Multimedia: Abigail dan Aryn
*-----*
Hari ini, Aryn memutuskan untuk menutup semua akses yang berhubungan dengan Abigail. Gadis itu tidak menghidupkan ponsel, tidak bekerja dan tidak keluar dari kamar.
Semenjak mendapati Abigail memiliki bekas ciuman yang tak dikenal oleh Aryn, gadis cantik bergigi kelinci itu tak banyak bereaksi selain terdiam.
Kepalanya bergemuruh, hatinya sakit, tubuhnya enggan menerima, tapi ia hanya memilih untuk terdiam dan tidak mengatakan apa-apa.
Meski Aryn ingin sekali menampar pipi milik Abigail, ia tak mampu melakukannya.
Maka, meski sakit dan sesak, Aryn hanya memutuskan untuk memikirkan ini sendiri.
Semenjak pulang malam-malam mengenakan taksi online, Aryn banyak malamun. Gadis itu tak menangis, ia bahkan tak bereaksi sedikitpun ketika mengetahui Abigail bermain kotor di belakangnya.
Aryn menarik napas panjang saat mendengar ada ketukan lembut di pintu kamarnya. "Sayang, kamu tidak bekerja hari ini?" ujar Ezra dengan nada lembut.
Aryn tak menjawab, ia sedang ingin sendiri dan tidak diganggu oleh siapapun. Bahkan meskipun itu oleh Ayahnya sendiri.
Ketukan kembali terdengar, dan ketukan itu lebih keras daripada yang pertama "Kamu baik-baik saja?"
Meski malas, Aryn akhirnya menghentakkan napas dan menjawab perlahan "Aku hanya ingin istirahat, Pak" jawab Aryn seadanya.
Pintu didorong dari luar, Aryn bisa melihat sosok lelaki tampan yang belakangan ini menjadi sosok yang jarang bertemu dengannya karena kepentingan satu sama lain tiba-tiba menghampiri dirinya dan terduduk di sisi ranjang.
Lelaki yang sudah tak lagi muda itu tersenyum pada putri sematawayangnya lantas mengusap kening milik Aryn. "Suhu tubuh kamu normal" ujar lelaki itu dengan senyum kecil "Sepertinya istirahat yang kamu maksud bukan secara fisik dan melainkan secara mental" lanjutnya masih dengan nada kebapakan.
Lelaki itu tersenyum lagi "Ada apa?" ujarnya dengan lembut, mulai mengajukan pertanyaan.
Aryn menorehkan sedikit senyum pada Ayahnya yang tiba-tiba bersikap manis. Ezra bukanlah tipe lelaki yang kepo seperti ini.
Lelaki itu biasanya hanya akan memanjakan Aryn pada saat-saat tertentu. Mereka jarang berkomunikasi tentang hal-hal detil seperti ini jikalau Ibundanya tidak ikut campur. Dan karena itu, Aryn menyimpulkan kalau Felicia pasti dalang dibalik kelakuan Ayahnya sekarang.
Aryn bergerak membelakangi Ayahnya dengan disertai kekehan "Disogok apa sama Ibu?" ujar gadis itu dengan kekehan.
Ezra mendengus. Ia ketahuan.
"Entah. Ibu bilang, kalau Bapak yang rayu kamu untuk turun dan makan siang, pasti berhasil. Padahal enggak kan?" tanggap Ezra dengan nada kolokan yang membuat Aryn ikut terkekeh seraya berbalik karenanya.
Saat Aryn merasakan ada bobot berat yang terletak di belakangnya, gadis itu menggeser agar Ayahnya bisa berbaring nyaman di sana. "Bapak tinggalkan kalian berdua ya?"
"Eh?" Aryn tersentak saat ia tiba-tiba saja ada di dalam dekapan seseorang yang tak asing.
Lengan-lengan panjang sedikit berisi disusul dengan aroma manis seperti bunga yang baru mekar itu sudah terlalu sering memeluknya hingga Aryn tak harus lama-lama berpikir untuk sadar bahwa seseorang yang tertidur di belakangnya ini bukanlah Ezra melainkan Abigail.
Saat Aryn mendengar langkah lembut milik Ezra keluar dari kamarnya, Aryn bisa merasakan pelukan Abigail semakin erat hingga Aryn tak bisa bergerak karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI [BECKYXFREEN]
Teen Fiction"Apa kamu tidak lelah berpura-pura baik-baik saja sementara hatimu membutuhkan pertolongan?" -Aryn Adhrita Herley