Multimedia: Abigail dan Aryn
*-----*
"Kamu boleh marah, boleh kecewa, boleh sayang. Tapi, jangan pernah meragukan aku. Kumohon, percayalah kalau aku hanya memiliki kamu satu-satunya, dan aku tak berniat merubah pendirian itu sampai kapanpun"
Aryn bisa mendengar Abigail mulai terisak di depan lututnya. Wanita cantik itu menunduk seolah meminta pengampunan dari Aryn dan hati Aryn sekarang sudah dingin dari emosinya.
Aryn tak menyangka kalau yang dimaksud Abigail dengan membicarakan ini semua dalam keadaan kepala dingin adalah seperti ini. Tapi Aryn terkejut karena tingkah Abigail yang menuntunnya ke bawah shower membuat Aryn sadar bahwa dirinya sudah keterlaluan.
Aryn bahkan tak membiarkan Abigail menjelaskan segala keadaannya dan menuduh wanita cantik itu yang tidak-tidak lantas membiarkan pikiran buruk itu menguasai dirinya hingga ia emosi sampai meminta perpisahan dengan wanita cantik itu seperti tadi.
Aryn tahu. Gadis itu sudah kejam dengan mengambil keputusan ketika sedang emosi. Dan sekarang, emosi Aryn sudah redup.
Gadis cantik itu memutar keran agar air dingin yang membasahi keduanya berubah menjadi hangat. Ia kemudian terduduk di depan Abigail dan merengkuh wanita cantik itu kedalam dekapan yang hangat.
"Jangan tinggalkan aku, Aryn. Kumohon" hati Aryn terluka saat ia melihat napas wanita cantik itu tersenggal-senggal karena tangis. Tapi ia lebih terluka karena dirinya dengan mudah menyerah terhadap Abigail.
Aryn tak percaya ia baru saja meminta perpisahan pada wanitanya. Ia memang kecewa pada Abigail karena wanita cantik itu tak terbuka pada dirinya sejak awal. Tapi Aryn lebih kecewa terhadap dirinya sendiri karena tidak mempercayai Abigail di luar sana.
Aryn menarik wajah Abigail dan menempatkan kening milik wanita cantik itu tepat di keningnya sebelum kemudian menyatukan bibir mereka berdua secara perlahan.
Tak ada pautan agresif di ciuman mereka, tapi Aryn mencoba mengungkapkan semua rasa kasih dan sayangnya pada kecupan mereka.
"Jangan tinggalkan aku, ya?" ujar Abigail setelah terlebih dahulu menarik diri.
Aryn mengulum senyum dan mengangguk "Tapi jangan menutupi apapun lagi dari aku"
Abigail akhirnya menorehkan senyum lantas mengangguk menyetujui perkataan Aryn. "No more secret" ia mengacungkan jari kelingking ke hadapan Aryn yang tersenyum dan menanggapi kekasihnya dengan mengaitkan jemarinya di sana.
Mata bulat milik Abigail yang sedari tadi dipenuhi dengan penyesalan, kini berbinar seperti semula "Sudah tak marah lagi kan?" ujar Abigail di antara senyumnya.
Aryn terkekeh dan mengangguk "Iya. Sudah nggak marah lagi sekarang" jawab Aryn seraya mengacak pucuk kepala milik kekasihnya "Sekarang ayo mandi. Aku dingin"
Abigail tertawa seraya melepaskan pakaiannya yang sudah basah semua "See? Pakaian mahalku dipenuhi dengan ingusmu" ujar Abigail bercanda pada Aryn yang langsung mencubitnya.
Setelah melepas seluruh pakaiannya yang basah, Abigail kemudian mengulurkan tangan untuk membantu Aryn yang kesulitan melepaskan celana jeans yang ia kenakan.
Celana panjang yang meliliti kaki jenjang milik Aryn dengan pas itu sulit ditarik karena itu basah dan Abigail terbahak-bahak karena mereka seperti tengah tarik tambang namun menggunakan celana.
"Aw!" Aryn meringis saat bokongnya mengenai ujung keran shower. "Sakit" ia cemberut pada Abigail yang tak bersalah dan Abigail terkekeh seraya mengusap bokong Aryn yang tak tertutupi kain "Mau ku cium biar nggak sakit?" ujarnya disertai cengiran mesum.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI [BECKYXFREEN]
Teen Fiction"Apa kamu tidak lelah berpura-pura baik-baik saja sementara hatimu membutuhkan pertolongan?" -Aryn Adhrita Herley