Multimedia: Abigail Edna Farah Gwin
*-----*
Sedikit terpejam, Aryn menghembuskan napas panjang saat ia mencium aroma manis tibat-tiba saja memenuhi udara.
Dengan heran, gadis cantik itu membuka mata untuk mendapati Abigail tengah berdiri tak jauh dari dirinya "Istirahat makan siang" ujar wanita cantik itu seraya menunjuk jam yang melingkari lengan kanannya.
Aryn mengerjap sebentar, ia terlalu malas untuk pergi keluar dari ruangannya. Kepalanya terasa berat entah mengapa "Miss duluan saja. Saya bisa menyusul nanti" jawab Ayn menolak ajakan si cantik dengan lembut.
"Kamu tahu kalau kamu tak bisa menolakku" Abigail mendekat dan mengambil lengan milik Aryn sebelum kemudian ia tersentak kaget "Kamu baik-baik saja? Suhu tubuhmu sangat tinggi" wanita cantik itu melutut di hadapan kursi Aryn dan melihat wajahnya dengan khawatir.
Jemari panjang milik Abigail meraba kening milik Aryn dan mengamit wajahnya segera "Kita ke dokter sekarang"
Abigail bahkan tak menunggu persetujuan dari Aryn untuk menarik tangan gadis itu keluar ruangan. Ia bergerak begitu cepat hingga membuat tubuh Aryn yang terasa lemas sedikit terhuyung selama berjalan.
Abigail mendecak sebelum kemudian mendekap Aryn agar ia tetap berdiri tegap di antara kaki-kakinya yang jenjang. "Tahan sebentar" ujar Abigail pada Aryn yang terhuyung kembali.
High heels yang dikenakan oleh Aryn nyatanya tidak membantu sama sekali karena wanita cantik itu justru kesulitan berjalan ketika tubuhnya terasa lemas seperti ini.
Dengan kesal, Abigail menarik kaki jenjang milik Aryn dan memangku gadis itu dengan mudah.
Aryn bahkan sempat tersentak ketika ia tiba-tiba saja berada di dalam lengan-lengan milik Abigail yang nyatanya bisa mengangkat tubuhnya.
Aryn terlalu pusing untuk memprotes, jadi ia hanya membiarkan saja Abigail memangkunya sampai ke depan mobil.
Dengan cepat, Abigail membukakan pintu belakang lantas membiarkan Aryn masuk ke dalam mobilnya.
"Shit!" wanita cantik itu mengumpat "Kunci mobil sialan!" Aryn bisa melihat Abigail berjongkok dan meraih-raih ke kolong mobil sebelum kemudian ia mendecak setelah mendapatkan apa yang ia cari. "Pasang sabuk pengamannya"
Aryn mengangguk menurut pada Abigail ketika wanita cantik itu berlari ke kursi pengemudi.
Ia segera saja memulai mesin dan parkir secara cepat. Di sepanjang perjalanan, Aryn bahkan tak melihat sekalipun Abigail tidak meruntuk ketika kemacetan tiba-tiba melanda.
Wanita itu tampak agresif ketika mengoper-ngoper persneling meski ia tetap berhati-hati di setiap saatnya.
"Fuck!"
Aryn sedikit tersentak saat ia mendengar Abigail mengumpat kecang "Lampu merah sialan!" lanjut gadis itu masih mengumpat.
"Tolong berhenti mengumpat. Kepalaku terlalu pusing untuk mendengar kosa kata kasar"
"I'm sorry, honey. Aku hanya khawatir pada keadaanmu"
Honey?
*-GEMINI By Riska Pramita Tobing-*
Dengan perasaan lemas, Aryn membuka kelopak matanya. Ada cahaya yang sedikit mengganggu sehingga menimbulkan kepalanya kembali sakit saat ia melihat itu secara langsung.
Aryn meringis sedikit ketika ia merasakan kepala sebelah kirinya berdenyut sampai menimbulkan suara mendengung di telinganya. Ia mencoba untuk menarik napas panjang dan mengontrol rasa sakit yang ia rasakan dengan tenang sebelum kemudian secara tiba-tiba saja seseorang mengelus alisnya yang mengkerut menahan sakit.
"Silau?" ujar seseorang yang suaranya sudah tak asing bagi Aryn karena belakangan ini ia bersama dengannya.
Abigail bergerak di sisi tubuh Aryn dan menutupi cahaya yang tadi mengganggu dirinya sehingga membuat Aryn bisa membuka matanya untuk melihat si wanita cantik "Aku.. dimana?" bisik Aryn sedikit celingukan untuk memperhatikan seisi ruangan.
Pendingin ruangan yang menyala sedikit mengeluarkan bau kopi sehingga membuat Aryn nyaman di posisinya. Kasur yang ia tindih juga begitu empuk dan ruangan ini tak seperti rumah sakit yang biasanya ia kunjungi ketika pengecekan rutin atau ketika ia tiba-tiba sakit.
"Kenapa memaksa pergi kerja kalau tahu kondisimu sedang tidak baik-baik saja?"
Aryn mengerjap sesaat, ia menjilat bibirnya sendiri yang terasa kering lantas mengangkat kepala untuk bersender di dipan agar dirinya tak harus mendongak untuk melihat Abigail.
"Boleh aku minta minum?" ujar Aryn pada Abigail yang langsung bergerak dan mengambilkannya air mineral.
Saat ia menenggak air mineral, Abigail mengulurkan tangan untuk mengecek suhu Aryn "Sudah turun" ujar wanita cantik itu setelah melepaskan punggung tangannya dari kening Aryn.
Aryn tak berkomentar ketika Abigail memegang lengannya dan mengecek detak jantung gadis itu. Tapi Aryn tetap heran, kenapa ia terlihat begitu profesional?
"Istirahat yang baik. Jangan memaksakan diri kalau memang kamu belum sehat"
Aryn menggigit bibirnya sendiri. Sebenarnya, ia tak apa-apa pagi ini. Makanya ia pergi bekerja. Tapi, saat siang menjelang, ia tiba-tiba merasakan perutnya mual serta kepalanya pusing.
Sedikit mendesah, Aryn kemudian memutuskan untuk memegang tangan milik Abigail yang masih menatapnya dengan pandangan marah "Sebenarnya, tadi pagi aku tak apa-apa" ujar Aryn menjelaskan pada Abigail yang patuh mendengarkan.
"Tapi, siang ini tiba-tiba perutku sakit dan mual. Suhu tubuhku juga tiba-tiba naik entah kenapa"
Abigail melirik lembut pada tangannya yang di genggam oleh Aryn. "Kamu membuatku benar-benar khawatir, Aryn"
"Maaf" bisik Aryn seraya menyenderkan kepalanya di bahu Abigail.
Tangan Abigail yang terbebas dan tak di genggam oleh Aryn terulur untuk mengusap surai rambut milik gadis cantik itu dengan lembut "Jaga kesehatan, okay?"
Aryn mengangguk di antara lekukan leher Abigail yang mengeluarkan harum manis yang begitu menenangkan.
Entah mengapa, Aryn menikmati kegiatan ketika Abigail memanjakannya seperti ini. Aryn tak pernah mendapat perlindungan dari seseorang sebelumnya dan dengan Abigail? Gadis itu bukan hanya mendapat perlindungan. Tapi juga perasaan hangat serta kasih yang membuatnya merasa begitu berharga.
"Terimakasih" ujar Aryn seraya mengangkat kepalanya yang sudah tak pening seperti tadi "Kamu sudah membawaku ke rumah sakit dan menjagaku seperti ini. Aku bahkan tak tahu harus membayar apa padamu"
Abigail menyerahkan senyuman cantik "Tak masalah. Kamu sudah menjadi tanggungjawabku semenjak aku tertarik padamu hari itu"
Kening Aryn mengkerut sebentar "Jadi, saat kamu berkata bahwa kamu tertarik padaku, itu.. bukan omong kosong?"
Aryn bisa melihat Abigail menatapnya tidak percaya "Kamu mengira itu semua omong kosong?" ujar wanita cantik itu dengan gelengan kecil "Astaga Aryn. Aku terlalu tua untuk membual atau menggombal" lanjutnya masih dengan nada tidak percaya.
Aryn terkekeh sebentar "Tapi.. aku belum tahu jawabannya"
Sedikit menyunggingkan senyuman, Abigail menowel ujung hidung milik Aryn dengan lembut "Tak masalah. Aku bisa menunggu" wanita cantik itu berdiri dari kasur dan menekan tombol yang disediakan di sisi ranjang.
"Biar kupanggilkan dokter terlebih dahulu"
"Terimakasih, Aby"
Ada jejak senyum di ujung bibir milik Abigail ketika Aryn tiba-tiba saja memanggilnya menggunakan nama kecil "Jangan membuatku menunggu terlalu lama. Aku sudah sangat ingin dirimu"
"Eh?"
*-----*
Riska Pramita Tobing.Gak bahaya toh?
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI [BECKYXFREEN]
Teen Fiction"Apa kamu tidak lelah berpura-pura baik-baik saja sementara hatimu membutuhkan pertolongan?" -Aryn Adhrita Herley