu sudah menemukan jawabannya?" seru wanita cantik itu secara tiba-tiba.
Aryn mengerutkan kening saat merasakan usapan lembut di punggungnya "Jawaban untuk apa?"
Abigail mendecak dan menarik belakang leher milik Aryn yang anehnya justru menurut "Sudah kubilang aku tidak mengulangi pertanyaanku"
Aryn terkekeh lantas mendekat pada Abigail dan mengecup bibir milik si wanita cantik itu lembut "Hanya kalau kamu setuju untuk bersabar dengan tingkahku"
Abigail menyerengeh "I can do that, Miss Gwin"
*-----*
Riska Pramita Tobing.Kenapa harus berantem dulu baru jadian hah? Kenapa coba?
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI [BECKYXFREEN]
Teen Fiction"Apa kamu tidak lelah berpura-pura baik-baik saja sementara hatimu membutuhkan pertolongan?" -Aryn Adhrita Herley