Multimedia: Abigail Edna Farah Gwin
*-----*
Ruangan dengan dekorasi simpel yang didominasi oleh warna pastel menyambut Aryn dan memanjakan matanya dengan seketika.
Udara dingin yang harumnya dicampuri dengan aroma manis berbau vanila langsung saja membuat Aryn terpejam. Di ruangan seluas ini, aroma yang dihasilkan dari lilin yang menyala di pojok ruangan masih tercium jelas sehingga membuat Aryn rileks karenanya.Kediaman Abigail Edna Farah Gwin.
Pemilik salah satu perusahaan terkenal di kotanya yang begitu luas dan mewah sudah ada di hadapannya sekarang.
Bangunan dua lantai yang disertai dengan kolam renang, taman, serta garasi besar yang diisi oleh 4 macam mobil terlihat sepi dari dalam.
Rumah Abigail memang besar dan megah. Tapi itu terlihat jarang disentuh meski memang kebersihannya tidak patut untuk dipertanyakan.
Saat Aryn melangkah perlahan, ia disambut dengan ruangan luas yang dibagi menjadi ruang keluarga serta dapur yang terbuka.
Di sisi kiri bangunan, ada meja pantry yang memisahkan antara dapur dengan ruang keluarga.
Dapur yang menghiasi kediaman Abigail tertata rapi dengan furniture apik bertema monokrom yang membuat sesi dapur terlihat begitu terbalik dengan ruang keluarga yang tampak penuh dan berwarna.
Sofa besar yang melintang membelakangi meja pantry berwarna hitam-putih itu menjadi bukti bahwa tempat ini memang sengaja di desgin saling bersebelahan.
Ada televisi besar yang tak menyala, ditemani dengan beberapa sound sistem yang dibiarkan digantung di sisi atas televisinya, beberapa konsol yang sedikit berserakan di bawah rak TV serta beberapa buku teracak di atas meja.
Aryn melirik ke sisi lain, di sebelah ruang keluarga, kaca besar menjadi pemisah antara kolam renang dan dalam rumah. Penataan rumah Abigail begitu apik di pandang mata, begitu juga percampuran warnanya yang begitu unik dan asing.
"Kenapa diam saja?" ujar Abigail dari arah belakang.
Aryn membalikkan badan dan mempertemukan iris mereka berdua. Wanita cantik itu tampak membawa sebuah tas berukuran sedang yang entah apa isinya "Berantakan?" ujar Abigail mencoba menebak apa isi kepala milik Aryn.
"Pasti kamu mikir rumahku aneh karena kombinasi warnanya kan?" ujar Abigail sambil lalu mendekat pada Aryn untuk menarik gadis cantik itu mengelilingi rumahnya yang luas.
Setelah menyimpan tasnya di atas sofa, Abigail menuntun Aryn menuju dapur.
Warna hitam-putih yang dipilih oleh Abigail untuk menghiasi dapurnya memang terlihat menawan. Tapi, yang menjadi masalah adalah, ruangan ini bersebelahan dengan ruang keluarga dan ruang keluarga terlihat berwarna dengan berbagai macam campuran warna pastel yang otomatis membuat kedua ruangan itu seperti bermusuhan.
"Dapur ini, di design sesuai dengan keinginan Ibu" ia terkekeh sedikit ketika menjelaskan "Ibu pernah berkata, beliau tidak senang memiliki dapur dengan warna yang cerah. Itu membuat pekerjaan sulit dilakukan"
Aryn hanya mendengarkan penjelasan wanita cantiknya ketika ia bergerak untuk membuka kulkas "Menurut Ibu, dapur lebih baik memiliki warna yang gelap karena tempatnya dipenuhi dengan berbagai macam noda ketika memasak" Abigail menyerahkan satu botol minuman manis pada Aryn yang langsung tersenyum sebagai tanda terimakasih.
"Jadi? Siapa yang mendesign ruang keluarga?"
"Aku" ia terkekeh ketika menenggak air mineral dan mendesah kecil di akhirnya "Aku sempat berpikir untuk menggunakan tema monokrom juga untuk di ruang tamu. Tapi.." wanita cantik itu menggeleng enggan "Bisa kamu bayangkan betapa gelapnya rumahku kalau semuanya bertema monokrom?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI [BECKYXFREEN]
Teen Fiction"Apa kamu tidak lelah berpura-pura baik-baik saja sementara hatimu membutuhkan pertolongan?" -Aryn Adhrita Herley