Multimedia: Aryn Adhrita Herley
*-----*
Aina tersenyum setelah melirik isi perut Aryn menggunakan USG. Wanita cantik yang rambunya kini digelung secara rapi itu menyerahkan buku tebal dengan panduan-panduan kehamilan, melahirkan dan meyusui pada Aryn yang ternganga tak percaya.
"Selamat ya? Embrionya bertahan dengan cukup kuat hingga menimbulkan satu jabang bayi" ujar Aina seraya menggeserkan layar hingga hasil USG yang tadi dilakukan Aina terlihat oleh Aryn serta Abigail yang sama-sama saling berpegangan tangan.
"Ya Tuhan, aku sudah benar-benar sudah jadi ibu sekarang" Aryn memegang perutnya, meremas itu lembut sebelum kemudian melirik pada wanita cantik di sampingnya yang tak merubah reaksi yang masih tampak tak percaya.
Air mata tiba-tiba saja jatuh dari kelopak Abigail, wanita cantik itu bergerak perlahan untuk menggapai perut istrinya yang sudah berisi. Ia menangis di sana, di dalam pelukan Aryn dan anak mereka kelak.
"Kita berhasil menjadi orangtua sekarang, Aryn" lutut Abigail jatuh secara perlahan hingga wanita cantik itu bersimpuh di hadapan ranjang tepat di depan Aryn yang masih menangis.
Dengan senyum dan tangis haru yang menyatu, Abigail mengusap perut istrinya dan berbisik lembut "Kamu malaikat untuk kami nak. Terimakasih sudah hadir" ia bergerak perlahan lantas mengecup perut Aryn dengan penuh kasih sayang dan menetap di sana selagi terus-terusan menangis.
"Selamat ya. Jangan lupa pantangannya. Ini kehamilan pertama, kondisi tubuh Aryn juga sedikit lebih rapuh dibanding Abigail. Saya titip, perbanyak istirahat dan jangan banyak berpikir. Kalau bisa, tiga bulan ini, Aryn tetap di rumah dan tak banyak mengerjakan pekerjaan berat" titip Aina pada Aryn yang mangangguk seraya mengusap air matanya.
Tangan Aryn mengusap kepala Abigail yang masih betah berlama-lama di hadapan perutnya yang sudah berisi "Kamu mau dipanggil apa nanti sama anak kita?"
Abigail mengusap air yang mengalir menjatuhi pipinya dengan cukup kasar dan cepat. "Mommy. Aku mau di panggil mommy" ia berucap di antara napasnya yang masih tersenggal karena air mata.
"Aww, mommy sound so cute" ujar Aryn seraya menarik pipi Abigail yang lembut dan berisi untuk menggodanya.
Seraya mengusap sisa-sisa air mata yang menganak sungai di pipinya, Abigail berdiri dan membawa Aryn ke dalam pelukan yang hangat. "Kita sudah memiliki buah hati sekarang" ia mengecup pelipis Aryn sejenak saat melepaskan pelukan secara perlahan.
Keduanya tersenyum pada Aina yang menanggapi dengan bibir yang saling terkait membentuk sebuah lekungan cantik "Saya turut bahagia untuk kalian berdua. Tapi ingat untuk terus di jaga ya? Kehamilan pertama sangatlah rentan. Saya akan tersedia selama 24 jam untuk mengawasi Ibu Aryn sampai persalinan" wanita cantik itu menyerahkan kartu nama pribadinya menggunakan tangan kanan sekaligus menunduk meminta izin untuk beranjak.
Aryn tersenyum seraya mengambil kartu nama milik Aina sebelum kemudian turun dari ranjang secara perlahan dan dituntun oleh Abigail.
"Kita pulang sekarang ya sayang? Kamu harus banyak istirahat" ujar Abigail serya menuntun Aryn dengan protektif.
Aryn terkekeh lembut, tapi wanita cantik bergigi kelinci itu tetap menurut ketika Abigail menuntunnya untuk berjalan perlahan menuju mobil mereka.
Bukan hanya membukakan pintu, Abigail bahkan menumpuk bantal di bawah kaki Aryn agar ia bersandar dengan nyaman di dalam mobil lantas tak lupa memasangkan sabuk pengaman dengan baik.
Abigail menutup pintu secara perlahan seraya menyalakan mesin mobil "Nggak panas kan sayang?" ujar Abigail saat ia menyalakan AC dan mengarahkan itu pada istrinya yang tersenyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI [BECKYXFREEN]
Teen Fiction"Apa kamu tidak lelah berpura-pura baik-baik saja sementara hatimu membutuhkan pertolongan?" -Aryn Adhrita Herley