Multimedia: Uhuy...
*---*
"Babe" bisik Aryn pada Abigail yang tak menggubris dan lebih memilih untuk memfokuskan diri pada kegiatan yang tengah ia lakukan.
Wanita cantik itu melepaskan hisapan di leher jenjang milik Aryn sebelum kemudian memutar tubuh kekasihnya dan menyatukan bibir mereka.
Tanpa ingin memisahkan bibir mereka yang berpaut, Abigail mendorong tubuh Aryn perlahan dan menuntunnya menuju atas kasur setelah menutup pintu menggunakan dorongan kaki.
Wanita cantik itu menekan bahu milik Aryn hingga membuat gadis itu terduduk dengan patuh di atas kasur yang empuk dan rapi.
Aryn tak membantah ketika Abigail menindihnya dengan lembut, gadis itu bahkan memiringkan kepala agar si wanita cantik bisa mengeksplor isi mulutnya lebih dalam daripada sekarang.
Meski Aryn sempat tersentak saat mendapati lidah milik Abigail menyeruak dari dalam mulutnya dan menyentuh lidah miliknya, gadis itu tetap berusaha menikmati kegiatan keduanya.
Ciuman mereka semakin dalam dan semakin basah, oksigen di antara keduanya mulai menipis hingga napas keduanya tersenggal-senggal secara bersamaan.
Ketika Abigail mengalihkan telapak tangan yang sedari tadi menahan berat badannya di atas kasur menuju gundukan payudara milik Aryn, gadis itu baru tersentak dan menolak "Babe" bisik Aryn hingga membuat Abigail menghentikan kegiatannya.
Dengan napas yang masih satu-dua, Abigail menurunkan kembali jemari panjangnya yang sudah menangkup payudara Aryn ke atas kasur "Not now" ujar Aryn yang langsung membuat Abigail menarik napas panjang dan mendesah.
Abigail tak bergerak dari atas tubuh Aryn, ia masih berusaha untuk mengatur napasnya yang tersenggal sebelum kemudian wanita cantik itu memutusan untu mengecup kening milik kekasihnya dan tersenyum "I love you" bisik Abigail pada Aryn yang menyerahkan senyum padanya.
"Kamu bersedia menunggu?" ujar Aryn seraya meraih anak rambut milik Abigail yang jatuh dan menyelipkan itu ke belakang telinganya.
Abigail tersenyum dan mengecup birir kekasihnya secara singkat namun dalam "Sampai kapanpun, Aryn. Sampai kapanpun" ujar Abigail sebelum kemudian memisahkan diri dari tubuh Aryn.
Abigail terlentang di samping Aryn yang menghadap padanya. Wanita cantik itu memiliki kecantikan yang patri di setiap sisi tubuhnya dan Aryn merasa beruntung karena ia menjadi miliknya sekarang.
Dari samping seperti ini, rahang milik Abigail terlihat tegas, begitu juga dengan tulang pipinya yang telihat tinggi. Hidungnya terlihat begitu mancung dan bibirnya terlihat begitu seksi. Ah, kenapa pula ia menolak barusan?
Tapi.. Aryn belum siap.
Mereka baru saling berkencan selama beberapa minggu saja. Aryn tak ingin dirinya begitu terburu-buru untuk menyerahkan apa yang jadi miliknya.
Meski memang Aryn begitu mencintai Abigail, tapi ia harus menunggu waktu yang tepat dan Aryn rasa, waktunya bukan sekarang.
Atau mungkin.. ini hanya perasaan takutnya semata?
Aryn mendekat pada Abigail dan memeluknya lembut. Tubuh wanita cantik itu nyatanya lebih kecil dari dirinya.
"Sampai kapan kamu bersedia menunggu untuk aku?" bisik Aryn seraya menempelkan tubuhnya pada Abigail.
Abigail tersenyum sedikit "Sudah kubilang kan? Sampai kapanpun" jawab wanita cantik itu tanpa menghiraukan Aryn yang tengah membentuk pola-pola tak beraturan di atas perutnya dengan jemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI [BECKYXFREEN]
Teen Fiction"Apa kamu tidak lelah berpura-pura baik-baik saja sementara hatimu membutuhkan pertolongan?" -Aryn Adhrita Herley