Multimedia: Abigail dan Aryn
*-----*
Suasana restoran yang sedikit ramai menyambut Aryn serta Abigail yang baru saja memasuki ruangan.
Bangunan dengan hiasan semi modern dengan cat berwarna cokelat muda serta ubin yang berwarna gelap terlihat begitu temaram dan nyaman di pandang mata.
Di dalamnya, terdapat banyak sekali meja yang sudah terisi. Tapi, suasananya begitu tenang dan berkelas.
Ada alunan musik klasik yang menggema di seluruh ruangan, sedikit banyak suara denting dari alat makan serta hangatnya pembicaraan yang ada di dalam satu ruangan membuat hati Aryn nyaman karenanya.
Abigail menuntun Aryn menuju meja di dekat panggung yang kosong. Gadis cantik bergigi kelinci itu bisa melihat ada banyak orang di sana dan Aryn sekarang tiba-tiba menyesal karena ingin ikut kesini.
Langkah Aryn sedikit gemetar saat mereka semakin dekat dengan meja yang sudah dipenuhi dengan berbagai jamuan.
Ada Inaya yang mengenakan setelan dress megah berwarna hitam. Rambut pirangnya terlihat begitu menyala karena ia memilih untuk mengenakan pakaian bertema gelap tapi senyum gadis cantik berpipi tembam itu tak pernah hilang dari bibirnya.
"Edna! Akhirnya kau datang!" ujar seseorang dari arah kejauhan.
Abigail terkekeh kecil "Kenapa pula kalian menungguku?" ujar Abigail menyambut dengan merentangkan tangan pada satu persatu di antara mereka dan memberikan mereka pelukan singkat sebagai sapaan.
Aryn, yang tak kenal siapapun selain Inaya, hanya mampu terdiam di balik punggung Abigail yang tampak ramah pada semua orang.
Wanita cantik itu kemudian menarik kursi untuk Aryn lantas menarik lengan gadis itu untuk mendekat pada mereka. "Mungkin kalian tak akan percaya. Tapi perempuan cantik ini adalah tunanganku" ujarnya dengan nada bangga yang membuat pipi Aryn memerah malu.
"Kau bertunangan? Ya Tuhan! ini sebuah keajaiban!!!" ujar seorang lelaki berambut gondrong yang tertata rapi dengan suara cukup keras hingga membuat beberapa orang melirik ke arah mereka.
Dengan senyum congkak, Abigail mengangkat alis "Tunggu saja sebaran undangan pernikahannya" ujar Abigail yang langsung membuat Aryn menatap ke arahnya.
"Aby.." rengek Aryn dengan suara rendah.
Abigail terkekeh "Ngomong-ngomong, kenapa kau mengundang banyak sekali orang?" ujar Abigail pada Inaya yang terduduk anggun di ujung meja.
Inaya terkekeh "Pestaku tak mungkin tidak meriah, Edna. Kau tahu itu kan?" ujar Inaya seraya menuangkan sedikit anggur pada gelasnya yang tinggi.
Saat Abigail akan melakukan hal yang sama, Aryn menahan lengan milik kekasihnya hingga itu tak jadi bergerak "Tidak ada minum alkohol selagi kita bersama. Ingat?" ujar Aryn berbisik pada Abigail yang langsung menepak keningnya lantas terkekeh.
"Kalau begitu, diganti pakai minuman bersoda" ujar Abigail meminta izin pada Aryn yang mengangguk setuju.
Inaya bergerak sedikit guna membenarkan dressnya sebelum kemudian berdiri dan mengambil satu botol champagne dari tengah-tengah meja. Gadis cantik itu menyerahkan botolnya pada Abigail yang langsung menerima itu tanpa berpikir dua kali.
Aryn menatap kekasihnya tak percaya. Tapi, wanita cantik itu berdiri lantas membuka penutup botol hingga suara 'pop' yang bising itu membuat Aryn memejamkan mata karena terkejut.
Abigail menuangkan isinya secara perlahan ke dalam gelas tinggi yang ada di hadapannya sebelum kemudian mengangkat itu tinggi-tinggi "Cheers for Inaya" ujar wanita cantik itu seraya kemudian menyimpan gelas berisikan alkohol itu tanpa meminumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI [BECKYXFREEN]
Teen Fiction"Apa kamu tidak lelah berpura-pura baik-baik saja sementara hatimu membutuhkan pertolongan?" -Aryn Adhrita Herley