GEMINI - 51

384 33 14
                                    

Multimedia: Bulan madu ni yeee.

*-----*

               Sinar matahari dari luar yang menyorot kamar membuat Aryn terpaksa membuka mata dari tidurnya yang lelap. Gadis cantik itu kemudian mengerjap lantas mengganti posisi dan berbalik agar punggungnya yang telanjang jadi tersorot oleh sinar mentari.

"Honey? Belum bangun juga?" ujar seseorang dari jarak yang tak jauh.

Aryn terkekeh saat mendengar suara istrinya, gadis cantik itu kemudian merentangkan tangan meminta pelukan meski ia masih memejamkan mata karena kantuk yang masih mendera.

Ada lengan-lengan mungil yang berisi memeluknya, itu disertai dengan aroma manis serta segar dari Abigail yang sepertinya sudah mandi "Hmmm, wangi sekaliii" Aryn mengerjapkan matanya, ia kemudian tersenyum saat mendapati Abigail masih dalam balutan handuk kimono serta masih memiliki rambut yang sedikit basah.

"Ayo bangun. Kita jalan-jalan hari ini" ujar Abigail seraya menjawil hidung mancung milik Aryn.

Aryn menggeleng, menolak ajakan yang diberikan Abigail terhadapnya "Aku masih mau tidur" jawab Aryn dengan rengekan yang membuat Abigail terkekeh kencang di hadapannya.

"Sayang, kita hanya punya empat hari di sini. Aku ingin menikmati banyak hal di Tokyo" ia berseru dengan nada penuh semangat.

Aryn kembali merengek. Ia masih malas untuk beranjak dari tempat tidurnya yang terasa menempel pada dirinya.

"Honeeeey, c'mon! We have so much fun to do" Aryn bisa merasakan ada tarikan tak sabar dari Abigail dan gadis cantik bergigi kelinci itu hanya mampu membuka mata lantas menuruti keinginan istrinya yang tengah semangat ingin menjelajahi seluruh Tokyo.

Aryn tersenyum sedikit saat ia melihat Abigail berdansa kecil di dekat lemari yang terhiasi cermin besar.

Gadis cantik bergigi kelinci itu kemudian berdiri lantas menghampiri Abigail dan memeluknya dari belakang sebelum kemudian menjamah pelan tubuh wanitanya dari luar handuk yang meliliti tubuh mungilnya.

"Yakin ingin keluar dan tidak menikmati ini?" ujar Aryn seraya menggigit tulang bahu milik Abigail hingga membuat wanita cantik itu secara otomatis memiringkan kepala ke satu sisi guna memberikan akses termudah untuknya.

Abigail meringis saat Aryn menjilat titik sensitifnya yang ada di belakang telinga, wanita cantik itu bahkan menarik belakang kepala milik si gadis cantik bergigi kelinci agar ia tak berhenti melakukan apa yang ia kerjakan sekarang.

"Masih ingin keluar dari kamar, Miss Herley?" ujar gadis cantik itu seraya memutar tubuh Abigail agar ia menghadap padanya.

Aryn menarik lepas handuk yang meliliti tubuh telanjang istrinya sebelum kemudian menjatuhkan ciuman lembut di bibir Abigail yang dengan senang hati menyambutnya.

"Nevermind" ujar Abigail seraya mendorong tubuh Aryn agar gadis cantik yang menggodanya itu terjatuh di atas kasur.

Aryn terkekeh kecil, gadis itu tahu betul kalau Abigail pasti kalah jika Aryn menggunakan apa yang ada di antara kedua kaki jenjangnya sebagai senjata.

"You know what? Kenapa pula kita jauh-jauh ke Jepang untuk have sex setiap hari begini?" Abigail terkekeh sebentar di antara ciuman keduanya yang dipisahkan secara sengaja olehnya dan Aryn hanya terkekeh seraya menarik Abigail mendekat untuk melanjutkan tugasnya.



*-GEMINI By Riska Pramita Tobing-*




               Aryn terkekeh saat ia melihat Abigail membungkus diri menggunakan kemeja berwarna cream dan mantel besar berwanra merah muda. Wanita cantik itu melengkapi penampilannya dengan rok yang menggantung di atas mata kaki serta sepatu boots berwarna hitam yang tahan air. Ia terlihat sama persis serperti bocah berusia tujuh tahun dengan radian warna yang dikenakannya sekarang.

Disisi lain, Aryn mengenakan kemeja berwarna biru muda, mantel berwarna hitam, celana panjang longgar serta sepatu boots yang warnanya sama dengan mantel yang ia kenakan.

Penampilan keduanya terlihat begitu bertolak belakang antara satu sama lain, berbeda dari pasangan pada umumnya yang memilih untuk tampak serupa sepanjang masa.

Aryn menarik napas panjang guna memenuhi paru-parunya dengan udara segar yang tersapu hujan. Tokyo memang cantik. Tapi tidak dengan perubahan iklim cuacanya yang begitu eksrim.

Padahal, saat tadi mereka menikmati kegiatan bersama di atas ranjang --if you know what I mean, lol. Langit terlihat cerah dari luar. Dan sekarang, saat Aryn memutuskan untuk menikmati indahnya salah satu kota terpadat di Jepang ini, cuaca malah dingin dan gerimis seperti ini.

Aryn menggenggam payung transparan untuk menjaga Abigail agar wanita cantik itu tak kebasahan, mereka berdua berjalan beriringan menikmati pemandangan-pemandangan cantik di setiap jalan.

Abigail terkekeh di sisinya, gadis itu menunjuk ponsel yang mengajak mereka menuju salah satu restoran cepat saji terdekat yang langsung membuat Aryn melirik ke sana "Kayaknya kita salah belok deh" gumam Aryn saat ia melihat jalan yang mereka tuju malah berputar ke arah yang lain.

Sekali lagi, Abigail terkekeh. "Padahal aku sering ke Tokyo. Tapi aku tak pernah hapal rutenya" ia tertawa renyah dan Aryn hanya menggeleng guna menanggapinya.

Gadis cantik itu kemudian melirik pada google map yang membawa mereka ke jalan yang lain. "Google maps memang selalu memusingkan" ujar Aryn sedikit mengkritik peta digital dari ponsel Abigail yang sedari tadi mereka perhatikan.

Mereka berdua berhenti sebentar di samping perempatan jalan "Kok pusing begini?" ujar Abigail saat ia melihat rute terus-terusan di putar-putar oleh google maps.

Aryn tergelak frustasi "Keburu laper nih aku" ujarnya seraya menghentakkan tangan yang sedari tadi menggenggam payung sebelum akhirnya payung itu terlepas dari genggamannya karena tersenggol seseorang.

"Eh? Sorry!" ujar Aryn pada seorang lelaki yang tampak buru-buru.

Lelaki berperawakan tinggi yang sempat menyenggol payung Aryn pun melirik padanya "Oh, its ok. I'm fine" jawabnya.

"Loh? Sena?" ujar Aryn sedikit terkejut ketika mendapati si lelaki tak asing di hadapannya.

Lelaki itu mengerutkan kening "Aryn!" ia merentangkan tangan, seolah meminta pelukan yang hanya dibalas gelengan oleh Aryn.

"Whoa! Aku nggak percaya kita bahkan bisa bertemu di sini" ujar lelaki itu dengan disertai senyum manisnya yang menampakkan deretan gigi yang rapi dan putih.

Aryn terkekeh "Sedang apa di sini?"

"Menikmati libur kuliah" jawab lelaki itu seraya membenarkan poni yang biasanya sampai menutupi alis.

Aryn terkekeh sebentar "Yasudah, selamat menikmati liburanmu" ia melambai tangan, hendak mengakhiri perbincangan di antara mereka berdua.

Lelaki itu terkekeh sedikit "Wait. Sedang apa kamu di sini?" ujar lelaki itu menahan Aryn yang hampir mundur dari tempatnya berdiri.

"Bulan madu"

Tidak. Suara seram yang disertai geraman tanda cemburu itu bukan dari Aryn. Tapi Abigail yang melangkah mendekati keduanya yang sedari tadi berbicara tanpa memperhatikan dirinya.

Wanita cantik itu melipat tangan di dada dan mengangkat dagu tinggi-tinggi "Siapa namamu?" ujar Abigail dengan nada jutek bukan kepalang.

"Oh? Wanita yang saat itu?" telunjuk si lelaki yang runcing terarah pada Abigail sesaat "Aku Sena, teman Aryn" ujarnya disertai kekehan.

Abigail melirik pada Aryn yang mengedigkan bahu tanda tak tahu harus mengiyakan atau menolak perkataan si lelaki berambut jabrig "Ok" Abigail mendekat pada Aryn dan merengkuh pinggang milik gadis cantik itu mendekat padanya. "Ayo" seru Abigail pada Aryn yang menarik bibir membentuk senyuman.

"Kalau begitu, kami duluan ya" Aryn melambai dengan ramah pada Sena yang mengangguk mengiyakan.

Gadis cantik bergigi kelinci itu kemudian melipat payungnya karena hujan sudah mulai reda lantas menarik lengan Abigail yang mengukungnya "Sudah nggak ada" ujar Aryn, memperingati Abigail yang sesekali melirik ke belakang seolah takut di ikuti oleh Sena.

"Kamu milikku, Miss Gwin. Dan lelaki itu ingin dirimu"

Dan Aryn hanya tersenyum menanggapi kecemburuan istrinya ini.

*-----*
Riska Pramita Tobing

GEMINI [BECKYXFREEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang