Multimedia: Aryn Adhrita Herley
*-----*
Aryn memejamkan matanya lantas menarik napas dalam-dalam saat ia melihat tumpukan dokumen pengeluaran yang harus direkap ulang.
Ini akhir minggu dan gadis itu baru menyelesaikan sekitar 20 persen dari seluruh laporan yang harus ia kerjakan. Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore sekarang dan ia merengek kesal.
Kenapa kalau akhir bulan selalu seperti ini sih? Pikir Aryn di dalam kepala.
Aryn memutuskan untuk lembur hari ini. Padahal, tak ada siapapun yang ingin lembur kecuali dirinya dan Aryn merasa sedih karena itu.
Hari ini, Abigal tidak berkunjung ke kantor karena beberapa pertemuan penting. Kekasihnya ini pergi dengan Inaya barang beberapa saat lalu. Dan sedari tadi pikiran Aryn berkelana kemana-mana.
Semenjak membaca pesan Abigail saat itu dan kemudian ditegur oleh kekasihnya dengan nada tidak enak, Aryn merasa ada yang disembunyikan oleh Abigail serta Inaya dari dirinya.
Kecurigaan Aryn sebenarnya sudah ada semenjak pengangkatan Inaya yang begitu tiba-tiba.
Menurut Aryn, jabatan wakil CEO itu merupakan sesuatu yang besar dan harus di diskusikan dengan para staff lain dari perusahaan. Kalau saja dipikir-pikir secara rasional, siapa juga yang akan tiba-tiba menjadi seorang wakil CEO tanpa masa pengetesan?
Awalnya, Aryn mencoba menghiraukan pemikiran-pemikiran jeleknya dari Abigail. Ia rasa, yang harus dirinya percayai adalah kekasihnya dan gadis itu melakukan itu hingga tadi malam.
Pesan di antara Abigail dengan Inaya terkesan begitu intim meski hanya beberapa.
Aryn mendapati keduanya begitu dekat satu sama lain bahkan sampai menggunakan kosa-kata yang menurut Aryn hanya diperbolehkan untuk pasangan semata.
Hhhhh. Aryn memejamkan matanya erat-erat. Masih banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan dan dirinya justru memikirkan hal-hal yang tak seharusnya dipikirkan ketika di kantor.
Dengan malas, Aryn mencoba kembali memfokuskan diri ke layar komputernya lantas memperbaiki laporan kerjaan per-harinya untuk diganti ke laporan per minggu.
Jemari panjang milik Aryn berdansa begitu cepat di atas keyboard yang berbunyi keras mengikuti tekanan dari setiap pergerakan jemari milik Aryn dan gadis itu sudah mulai fokus sekarang. Meninggalkan semua hal yang tak penting di dalam kepalanya agar ia bisa cepat-cepat pulang dan merebahkan diri di atas kasur yang empuk.
Saat tengah asik merekap data, ia mendengar ketukan di pintu. Gadis cantik bergigi kelinci itu melirik ke atas agar ia bisa melihat siapa yang mengetuk pintu dari luar.
Ada sosok Farizan yang menorehkan senyum padanya. Lelaki itu mendorong pintu dan masuk ke dalam ruangan Aryn tanpa ia persilahkan dan ia bahkan dengan lancang duduk di kursi sambil melipat tangan di dada dengan kaki yang terangkat satu di atas kaki yang lain.
"Kemana Edna?" ujar lelaki itu dengan nada yang sama sekali tak disukai oleh Aryn.
Aryn memfokuskan pandangan ke atas catatan yang tengah ia baca "Miss Abigail hari ini tidak masuk karena beberapa rapat penting" jawab Aryn seadanya pada Farizan yang mengangguk sebagai tanggapan.
Lelaki itu kemudian melipat lengan kemejanya secara asal "Kau sendirian di sini?"
Aryn mengangkat tangan "Seperti yang terlihat" jawab Aryn acuh lantas kembali fokus pada catatannya.
Sambil melirik Aryn dari atas hingga bawah, Farizan mendekat pada gadis itu "Kulihat hubunganmu dengan Edna begitu intim" ujar Farizan seraya menyenderkan lengan di atas meja seolah mencoba untuk mengintimidasi Aryn yang jusru cuek saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI [BECKYXFREEN]
Teen Fiction"Apa kamu tidak lelah berpura-pura baik-baik saja sementara hatimu membutuhkan pertolongan?" -Aryn Adhrita Herley